Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Qorun's Family
Suka
Favorit
Bagikan
5. Penyekapan

EXT. HUTAN - LERENG BUKIT - MALAM

Keluarga Qorun mulai menuruni sisi lereng bukit yang agak curam itu.

Mereka sesekali berpegangan ke pohon atau akar pohon agar tak tergelincir.

IBU

Kalo itu beneran setan, ibu ga masalah. Asal dia ga minta bagian emas aja ke kita. Ibu gak rela.

ONAL

Tenang, Mah. Setan gak doyan uang, kok.

QORUN

Qorun juga ga doyan uang...

CUT TO

EXT. HUTAN - DASAR LERENG BUKIT - MALAM

Keluarga Qorun tiba di dasar lereng bukit. Sebuah area yang cukup datar, yang merupakan perpaduan dasar lereng dari beberapa bukit.

Qorun mengarahkan sorot cahaya senter jadulnya.

QORUN

Mah!

Cahaya senter memendar di antara mulut gua yang sempit itu.

Ibu, Ayah, Eva, dan Onal tampak terpana. Qorun minta diturunkan dari gendongan Onal. Dan mendekati Goa.

Mereka perlahan mendekati ambang mulut goa kecil itu.

IBU

(melirik Ayah)

Ayah kayaknya gak muat kalo masuk ini.

Ayah memperbaiki letak kacamatanya, menaksir ukuran mulut gua dengan lebar badannya.

QORUN

Tapi Di dalam luas, kok, Yah.

ONAL

Biar Onal aja sendiri yang masuk.

EVA

Eh! Aku juga, dong. Supaya cepet.

ONAL

Lu ga usah, Va. Di dalem ada uler.

Eva merenggut.

EVA

Ga takut. Gue biasa ama uler.

ONAL

Gak, gak.

Onal meraih senter jadul dari Qorun, dan Eva meraih tas sekolah Qorun dari Ibu. Parang, Linggis, serta Sekop tak ketinggalan juga.

QORUN

Kak buat apa bawa semuanya? Kan emasnya ga digali.

ONAL

Biar keliatan lebih dramatis, aja, Dek. Biar kaya di pelem-pelem. Adek pernah liat pelem tentang penemuan ”harta karun"?

Qorun hanya menggeleng.

Onal tersenyum dan berbalik menuju mulut goa. Onal mendapati Eva sedang merangkak masuk ke dalam mulut goa. Onal kaget, dia langsung menyusul Eva.

ONAL

Eh, eh. Dasar cewek. Cepet banget kalo urusan harta.

Ibu berdehem-dehem. Onal buru-buru masuk ke dalam lubang goa mendengar deheman ibu.

Ibu berbalik, hendak duduk di samping ayah dan Qorun yang melantai di tanah. Tapi Onal berseru.

ONAL

Mah! Liat, Mah.

Ibu menoleh mendadak. Tampak setengah badan Onal menyembul di mulut goa.

ONAL

(sambil menunjukan sebongkah emas)

Baru dua meter Onal udah dapet ini...

Ibu menatap antara harus senang atau malah jengkel.

IBU

Kamu kayak Qorun aja, Nal. Baru dapet sebiji udah keluar. Masukkk...

ONAL

Tapi ini, kan lebih gede, Mah.

AYAH

Si Eva-nya mana?

Kemudian.

Satu karung beras berisi bongkahan emas di letakan di atas tanah. Lalu menyusul dua tas sekolah berisi bongkahan emas serupa.

IBU

Tuh kan...apa ibu bilang bilang. Emasnya lebih dari sekarung. (beat) Qorun bilang kemarin kira-kira cuman sekarung.

Qorun hanya tersenyum. Ayah dan ibu mengambil masing-masing sebongkah emas untuk ditatap lekat-lekat.

EVA (o.s)

Mah...

Ibu menoleh ke arah Eva. Pun Onal. Mereka berdua tampak berdiri diam dengan pandangan mengambang.

IBU

Kenapa kalian? Baru kali ini ya liat emas banyak?

Onal dan Eva saling pandang. Eva menelan ludah.

EVA

Mah...

Ibu mengernyitkan dahi.

EVA (cont'd)

Sebenarnya tadi Eva tuh trus masuk ke dalam kira-kira 50 meter ke dalam gua. Truss...Ehm..truss...

IBU

Trus apa? Ngeliat setan lagi?

AYAH

Kamu baik-baik aja, Eva?

ONAL

Mah, sebenarnya...di dalam bongkahan emasnya banyak banget, Mah...se-truk kayaknya dapet...

EVA

Kebanyakan, Bang. Se-mobil Bak kayaknya...

Ibu dan Ayah terpana. Sunyi.

Dan.......

Tiba-tiba sesuatu terdengar memecah kesunyian. Desau dedaunan. Seseorang. Tergelincir dari lereng bukit. Sudah bertahan di batang pohon maupun akar kayu pepohonan tapi tetapi sia-sia. Lalu terus menggelinding terkapar di antara kaki keluarga Qorun yang berdiri keheranan, lalu menghantam karung sehingga bongkahan emas itu tumpah ke tanah.

Eva menghidupkan senter hp. Menyorot.

AYAH

Pak Julid?

EVA

Lha? Kok?

Orang itu ternyata adalah seorang hansip yang kita kenal sebagai Pak Julid! Ia berusaha bangkit, lalu berdiri sambil terus mengaduh kesakitan. Lalu mulutnya bungkam. Ia menatap keluarga Qorun. Lalu memandang bongkahan emas yang berkilauan oleh cahaya bulan itu lekat-lekat. Dia mengambil beberapa langkah mundur.

Keluarga Qorun menatap waspada. Ibu turun jongkok perlahan. Tangannya meraih-raih mencari sesuatu.

Kaki Pak Tulus berbalik naik ke lereng gunung dengan secepat mungkin.

Tangan ibu meraih sebuah bongkahan emas, lalu dilempar ke depan.

Brrukkk!

Kena kepala Pak Tulus.

Pak Tulus hilang keseimbangan tubuhnya.

Ia tergelincir lagi ke bawah.

Ayah, Ibu, Onal, Eva dan Qorun mendekat mengamati Pak Tulus yang tak sadarkan diri.

Ayah, Onal, Eva dan Qorun berpaling menatap Ibu.

IBU

(merasa tak bersalah)

Apa? Kenapa? Kalian mau dia nyebarin lokasi harta ”Qorun” kita?

QORUN

(berbisik ke ayah)

Yah, Pak Julid kenapa tadi dilempari gitu?

AYAH

(balas berbisik)

Tanya ibu kamu...

Ibu mendengar percakapan itu. Ia menoleh ke arah Onal dan Eva hanya melongo.

IBU

(ke Onal dan Eva)

Kenapa kalian diam aja. Dicek dong Pak Julidnya! (beat) Cepetan!

Onal dan Eva bergegas. Tapi mereka didahului Ayah. Ayah mendekatkan jarinya ke hidung Pak Julid.

AYAH

Masih idup.

Ibu datang mendekat, ikut memeriksa. Ibu tampak lega.

ONAL

(ke Ibu)

Bukannya kalo dia masih idup malah bisa bikin tempat ini ketahuan?

AYAH

Kecuali...

EVA

Kecuali...?

ONAL

Kecuali dibunuh.

AYAH

Bukan itu...

EVA

(ke Onal)

Dibunuh? Gila, lu!

ONAL

Gila, tapi masuk akal.

Eva menatap Ibu.

EVA

Mah, gimana, nih?

Ibu melirik Ayah. Ayah tahu apa maksudnya itu.

AYAH

Ok.....Ayah punya ide.

IBU

Ide apa?

CUT TO

EXT. HUTAN - JALAN SETAPAK

Keluarga Qorun menuruni jalan setapak hutan dengan langkah cepat. Seseorang tampak ditandu.

EVA

(sambil mengangkat tandu)

Ide yang bikin berat kaum perempuan. (beat) iya, kan, Mah?

Kita melihat Pak Julid yang mulutnya telah disumbat dengan kain dan diikat dengan akar pohon itu, diangkat di semacam sebuah tandu darurat. Tandu yang terbuat dari kayu dan akar pohon.

Ibu yang mengangkat di ujung tandu bagian depan tak hirau ocehan Eva.

Di depan ibu, ada Onal yang memikul karung dan dua tas sekolah penuh bongkahan emas.

Yang paling depan adalah Ayah yang sedang menggendong Qorun. Qorun memegang senter jadul dan senter Hp yang menyinari jalan setapak.

CUT TO

EXT. SAWAH - (-+) 1000 meter DARI JALANAN DESA - MALAM

Senter jadul tampak tergeletak begitu saja di pematang sawah. Dibiarkan menyala menyorot ke arah Pak Julid yang masih tak sadarkan diri di atas tandu.

Di sebelah tandu, kita melihat Eva, ibu, Onal, lalu Ayah telah tepar di atas pematang sawah. Terlentang melelahan.

Qorun bermain dengan cahaya senter Hp. Ia tiarap di pematang sawah, menyorot hewan kecil ke dalam rerumputan liar.

Qorun bangun, berdiri, melayangkan pandangan ke arah tandu. Tampak Pak Julid yang terkapar tak sadarkan diri itu. Qorun tampak merasakan ada yang aneh.

Lalu secara bersamaan kita melihat mata Pak Julid yang terbuka perlahan, dia tak meronta. Dengan mata memicing dia mengintip para penyekapnya yang juga terkapar di atas tanah. Dia menutup matanya kembali. Pasang telinga.

Ayah, ibu, Onal dan Eva tampak tertidur. Dan Qorun tampak membangunkan.

QORUN

(mengguncang bahu Ayah)

Yah...Ayah!

Ayah bangun, duduk di pematang.

AYAH

Jam brapa itu, Qorun?

Qorun mengecek jam di Hp.

QORUN

Setengah 4, Yah.

Ibu bangun, duduk di pematang.

IBU

Onal, Eva...bangun!

Onal dan Eva bangun bersamaan, duduk di pematang.

EVA

Badan Eva sakit semua, Mah.

ONAL

(sambil menunjuk Pak Julid yang pingsan terbelit di atas tandu darurat itu)

Trus gimana nih? Mau dikemanain sebenarnya tuh orang?

EVA

Iya, nih. Ayah ga jelas banget dari tadi.

AYAH

(sambil meraih hp dari Qorun lalu bertanya ke Eva)

Ada pulsanya ga ini?

EVA

Ayah mau nelpon siapa?

Kemudian.

Ayah tampak menunggu panggilannya tersambung. Ibu, Eva, Onal dan Qorun menunggu di samping Ayah.

EVA

Nelpon siapa, sih Yah?

AYAH

Temen ayah, mau minjem mobil.

Ibu, Onal dan Eva lalu menatap Ayah. Mohon sesuatu diperjelas.

AYAH

Jadi gini. Kita pinjem mobil. Mobil diparkir di pinggir jalan sana..... Kita muat Pak Tulus dengan mobil sampe ke rumah. Kita sekap dia di rumah.

ONAL

Mah, gimana ini, Mah? Masak gitu rencananya ayah....

AYAH

Emangnya tadi ide awalnya gimana? Pak Julid dibiarin mati di hutan?

Ibu mengurut kening. Dan telepon Ayah tak diangkat-angkat juga.

AYAH

Kenapa gak diangkat, ya?

EVA

Masih tidur lah, Pah. Jam brapa ini...

QORUN

Setengah empat, Kak.

ONAL

Buset. Matahari dateng, abis lah kita.

IBU

Atau...Pak Julid kita bunuh, aja. Trus mayatnya kita buang ke saluran irigasi...

Ayah, Onal, Qorun dan Eva memandang Ibu.

IBU

(tertawa)

Becanda...(tiba-tiba berhenti tertawa) tapi kalo kepepet...apa boleh buat.

Hening melintas.

Eva terfikirkan sesuatu.

EVA

Mah, gini aja. Eva ada ide.

Kemudian.

Eva tampak menunggu panggilan teleponnya diangkat. Ayah, Onal, Ibu dan Qorun menunggu di dekatnya.

Telepon akhirnya tersambung.

EVA

(suara manja)

Halo...Dit, kamu udah tidur, ya?

ADIT

(suara ngantuk)

Mmmm...kenapa sih, Eva?

EVA

Aku ganggu kamu, ya? Maaf, deh.

ADIT

Ya, bukan gitu, cuman tiba-tiba gini. tengah malam lagi. Aneh banget.

EVA

Aku tiba-tiba kangen kamu, Dit. Truss...tau gak? aku lagi sendiri, nih. Di sawah. Di sawah deket perbatasan desa aku itu, lho. Dingin banget nih disini. Mau gak kamu nyamperin aku kesini? Bawa mobil kamu, ya...Pokoknya datang bawa mobil.

ADIT

Otw, beb. Otw!

Eva mengakhirkan panggilan. Ayah, Ibu, Onal, dan Qorun menatap Eva.

EVA

Mantan. (beat) Gak pernah pacaran di rumah. Depan Gang! (beat) Eva masih perawan ya, teman-teman!

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar