Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. HUTAN - LERENG BUKIT - MALAM
Keluarga Qorun mulai menuruni sisi lereng bukit yang agak curam itu.
Mereka sesekali berpegangan ke pohon atau akar pohon agar tak tergelincir.
IBU
Kalo itu beneran setan, ibu ga masalah. Asal dia ga minta bagian emas aja ke kita. Ibu gak rela.
ONAL
Tenang, Mah. Setan gak doyan uang, kok.
QORUN
Qorun juga ga doyan uang...
CUT TO
EXT. HUTAN - DASAR LERENG BUKIT - MALAM
Keluarga Qorun tiba di dasar lereng bukit. Sebuah area yang cukup datar, yang merupakan perpaduan dasar lereng dari beberapa bukit.
Qorun mengarahkan sorot cahaya senter jadulnya.
QORUN
Mah!
Cahaya senter memendar di antara mulut gua yang sempit itu.
Ibu, Ayah, Eva, dan Onal tampak terpana. Qorun minta diturunkan dari gendongan Onal. Dan mendekati Goa.
Mereka perlahan mendekati ambang mulut goa kecil itu.
IBU
(melirik Ayah)
Ayah kayaknya gak muat kalo masuk ini.
Ayah memperbaiki letak kacamatanya, menaksir ukuran mulut gua dengan lebar badannya.
QORUN
Tapi Di dalam luas, kok, Yah.
ONAL
Biar Onal aja sendiri yang masuk.
EVA
Eh! Aku juga, dong. Supaya cepet.
ONAL
Lu ga usah, Va. Di dalem ada uler.
Eva merenggut.
EVA
Ga takut. Gue biasa ama uler.
ONAL
Gak, gak.
Onal meraih senter jadul dari Qorun, dan Eva meraih tas sekolah Qorun dari Ibu. Parang, Linggis, serta Sekop tak ketinggalan juga.
QORUN
Kak buat apa bawa semuanya? Kan emasnya ga digali.
ONAL
Biar keliatan lebih dramatis, aja, Dek. Biar kaya di pelem-pelem. Adek pernah liat pelem tentang penemuan ”harta karun"?
Qorun hanya menggeleng.
Onal tersenyum dan berbalik menuju mulut goa. Onal mendapati Eva sedang merangkak masuk ke dalam mulut goa. Onal kaget, dia langsung menyusul Eva.
ONAL
Eh, eh. Dasar cewek. Cepet banget kalo urusan harta.
Ibu berdehem-dehem. Onal buru-buru masuk ke dalam lubang goa mendengar deheman ibu.
Ibu berbalik, hendak duduk di samping ayah dan Qorun yang melantai di tanah. Tapi Onal berseru.
ONAL
Mah! Liat, Mah.
Ibu menoleh mendadak. Tampak setengah badan Onal menyembul di mulut goa.
ONAL
(sambil menunjukan sebongkah emas)
Baru dua meter Onal udah dapet ini...
Ibu menatap antara harus senang atau malah jengkel.
IBU
Kamu kayak Qorun aja, Nal. Baru dapet sebiji udah keluar. Masukkk...
ONAL
Tapi ini, kan lebih gede, Mah.
AYAH
Si Eva-nya mana?
Kemudian.
Satu karung beras berisi bongkahan emas di letakan di atas tanah. Lalu menyusul dua tas sekolah berisi bongkahan emas serupa.
IBU
Tuh kan...apa ibu bilang bilang. Emasnya lebih dari sekarung. (beat) Qorun bilang kemarin kira-kira cuman sekarung.
Qorun hanya tersenyum. Ayah dan ibu mengambil masing-masing sebongkah emas untuk ditatap lekat-lekat.
EVA (o.s)
Mah...
Ibu menoleh ke arah Eva. Pun Onal. Mereka berdua tampak berdiri diam dengan pandangan mengambang.
IBU
Kenapa kalian? Baru kali ini ya liat emas banyak?
Onal dan Eva saling pandang. Eva menelan ludah.
EVA
Mah...
Ibu mengernyitkan dahi.
EVA (cont'd)
Sebenarnya tadi Eva tuh trus masuk ke dalam kira-kira 50 meter ke dalam gua. Truss...Ehm..truss...
IBU
Trus apa? Ngeliat setan lagi?
AYAH
Kamu baik-baik aja, Eva?
ONAL
Mah, sebenarnya...di dalam bongkahan emasnya banyak banget, Mah...se-truk kayaknya dapet...
EVA
Kebanyakan, Bang. Se-mobil Bak kayaknya...
Ibu dan Ayah terpana. Sunyi.
Dan.......
Tiba-tiba sesuatu terdengar memecah kesunyian. Desau dedaunan. Seseorang. Tergelincir dari lereng bukit. Sudah bertahan di batang pohon maupun akar kayu pepohonan tapi tetapi sia-sia. Lalu terus menggelinding terkapar di antara kaki keluarga Qorun yang berdiri keheranan, lalu menghantam karung sehingga bongkahan emas itu tumpah ke tanah.
Eva menghidupkan senter hp. Menyorot.
AYAH
Pak Julid?
EVA
Lha? Kok?
Orang itu ternyata adalah seorang hansip yang kita kenal sebagai Pak Julid! Ia berusaha bangkit, lalu berdiri sambil terus mengaduh kesakitan. Lalu mulutnya bungkam. Ia menatap keluarga Qorun. Lalu memandang bongkahan emas yang berkilauan oleh cahaya bulan itu lekat-lekat. Dia mengambil beberapa langkah mundur.
Keluarga Qorun menatap waspada. Ibu turun jongkok perlahan. Tangannya meraih-raih mencari sesuatu.
Kaki Pak Tulus berbalik naik ke lereng gunung dengan secepat mungkin.
Tangan ibu meraih sebuah bongkahan emas, lalu dilempar ke depan.
Brrukkk!
Kena kepala Pak Tulus.
Pak Tulus hilang keseimbangan tubuhnya.
Ia tergelincir lagi ke bawah.
Ayah, Ibu, Onal, Eva dan Qorun mendekat mengamati Pak Tulus yang tak sadarkan diri.
Ayah, Onal, Eva dan Qorun berpaling menatap Ibu.
IBU
(merasa tak bersalah)
Apa? Kenapa? Kalian mau dia nyebarin lokasi harta ”Qorun” kita?
QORUN
(berbisik ke ayah)
Yah, Pak Julid kenapa tadi dilempari gitu?
AYAH
(balas berbisik)
Tanya ibu kamu...
Ibu mendengar percakapan itu. Ia menoleh ke arah Onal dan Eva hanya melongo.
IBU
(ke Onal dan Eva)
Kenapa kalian diam aja. Dicek dong Pak Julidnya! (beat) Cepetan!
Onal dan Eva bergegas. Tapi mereka didahului Ayah. Ayah mendekatkan jarinya ke hidung Pak Julid.
AYAH
Masih idup.
Ibu datang mendekat, ikut memeriksa. Ibu tampak lega.
ONAL
(ke Ibu)
Bukannya kalo dia masih idup malah bisa bikin tempat ini ketahuan?
AYAH
Kecuali...
EVA
Kecuali...?
ONAL
Kecuali dibunuh.
AYAH
Bukan itu...
EVA
(ke Onal)
Dibunuh? Gila, lu!
ONAL
Gila, tapi masuk akal.
Eva menatap Ibu.
EVA
Mah, gimana, nih?
Ibu melirik Ayah. Ayah tahu apa maksudnya itu.
AYAH
Ok.....Ayah punya ide.
IBU
Ide apa?
CUT TO
EXT. HUTAN - JALAN SETAPAK
Keluarga Qorun menuruni jalan setapak hutan dengan langkah cepat. Seseorang tampak ditandu.
EVA
(sambil mengangkat tandu)
Ide yang bikin berat kaum perempuan. (beat) iya, kan, Mah?
Kita melihat Pak Julid yang mulutnya telah disumbat dengan kain dan diikat dengan akar pohon itu, diangkat di semacam sebuah tandu darurat. Tandu yang terbuat dari kayu dan akar pohon.
Ibu yang mengangkat di ujung tandu bagian depan tak hirau ocehan Eva.
Di depan ibu, ada Onal yang memikul karung dan dua tas sekolah penuh bongkahan emas.
Yang paling depan adalah Ayah yang sedang menggendong Qorun. Qorun memegang senter jadul dan senter Hp yang menyinari jalan setapak.
CUT TO
EXT. SAWAH - (-+) 1000 meter DARI JALANAN DESA - MALAM
Senter jadul tampak tergeletak begitu saja di pematang sawah. Dibiarkan menyala menyorot ke arah Pak Julid yang masih tak sadarkan diri di atas tandu.
Di sebelah tandu, kita melihat Eva, ibu, Onal, lalu Ayah telah tepar di atas pematang sawah. Terlentang melelahan.
Qorun bermain dengan cahaya senter Hp. Ia tiarap di pematang sawah, menyorot hewan kecil ke dalam rerumputan liar.
Qorun bangun, berdiri, melayangkan pandangan ke arah tandu. Tampak Pak Julid yang terkapar tak sadarkan diri itu. Qorun tampak merasakan ada yang aneh.
Lalu secara bersamaan kita melihat mata Pak Julid yang terbuka perlahan, dia tak meronta. Dengan mata memicing dia mengintip para penyekapnya yang juga terkapar di atas tanah. Dia menutup matanya kembali. Pasang telinga.
Ayah, ibu, Onal dan Eva tampak tertidur. Dan Qorun tampak membangunkan.
QORUN
(mengguncang bahu Ayah)
Yah...Ayah!
Ayah bangun, duduk di pematang.
AYAH
Jam brapa itu, Qorun?
Qorun mengecek jam di Hp.
QORUN
Setengah 4, Yah.
Ibu bangun, duduk di pematang.
IBU
Onal, Eva...bangun!
Onal dan Eva bangun bersamaan, duduk di pematang.
EVA
Badan Eva sakit semua, Mah.
ONAL
(sambil menunjuk Pak Julid yang pingsan terbelit di atas tandu darurat itu)
Trus gimana nih? Mau dikemanain sebenarnya tuh orang?
EVA
Iya, nih. Ayah ga jelas banget dari tadi.
AYAH
(sambil meraih hp dari Qorun lalu bertanya ke Eva)
Ada pulsanya ga ini?
EVA
Ayah mau nelpon siapa?
Kemudian.
Ayah tampak menunggu panggilannya tersambung. Ibu, Eva, Onal dan Qorun menunggu di samping Ayah.
EVA
Nelpon siapa, sih Yah?
AYAH
Temen ayah, mau minjem mobil.
Ibu, Onal dan Eva lalu menatap Ayah. Mohon sesuatu diperjelas.
AYAH
Jadi gini. Kita pinjem mobil. Mobil diparkir di pinggir jalan sana..... Kita muat Pak Tulus dengan mobil sampe ke rumah. Kita sekap dia di rumah.
ONAL
Mah, gimana ini, Mah? Masak gitu rencananya ayah....
AYAH
Emangnya tadi ide awalnya gimana? Pak Julid dibiarin mati di hutan?
Ibu mengurut kening. Dan telepon Ayah tak diangkat-angkat juga.
AYAH
Kenapa gak diangkat, ya?
EVA
Masih tidur lah, Pah. Jam brapa ini...
QORUN
Setengah empat, Kak.
ONAL
Buset. Matahari dateng, abis lah kita.
IBU
Atau...Pak Julid kita bunuh, aja. Trus mayatnya kita buang ke saluran irigasi...
Ayah, Onal, Qorun dan Eva memandang Ibu.
IBU
(tertawa)
Becanda...(tiba-tiba berhenti tertawa) tapi kalo kepepet...apa boleh buat.
Hening melintas.
Eva terfikirkan sesuatu.
EVA
Mah, gini aja. Eva ada ide.
Kemudian.
Eva tampak menunggu panggilan teleponnya diangkat. Ayah, Onal, Ibu dan Qorun menunggu di dekatnya.
Telepon akhirnya tersambung.
EVA
(suara manja)
Halo...Dit, kamu udah tidur, ya?
ADIT
(suara ngantuk)
Mmmm...kenapa sih, Eva?
EVA
Aku ganggu kamu, ya? Maaf, deh.
ADIT
Ya, bukan gitu, cuman tiba-tiba gini. tengah malam lagi. Aneh banget.
EVA
Aku tiba-tiba kangen kamu, Dit. Truss...tau gak? aku lagi sendiri, nih. Di sawah. Di sawah deket perbatasan desa aku itu, lho. Dingin banget nih disini. Mau gak kamu nyamperin aku kesini? Bawa mobil kamu, ya...Pokoknya datang bawa mobil.
ADIT
Otw, beb. Otw!
Eva mengakhirkan panggilan. Ayah, Ibu, Onal, dan Qorun menatap Eva.
EVA
Mantan. (beat) Gak pernah pacaran di rumah. Depan Gang! (beat) Eva masih perawan ya, teman-teman!