Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENULIS BAYANGAN
Suka
Favorit
Bagikan
12. 12

33.INT. STASIUN RADIO, RUANGAN PENYIAR - MALAM HARI

MILLA
(terburu masuk dengan tatapan kaget) Sya, kamu nangis?
LYSIA
Kak, kayaknya aku jadi karakter jahat dihidup orang lain, Kak.
MILLA
Semua orang, sya. Semua orang pasti jadi karakter jahat dikehidupan orang lain, bukan cuma kamu, aku juga.
LYSIA
Tapi ini beda, Kak. Aku bener-bener jahat ninggalin dia sendirian. Aku egois buat diri aku sendiri. Aku....Bahkan gak mikirin seberapa...seberapa..

Milla langsung memeluk Lysa dan mengelus pundak bergetar gadis didepannya.

LYSIA (CONT'D)
Aku jahat, aku bahkan gak pernah tau kapan dia sakit dan pulang. Dia selalu ada di rumah tapi aku gak pernah perduli sama dia, aku...aku salah, aku kira aku yang paling menderita ternyata ada yang jatungnya dipaksa direnggut di depan mata aku.

34.EXT. TERAS RUMAH KELUARGA RAJENDRA - SIANG HARI

IBU PRASTYA
Nyaman ya, duduk di sini. Semilir angin sam rindang pohon yang buat sejuk.(tersenyum dan ikut duduk disebelah Benjamin).
BENJAMIN
Iya, Bu. Saya dari awal kesini entah kenapa ngeliat kesini terus. Rindang.
IBU PRASTYA
Biasanya, di sini ada banyak suasana ceria. Tapi beberapa tahun ini kosong. Saya yang di rumah erus kerasa hampanya. 

Baru mau bertanya apa yang terjadi Bu Prastya mulai bicara lagi.

IBU PRASTYA (CONT'D)
Kamu mau wawancara saya hari ini, kan?
BENJAMIN
Benar, Bu. Saya mau menanyakan beberapa hal. Yang sedikit mengganjal, apalagi spekulasi orang-orang luar yang gak ngenakin.
IBU PRASTYA
Pasti masalah kematian almarhum suami saya yang ada di tahun jaya anak saya. Benjamin hanya terdiam, sadar pasti banyak hal yang diketahui oleh Ibu Prastya.
BENJAMIN
Jika, Ibu tidak Keberatan untuk menceritakan sedikit saja apa yang terjadi antara Bapak Rajendra dan Pak Kuswan.
IBU PRASTYA
Kuswan anak satu-satu kami. Dia gigih. Apa yang ia mau selalu bisa dia dapat dengan usaha sendiri. Kami sebagai orang tua pastinya sangat bangga dengan usahanya. ternyata Kuswan punya mimpi besar, ingin punya perusahaan yang sudah dia pikirkan mungkin nilai aset akan tinggi di beberapa tahun lagi. saya tau dia gak akan menyerah, tapi Ayahnya menentang semua itu karena ingin Kuswan untuk berfokus pada dunia pertanian yang sudah lama digeluti sekeluarga. banyak debat-debat kecil, sampai Kuswan memilih untuk pergi dari rumah, mecoba mendirikan sendiri mimpinya. membeli gedung tua, membeli tanah, hasil dari kerjanya sendiri. semua orang tau, Ayahnya punya banyak tanah dan perkebunan, tapi gak ada dukungan buat dia bebrapa tahun. sampai disatu tahun, suami saya sakit keras, gagal jantung.

ibu Prastya menatap Benjamin dengan mata berkaca-kaca. 

IBU PRASTYA (CONT'D)
Di hari-hari berat itu kami mulai gencar menghubungi Kuswan untuk pulang. Suami saya akhirnya meninggal dengan memberikan wasiat seluruh asetnya atas nama putra satu-satunya. Putranya yang berani pergi untuk mimpinya. Putranya yang sudah menjadi sosok paling teguh pendirian. sayangnya, Rajendra tetap bangga dengan keputusan anaknya, walau akhirnya ia ngga bisa melihat kesuksesan putra satusatunya. Dan sampai saat ini, semua aset perkebunan milik Rajendra tetap ada. Kuswan tidak pernah ingin memakai itu untuk bisnis propertinya. Dia selalu bilang, itu memang milik Kuswan tapi Kuswan mau itu terus ada buat aset milik keluarga bukan perusahaan.
BENJAMIN
Maaf, saya udah termakan berita gak bener. Saya kira..
IBU PRASTYA
Saya tau, pasti banyak omongan tentang usaha Kuswan yang bermain kotor sampai harus merenggut nyawa Ayahnya. Karena kejanggalan tahun sukses dan meninggalnya yang bersamaan.
BENJAMIN
Pak Kuswan memang sosok kuat yang terus berdiri apapun yang terjadi ya.
IBU PRASTYA
Siapa bilang, Kuswan bukan seseorang yang kuat. Mungkin luarnya saja ya hahah. Saat tahu Ayahnya meninggal sepanjang perjalan dia menangis kata teman seperjuangannya. Menyalahkan diri sendiri kenapa mengabaikan setiap surat yang kami kirimkan. Apalagi kalau soal anaknya, sudah, bisabisa gak keluar kamar dia.
BENJAMIN
Kak Arna pernah buat Pak Kuswan nagis, Bu?
IBU PRASTYA
Ama gak pernah buat siapapun nangis. Dia paling mengerti kondisi rumah karena sering diam.
BENJAMIN
Lalu, siapa yang buat Pak Kuswan nangis kalau bukan Kak Arna?
ARNAWAMA
Eyanggg! Ama pulangg! Tadi Ama liat ada yang jual putu ayu jadi mampir.

Arnawama berjalan dengan tersenyum, senyumnya sedikit pudar saat tahu Eyang sedang duduk dengan Benjamin.

ARNAWAMA (CONT'D)
Eh.. Ada Benjamin. Udah lama disini? Mau makan putu ayu bareng?
IBU PRASTYA
Yoo, iyolah. Siapa yang gak suka putu ayu? Tau aja kamu apa yang Eyang suka. Ayo Benjamin kita makan sama-sama.
BENJAMIN
Oh, saya gapapa, bu.
ARNAWAMA
Ayo, makan aja bareng, udah jarang banget meja makan ada yang isi, iyakan Eyang?

Akhirnya Benjamin mengangguk dan ikut makan bersama Arnawama juga Bu Prastya.

IBU PRASTYA
Seharusnya kamu juga beli ondeonde, Ma. Yang isi kacang ijo. ARNAWAMA Ya ampun Eyang, ini aja aku udah diem-diem pas Mamah ga ada, loh. Ketauan Mama aku juga yang kena nanti.
BENJAMIN
Memang kenapa, Ibu Prastya gak bisa makan itu?
ARNAWAMA
Penyakit umur, Benjamin.Kolerterol, harus jaga gula darah. 
ARNAWAMA (CONT'D)
Biasanya Mama boleh sesekali, tapi beberapa hari ini ngga. Soalnya Eyang jadi keenakan gak ada larangan.
IBU PRASTYA
Eyang tuh juga kepengen. Tapi ya namanya juga udah tua ya, Benjamin. Jadi mau gimana lagi. Omong-omong, NaK Benjamin ini sudah terbitkan berapa buku?

Keadaan meja sunyi, Arnawama juga ikut menunggu jawaban Benjamin dengan tersenyum.

BENJAMIN
Saya belum ada terbitin buku apaapa, Bu. Dunia literasi lagi penuh peminat, mungkin kemampuan saya belum mumpuni. ARNAWAMA Gimana deh maksudnya, kamu belum ada nerbitin apa-apa?
BENJAMIN
Kalo ada kesempatan buat saya nerbitin buku nantinya, saya pasti sangat bangga nama saya tercantum di buku hasil karya saya. Dan itu mimpi saya. Saya masih coba terusterusan buat wujudin itu. Buktiin ke kedua orang tua saya kalau saya mampu jadi penulis.
ARNAWAMA
Tapi yang saya tau, kamu penulis yang paling direkomendasi di kantor penerbit kamu?
BENJAMIN
alhamdulillahnya iya, saya bersyukur sama apa yang saya kerjain. Penulis Bayangan. Gak ada yang tau saya sebagai penulis bayangan. taunya saya jadi editor di kantor penerbit.
IBU PRASTYA
Tapi Eyang bangga, kamu masih coba terus buat mimpi kamu. Eyang yakin suatu saat nanti pasti kamu bisa jadi penulis besar.
IBU PRASTYA (CONT'D)
Karena gak ada yang sia-sia dalam berusaha.

Arnawama yang mendengar penuturan Ibu Prastya hanya mengagguk kecil. Menatap Benjamin yang terlihat sangat terkejut dengan kata-kata Ibu Prastya.

BENJAMIN
Terimakasih Ibu, baru kali ini ada yang bilang bangga buat apa yang lagi saya lakuin.terimakasih banyak.
IBU PRASTYA
Raihlah apa yang mau kamu raih, jangan sia-siakan waktu kamu yang lagi bebas raih semua yang kamu mau. Waktu masih panjang.

35.EXT. HALAMAN RUMAH KELUARGA RAJENDRA - SIANG HARI

ARNAWAMA
Kamu hebat, Benjamin. Saya gak tau apa yang selama ini udah kamu laluin. Tapi buat terus berdiri kokoh demi mimpimu itu, saya akui. Kamu hebat.
BENJAMIN
Tapi dibanding saya, Kak Arna lebih dari kata hebat. Tapi saya ngerasa janggal sedikit. apa keputusan Kak Arna buat nyelesain mimpi yang belum tuntas itu bisa diputuskan dengan yakin.
ARNAWAMA
Saya, yakin. Sangat. Saya tau Ayah butuh saya.
BENJAMIN
Hanya karna Pak Kuswan? tapi yang saya dengar dari Ibu Prastya. Pak Kuswan gak pernah menyerah sama mimpi yang udah beliau tata. Tapi kenapa Kak Arna menyerah.dan pula mengatas namakan Pak Kuswan.
ARNAWAMA
Saya menyerah itu keputusan saya. Demi mimpi saudara saya yang selalu cerita tentang mimpinya dengan mata berkaca.
ARNAWAMA (CONT'D)
Bercerita tentang mimpinya yang akan dia relakan demi keinginan Ayah. Saya liat dia nangis buat pertama kalinya. Sosoknya yang ceria tiba-tiba ilang. Keadaan rumah yang tadinya hangat berubah jadi dingin. Sepertia bukan cuma mimpinya yang mati tapi dirinya juga.
BENJAMIN
Tapi Kak Arna akhirnya pura-pura gak tau seberapa berat rasa menyerahkan mimpi demi mimpi orang lain. Seberapa banyak Kak Arna pengen keluar dari kantor sampe rela merubah suasana kantor. Karena ngga merasa nyaman sama pekerjaan yang gak pernah Kak Arna mau.
ARNAWAMA
Benjamin, saya harap kamu bisa jadi penulis yang akhirnya mengeluarkan karya paling indah. Bisa saya jadi salah satu karakter dari cerita itu nanti?
BENJAMIN
Maksud, Kak Arna?
ARNAWAMA
Saya cuma pengen ada orang yang tau seberapa banyak mimpi harus mati bukan karena gak mampu. Tapi, karena menyerah ditengah jalan. Saya gak mau ada orang lain yang bernasib sama kaya saya.  


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar