Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENULIS BAYANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
27. 27

64.INT. KANTOR PENERBIT PARALAYA, RUANGAN MEETING - SIANG HARI

BANG WIRA
Gimana, Ben. Kabar autobiografi lo udah mau beres, kan? Deadline kita sebentar lagi, nih.
BENJAMIN
Saya lagi cross check nih, Bang. Terus ada beberapa hal yang masih mau saya diskusiin sama Pak Kuswan juga. Mungkin, sekitar minggu depan saya selesai.
BANG WIRA
Ada yang ganggu pikiran elo, ya?
BENJAMIN
kenaapa memangnya, Bang? Ada yang aneh dari saya? Saya rasa emang kaya gini seharusnya. 
BANG WIRA
Ngga ada yang aneh sih, tapi gue liat, lo agak beda aja.
BENJAMIN
Saya lagi ada beberapa pikiran aja sih, Bang. Saya ada pikiran buat novel baru juga.
BANG WIRA
Serius lo, ben. Gila lo keren banget sih kalo kata gue mah.
BENJAMIN
Saya cuma lagi bingung aja, bang. Tiba-tiba banyak karakter yang mucul bahkan saya sendiri ngga bisa nebak sebenernya kenapa.
BANG WIRA
Karena setiap cerita itu luas, ben. Dari segi hidup aja kita liat dari kehidupan kita sendiri aja. Banyak hal yang terjadi tanpa kita bisa terka ada orang yang tiba-tiba dateng dan pergi malah tanpa kita tau alesannya apa. Kenapa, karena setiap kedatangan karakter baru di hidup kita tuh pasti punya life lesson nya. Mau baik mau buruknya kita ngga tau karena hidup kita terus jalan karena kita pemeran utamanya.

Benjamin terdiam dan mengangguk dalam diam, Bang Wira menggeleng dan menepuk dua kali bahu Benjamin.

BANG WIRA (CONT'D)
Kalo gitu gue mau lanjut kerja, jangan lupa kabarin kalo udah beres itu autobiografi. Gue ngga sabar mau baca juga soalnya(tertawa dan berjalan pergi) 

65.INT. RUANGAN DIREKTUR, BAPAK KUSWAN RAJENDRA - SIANG HARI

Benjamin duduk memandang kearah langit-langit atap sembari menghela nafas beberapa kali.

KUSWAN RAJENDRA
Berat sekali nampak pikiran kamu sekarang, apa kita undur saja bincang-bincangnya? 

Benjamin terkejut lalu menegakkan posisi duduknya, menatap Kuswa Rajendra yang tersenyum kecil berjalan kearah kursi didepan Benjamin.

KUSWAN RAJENDRA (CONT'D)
Jadi, keputusannya? Kita lanjutkan sekarang atau besok. Keliatannya kamu lagi banyak pikiran.
BENJAMIN
(menggeleng) Saya rasa hari ini harus saya selesaikan, karena dalam jangka waktu dua minggu sudah harus diterbitkan.
KUSWAN RAJENDRA
Apa yang ingin kamu tanyakan? Saya juga merasa kemarin-kemarin sudah cukup.
BENJAMIN
Ini tentang anak sulung dan bungsu Pak Kuswan yang baru saja saya ketahui dari Bu Sukma sekitar minggu lalu.
KUSWAN RAJENDRA
Jadi kamu mau apa dengan fakta itu, saya harus menceritakan sudut pandang saya tentang keputusan mereka?

Benjamin mengangguk dan memusatkan pandangannya pada Kuswan Rajendra yang tiba-tiba menghela nafas.

KUSWAN RAJENDRA (CONT'D)
Kecewa, satu hal pertama yang saya gambarkan adalah kecewa. Meninggalkan rumah, keluarga, padahal banyak hal yang sudah dihabiskan bersama. Saya rasa, saya terlalu membelenggu mimpi anak sulung saya. Dia yang berjiwa seni saya tuntun untuk masuk ke dunia bisnis. Tidak ada masalah awalnya, sampai senyumnya terus-menerus memudar setiap harinya. Matanya kelihatan kosong. Dan ternyata, alasan pastinya dia merasa jalan itu bukan keinginannya. Sampai akhirnya dia pergi tanpa pamit, mengejar mimpinya.
KUSWAN RAJENDRA (CONT'D)
Saya tidak bisa merasakan emosi amarah sama sekali mencoba mengerti, tapi, ternyata rasa kecewa itu tidak bisa hilang.
BENJAMIN
Dan, sekarang beliau berhasil mengggapai mimpinya, apa Pak Kuswan bangga Dengan keputusan yang diambil itu?
KUSWAN RAJENDRA
Begitu mendengar kabar novel pertamanya sukses tentu saja saya bangga. Dia selalu bisa membanggakan saya atas apapun yang dia lakuakan. Sampai saya terus percaya dia bisamenggantikan saya sebagai penerus perusahan yang telah saya dirikan dengan keringat saya. Saya selalu mendukung mimpi mereka tentu saja, tapi entah kenapa keputusan untuk pergi itu rasanya terlalu ceroboh. Seharusnya, itu semua bisa dibicarakan baik-baik, bukan begitu?
BENJAMIN
mungkin dia punya pemikiran tersindiri mengapa melakukan itu dengan tergesa, Dan untuk kepergian putri bungsu anda?
KUSWAN RAJENDRA
Mereka berdua bagai saudara yang ikatannya sangat kuat. Selalu bersama terus, rumah terasa makin ceria saat mereka tertawa. Dan, semenjak kepergian Abangnya, Lily juga berubah menjadi anak yang banyak diam. beberapa kali saya mendengar suara tangis dimalam hari saat pulang kerja. Mungkin dia sama tidak relanya seperti saya dan anggota keluarga lainnya dalam keputusan Abang untuk pergi dari rumah. Dan, untuk dia, saya mendengar kabarnya yang baik-baik saja sudah lebih dari cukup. Menjadi penyiar radio yang memang terus ia impikan buat saya bangga dengan itu.
BENJAMIN
Apa kata bangga itu pernah anda suarakan pada Arnawama, dimana beliau sudah merelakan mimpinya menjadi seorang Dokter demi mimpi besar Abangnya?
KUSWAN RAJENDRA
Untuk yang satu ini, saya selalu bingung dengan karakternya. Selalu bisa merasa cukup akan apapun yang diberikan, terus tersenyum tipis akan apapun. Saya sendiri sebagai Ayahnya tidak pernah melihat dia tersenyum lebar apalagi tertawa lepas. Dia ada di rumah dan menyaksikan semuanya sendiri. menjadi tameng kokoh yang entah bagaimana dia bangun sebegitu kuatnya. Saya sangat amat kagum dengan Arnawama, apapun itu dia bilang selama semua hal berjalan lancar dan semua bahagia, dia rela lakukan. Dia ngga butuh pangkat atau apapun itu, yang terpenting bantu Ayah pertahkan perusahan menjadi tujuannya.
BENJAMIN
Menurut Pak Kuswan, keputusan untuk merelakan mimpi itu, apa benar harus dilakukan?
KUSWAN RAJENDRA
Tidak, tentu saja namun Arnawama pernah mengatakan bahwa apapun yang terjadi dia akan membantu menjalankan perusahaan, agar Ayahnya bisa beristirahat. Karena ada dia yang bisa lanjutkan semua itu, Ayah ngga perlu khawatir karena dia mengerti. Saya tau seberapa berat keputusan itu dia buat, selama 2 minggu dia pergi tanpa pulang untuk pertama kalinya, kembali dengan bawa keputusan itu. Itu berat, pasti. Tapi dia mencoba dan saya bangga dengan itu. Walau saya lebih bangga saat melihat ia bahagia saat tau diterima pada fakultas kedokteran di universitas yang dia mau.

Setelah banyak berbincang, Benjamin menghela nafas dan kembali bicara.

BENJAMIN
Apa bapak tidak keberatan?
KUSWAN RAJENDRA
Ini autobiografi saya tentu saja semua hal penting harus di ceritakan, bukan begitu, Benjamin?

66.INT. MOBIL BENJAMIN, DITEPI JALAN, DEKAT KOSAN LYSIA - SORE HARI

Sosok Lysia berjalan didepan sana, Benjamin hanya dapat berdiam didalam mobilnya.

BENJAMIN
Entah kenapa saya rasa cerita bakalan berat buat kita. Apa bisa semuanya berjalan sesuai sama yang saya mau.

Menghela nafas Benjamin melajukan mobilnya, menjauh dengan mata sedikit melirik kearah kosan itu. Tatapan kaget saat melihat Lysia ada disana, juga menatapnya.

LYSIA
Bener, kan, itu kamu. Kenapa kamu ngga nyamperin aku dan malah pergi gitu aja?  

67.INT. KANTOR PENERBIT PARALAYA, RUANGAN MEETING - SIANG HARI

BANG WIRA
Benjamin baru aja ngasih naskah utuh dan sudah mulai saya edit, mungkin akan selesai minggu depan. Untuk cover Bang Candra sudah buat katanya dengan judul Jalanku, Kesuksesanku, Rajendra.
PIMPINAN REDAKSI
Baik berarti sesuai deadline akan kita terbitkan dan publikasikan pada hari lahir beliau diacara press conference juga perayaan hari lahirnya.
BANG WIRA
Buat buku terbaru Daffa Armani juga diterbitkan dihari yang sama dan beliau akan adakan sesi tanda tangan. Setelah event perilisan di salah satu toko buku. 
PIMPINAN REDAKSI
Oh, benar juga dihari yang sama. Apa semuanya sudah sesuai? Jika ada kesulitan bisa beritahu saya.
BANG WIRA
Mungkin kasih libur buat, Ben. Soalnya dia udah mau gila kayanya ngejalanin dua project bareng.
BENJAMIN
Apaan sih, bang Wira. Saya biasa aja kok. Cuma emang agak kecapean aja.
PIMPINAN REDAKSI
Kalo gitu istirahat, ben. Mau berapa hari?
BENJAMIN
Apa boleh, Bu?
BANG WIRA
Dih sok soan lo, seminggu aja Bu kasih.
PIMPINAN REDAKSI
Ya sudah, seminggu, kamu harus banyak istirahat, Ben.
BENJAMIN
Terimakasih, Bu. 
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar