Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENULIS BAYANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
23. 23

56.INT. APARTEMEN DAFFA ARMANI BERWARNA PUTIH DAN ABU GELAP - SIANG HARI

BENJAMIN
Jadi saya nunggu dimana ya, Mbak? 
CIA
Diruang kerja Daffa, dia udah bilang buat kamu langsung masuk aja, mungkin sebentar lagi dia balik.

Benjamin berjalan menyusuri tangga ke lantai dua mencari ruang kerja sang penulis terkenal. Sampai ditemui pintu berwarna abu-abu. Saat masuk rasanya sangat kosong dan dingin, itu yang pertama kali dirasakan Benjamin.

57.INT. RUANG KERJA DAFFA BERWARNA ABU-ABU GELAP - SIANG HARI

BENJAMIN
Ini dia orangnya emang suka warna abu-abu mungkin, ya. Tapi kerasa gelap banget (bergumam kecil).

Melihat sekeliling banyak rak berwarna putih tinggi yang bukunya tersusun tidak rapi, meja ditengah ruangan juga sama berantakannya.

Berjalan kearah rak buku, Benjamin meneliti banyak buku keluaran penulis kondang lainnya. Beberapa berkas naskah yang terdapat tulis edisi ke 4 atau 5.

BENJAMIN (CONT'D)
Jadi penulis terkenal juga banyak revisinya ya, apa pernah tertolak juga?
DAFFA
Pernah, saya banyak ditolak tapi ngga berhenti karena kegagalan itu pastinya. Sama kaya kamu yang berhasil tetep berdiri dengan usaha sendiri saya juga sama.

Benjamin yang terkejut langsung menjauhkankan tangannya dari naskah yang sedang ia pegang.

DAFFA (CONT'D)
Santai aja, liat aja semau kamu. Yang saya bilang beneran. oh. Banyak yang bilang saya sampai disini pasti ngga banyak hal yang saya lalui padahal jauh sebelum buku pertama saya rilis banyak kejadian yang rasanya ngga akan bisa dimengerti semua orang.
BENJAMIN
Maaf, sudah berpikir yang enggaengga. 
DAFFA
ngaga papa kok, semua orang pasti punya pemikirannya sendiri apalagi yang udah tersebar di publik. Kalo gitu kita mulai sekarang cross check naskahnya?

Benjamin mengangguk dan ikut duduk setelah dipersilahkan oleh Daffa. Sejenak Benjamin termenung membaca bagian awal naskah yang dibuat oleh Daffa. Terasa sepeti penggambar hidup seseorang yang jiwanya sudah mati didalam diri.

BENJAMIN
Saya ngga tau mau bilang ini kaya gimana, tapi, saya rasa karakter ini punya sesuatu yang cuma dia yang tau. Sampai saya menerka apa sih, alasan dia pergi ninggalin semuanya, bahkan sampe keluarganya.
DAFFA
Saya memang sengaja buat seperti itu, buat pembaca menerka sendiri bagaimana perasaan karakter dalam hidupnya. Yang mungkin baik aja keliatannya.

Daffa melihat Benjamin dengan kening berkerut seperti sedang berpikir keras.

DAFFA (CONT'D)
Menurut kamu, apa yang dirasain sama karakter itu?
BENJAMIN
Saya ngerasa dia terlalu cepet ambil keputusan. Rasa kosong di hidupnya kerasa sampe tulang. Tapi saya juga ngerasa ada satu rasa bebas yang bisa dia rasain, kaya mengejar mimpi yang udah lama dia impikan jadi kebebasan ngga tertara buat dia.
DAFFA
Tapi sayangnya, rasa bebas yang dia rasa jadi kebahagian paling besar malah jadi boomerang buat dia. 
BENJAMIN
Makanya ada yang bilang penyesalan selalu datang mau gimana pun kehidupan seseorang. Penyesalannya mungkin ngga ketara tapi dia yang rasain gimana perasaan itu lamalamaa menggerogoti hatinya. konsekuensi yang ada di keputusan dia ambil tegesa itu besar dan dia ngga sadar karena memang terfokus sama mimpinya.
DAFFA
Mimpinya besar, butuh banyak perjuangan buat dapetin itu. Dari sisi saya yang buat buku ini ada satu kelemahan dan saya ngga bisa sadar itu apa.
BENJAMIN
Itu alesannya kenapa saya diajak buat jadi penulis pendamping?
DAFFA
(mengangguk) Saya rasa kamu bisa temuin satu hal yang hilang itu, karena saya yang baca naskah kamu ngerasa paham apa yang kamu ceritakan, mungkin sebaliknya?
BENJAMIN
Membaca naskah saya? Bang Daffa jadi salah satu yang jadi penilai?

Daffa hanya mengangguk dan kembali membaca naskah yang sudah sebulan lalu ia selesaikan.

BENJAMIN (CONT'D)
Menurut Bang Daffa, gimana karakter yang saya gambarkan di naskah itu?
DAFFA
Yang saya paham dari karakter kamu, dia selalu berusa keras tapi dunia bahkan ngga pernah kasih atensi lebih, waktu bahkan ngga bisa menyembuhkan lukanya padahal banyak yang bilang kalo luka akan sembuh seiring berjalannya waktu tapi entah kenapa dia masih terjebak dan buat keluar butuh lebih banyak air mata.
DAFFA (CONT'D)
Karakter yang kamu buat ingetin kalo ngga semua hal bisa ada disisi kita gitu juga iming-iming waktu.
BENJAMIN
Baru kali ini ada yang begitu mengerti sama karakter saya, kebanyakn orang bakal bilang kalo karakter saya terlalu berlebihan.
DAFFA
Itu ngga berlebihan cuma manusiawi aja, dimana memang kita hidup dijinjing sama takdir. Mau sebaik apapun kita jalanin hidup bakalan berantakan kalo memang itu waktu yang udah ditentuin sama Tuhan.

Dalam hati Benjamin membuncah senang karena diberikan validasi tentang tulisannya. Maka ia kembali mengangkat kepalanya dan menatap si Penulis terkenal dihadapannya.

BENJAMIN
Apa saya bisa tau, kenapa naskah saya ditolak?
DAFFA
mhhmm.. Saya juga ngga tau, tapi dari beberapa orang ada yang bilang karakternya terlalu berlebih kaya kata kamu.

Melihat Benjamin yang hanya mengangguk mebuat Daffa kembali berbicara.

DAFFA (CONT'D)
Jadi menurut kamu, apa kekurangan dari tulisan saya?
BENJAMIN
Mungkin saran dari saya ditambahkan satu sisi yang ngga digambarkan sesuai sama karakternya. Sisi gelap dia ditengah keputusan yang setiap hari dia sesali. Karena, penyesalan diakhir terlalu cepat buat ada sisi yang bilang kalo dia cukup sulit ditengah dunia kejam yang dia jalanin sendirian.
DAFFA
Mimpi buruk, saya harusnya memang tambahin itu. kenapa ngga kepikiran.
BENJAMIN
Menurut saya jangan mimpi buruk, tapi saat-saat sebelum tidur diantara banyak pikiran di kepala. Pikiran buat kembali dan menyesali.

Daffa mengangguk dan tangannya terkepal, dahinya berkerut, seperti berpikir keras untuk mengatakan sesuatu.

Bibirnya terbuka dan kembali tertutup. Melihat Benjamin yang masih serius dengan naskahnya, sedikit menghembuskan nafas dan mengangguk kecil. Akhirnya Daffa bicara.

DAFFA
Saya denger kamu buat Autobiografi punya Bapak Kuswan Rajendra?
BENJAMIN
(sedikit terkejut) Iya, gimana...
DAFFA
Bukan dari rekan kantor, saya tau dari orang luar.

Benjamin hanya mengangguk dan merasa duduknya semakin tidak nyaman, karena satu fakta yang dikeluarkan oleh Daffa.

DAFFA (CONT'D)
Kamu udah ketemu sama keluarganya? Menurut kamu gimana kehidupan beliau?
BENJAMIN
Saya ngga bisa kasih tau, karena itu privasi klien saya. Tapi dari garis besar yang bisa saya ambil, keluarga beliau masih terasa hangat tapi banyak hal yang saya rasa hilang diantara mereka. Apalagi anak beliau yang saya temui beberapa kali, terasa kaya seseorang yang hanya hidup tapi ngga bisa menikmati apa yang dia lakuin selama ini.
DAFFA
Kamu tau kenapa dia bisa keliatan kaya gitu?

Melihat sorot mata yang berbeda Benjamin merasa bimbang harus memberitahukannya atau tidak.

BENJAMIN
Dia merelakan mimpinya buat menyelamatkan mimpi orang lain.

Sejenak dapat Benjamin lihat Daffa memejamkan mata dengan nafas tertahan. Setelah membaca suasana yang dirasa berbeda dari sebelumnya buat Benjamin memutuskan berdiri dari duduknya.

BENJAMIN (CONT'D)
Kalo begitu mungkin saya harus pulang sekarang, deadline Autobiografi saya juga lagi mepet banget. Saya pamit sekarang ya, Bang Daffa.

Daffa yang tadinya melamun akhirnya tersentak dan mengangguk dan dengan tarikan senyum dipaksakan.

DAFFA
Oh, maaf, saya jadi ngelamun gini. Iya, terimakasi juga Benjamin sudah mau cross check sama saya hari ini. Mungkin minggu depan kita bisa liat lagi naskahnya?
BENJAMIN
Ya, tentu. Kalo begitu saya pamit.

Setelah berpamitan, Benjamin dengan cepat berjaln keluar apartemen itu. Entahlah, ia hanya merasa sedikit janggal.

Sampai masuk pada mobilnya, Benjamin melihat sebuah mobil tiba didepannya dan tanpa disangka Arnawama yang turun dan berjalan masuk.

BENJAMIN (CONT'D)
(dahi berkerut bingung) Kak Arna ngapain kesini? Mereka saling kenal? (menggeleng keras) bukan urusanmu Ben.

Melajukan mobil sekelibat melihat kearah apartemen milik Daffa.  

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar