Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Moonlight
Suka
Favorit
Bagikan
8. The Proposal: Dandelion
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT.IGD — DAY

IGD terlihat sepi. Tim Medis terlihat berkumpul dimeja informasi, menjaga jarak dari RHEVA.

Seorang PERAWAT LAKI-LAKI terlihat melemparkan selembar kertas pada RHEVA. Ia berbicara dengan ketus.

PERAWAT LAKI-LAKI

Isi dengan benar. Serahkan sekarang juga!

RHEVA mengambil kertas itu. RHEVA menatap semua Tim Medis yang ada disana.

RHEVA

Maaf, bolehkah aku meminjam pulpen?

Semua Tim Medis terlihat membubarkan diri, berjalan menjauh dari RHEVA. 

RAY terlihat memasuki IGD dan menghampiri RHEVA.

RAY mengambil penanya dari jas dokternya, menyerahkannya kepada RHEVA.

RAY

Gunakan milikku.

RHEVA menatap RAY dan mengambil pulpen itu. Mulai mengisi kertas tadi.

RHEVA

(Tanpa menoleh pada RAY)

Terima kasih.

RAY terlihat tersenyum. RHEVA memberikan pulpen RAY. Tapi RAY menolak.

RAY

Barang yang sudah diberikan tidak boleh ditarik kembali.

RHEVA bingung.

RAY

Bulan milik mu, dan ini..

RAY menunjuk ornamen bulan yang menggantung pada pulpen itu dan mengeluarkan pulpen baru dari jas dokternya. Pulpen dengan ornamen matahari.

RAY

Matahari milikku.

RHEVA terlihat jengkel dan meninggal pulpen itu diatas meja informasi. RHEVA berjalan keluar IGD.

RHEVA

Sinting!

RAY terlihat tersenyum dan berteriak pada RHEVA.

RAY

(Membuat love sign dengan jarinya)

I love you too, RHEVA.

EXT.TAMAN RUMAH SAKIT.DAY/NIGHT (SUNSET)

RHEVA duduk di kursi taman sendirian. Ia terlihat memakan es krim coklat dan menatap sunset.

RAY datang dan duduk disamping RHEVA. RAY terlihat membawa satu cup latte.

Hening sesaat.

RAY terlihat menatap RHEVA. Tangannya menunjuk wajah RHEVA.

RHEVA

(Tanpa menatap RAY)

Apa?

RAY tersenyum jahil.

RAY

Nikah yuk!

RHEVA

(Menoleh dan bingung)

Hah?

Menunjuk kembali wajah RHEVA.

RAY

Sengaja kan makan belepotan dibawah sunset? Mendukung adegan romantis. Jadi...

RAY mengeluarkan kalungnya. Menampilkan 2 bandul berupa cincin bercorak matahari dan bulan.

RAY

Mumpung suasananya mendukung, yuk nikah!

RHEVA terlihat kesal dan meninggalkan RAY.

INT.RUANG OPERASI — DAY

Beberapa orang Tim Medis terlihat mendorong brangkar pasien keluar dari ruangan operasi. RHEVA terlihat melepas jubah operasinya dan meletakkan pada rak khusus.

Ia terlihat berjalan sambil melakukan peregangan. Tiba-tiba RAY datang dan mengejutkan RHEVA.

RAY

Nikah yuk!

RHEVA terlihat mengacuhkan RAY dan pergi. Namun, RAY tetap mengikuti RHEVA.

INT.ICU — DAY

Terlihat suasana Ruang ICU yang hening. Hanya terdengar suara alat-alat medis.

RHEVA terlihat masuk dengan pakaian steril dan masker. RAY terlihat mengikuti RHEVA dengan pakaian yang sama.

RHEVA terlihat memeriksa keadaan pasien dan mengisi data pada sebuah laptop yang ada di dekat ranjang pasien.

RAY terlihat berdiri disamping RHEVA, berbisik.

RAY

Nikah yuk!

RHEVA terlihat berhenti mengetik dilaptop dan menatap RAY.

RHEVA

Direktur yang terhormat. Tolong keluar, anda mengganggu pekerjaan saya.

RHEVA terlihat duduk disamping brangkar pasien dan tidur. RAY kembali mengikuti RHEVA. Ia terlihat menatap para perawat yang ada di meja informasi.

Dua orang perawat terlihat memasuki ruangan dengan pakaian steril. RAY menatap mereka.

RAY

Tolong awasi pasien ini. Aku dan dokter RHEVA harus menemui W.O. hari ini.

Kedua perawat menampilkan wajah terkejut. Sementara RHEVA terlihat bangun dan menatap RAY dengan kesal. Namun, RAY terlihat menarik tangan RHEVA keluar ruangan.

EXT.PEMAKAMAN KOTA — DAY

Terlihat suasana areal pemakaman yang sepi. Hanya ada beberapa orang yang mengunjungi makam.

RHEVA terlihat duduk disamping sebuah makam dan berdoa. Lalu mulai mencabuti rumput liar yang tumbuh disana. 

RHEVA menghentikan kegiatannya saat menemukan dandelion tumbuh disana. Air matanya tertahan dipelupuk mata.

RHEVA terlihat menaburkan bunga baru diatas makam.

RHEVA melihat RAY yang datang tiba-tiba dan meletakkan buket bunga dimakam itu. RHEVA terus memperhatikan RAY yang sedang berdoa.

RAY terlihat mengusap batu nisan itu dan tersenyum getir.

RAY

Hai, dek. Maaf ya kakak baru dateng sekarang.

RAY terlihat menatap dandelion yang tumbuh disana. Lalu tersenyum dan memperhatikan RHEVA yang menahan tangis.

RAY

Nangis, RHEVA. Jangan ditahan.

Wajah RHEVA terlihat semakin memerah saat mendengar suara adiknya.

FLASHBACK

EXT.TAMAN — DAY

Cuaca terlihat terik. RHEVA memangku adiknya dibawah pohon. Sementara ADIK RHEVA terlihat memegang sekuntum bunga dandelion.

Angin berhembus lembut dan menerbangkan dandelion kecil. ADIK RHEVA memperhatikan dandelion yang diterbangkan angin dan tersenyum melihat kedatangan RAY dari jauh.

Sementara RAY terlihat kesusahan menaiki taman yang ada dilereng perbukitan.

ADIK RHEVA

Kak RAY itu mirip dandelion.

RHEVA

(Bingung)

Mmm...?

ADIK RHEVA

Bucin abadinya kakak. Dandelion juga bucin abadinya matahari.

EXT.PEMAKAMAN KOTA — DAY

RHEVA terlihat mengusap nisan adiknya dan berdiri, meninggalkan areal pemakaman.

RAY terlihat ikut berdiri, berusaha mencegah kepergian RHEVA.

RAY

RHEVA, ayo bicara.

RHEVA terlihat berhenti berjalan. Air matanya jatuh membasahi pipi. RHEVA terlihat menangis dalam diam.

ADIK RHEVA (O.S.)

Kalau aku itu angin. Angin yang menjauhkan dandelion dari matahari.

Wajah RHEVA terlihat semakin memerah. RHEVA berbalik dan menatap RAY.

RHEVA (V.O.)

Bukan, dek. Kamu itu angin yang mempertemukan mentari dan dandelionnya.

RAY terlihat memandang RHEVA dengan sendu. Lalu berjalan mendekati RHEVA. Sementara RHEVA terlihat memejamkan matanya. Kerutan terlihat jelas diwajahnya.

PRIA TUA (O.S.)

Jauhi mentari mu RHEVA. Bulan dan mentari tak ditakdirkan bersama.

RAY mendekati RHEVA dan berusaha meraih tangan RHEVA. Ditangannya ada sepasang cincin dengan ornamen matahari dan bulan. RHEVA terlihat menepis tangan RAY dan mundur beberapa langkah.

RHEVA

(Menangis, suaranya bergetar)

Menjauh RAY! Ku mohon. Mentari dan bulan tak boleh bersama, sama seperti kita.

RAY terlihat kembali mendekati RHEVA, sementara RHEVA terlihat memandang cincin yang ada ditangan RAY.

RHEVA

Sama seperti ornamen cincin itu.

RAY terlihat memandang cincin yang ditunjuk RHEVA. 

RHEVA

Matahari dan bulan dibatasi oleh garis yang tak boleh dilewati.

RHEVA menatap RAY. Wajahnya semakin memerah dan air matanya semakin membasahi pipinya.

RHEVA

RAY, kita sudah pernah melewati garis itu satu kali. Dan lihat... Malapetaka benar-benar datang menghampiri.

FLASHBACK

INT.BANDARA — DAY

Suasana bandara terlihat ramai. Jadwal penerbangan hari ini terlihat sangat padat.

RAY terlihat berlari dari pintu kedatangan internasional. RAY terlihat hanya membawa passport, tiket, beserta ponselnya.

Wajahnya terlihat sangat mencemaskan sesuatu. RAY terlihat menghentikan sebuah taksi dan memasukinya.

Taksi yang ditumpangi RAY terlihat meninggalkan areal bandara.

RHEVA (O.S.)

RAY, dandelion ku sudah pergi mengikuti mentarinya. Ternyata aku bukanlah mentari ataupun dandelion yang sesungguhnya. Aku adalah rembulan yang diselimuti kegelapan. Dan kau... Mentari yang selalu menyinariku.

RAY terlihat meminta supir taksi untuk mempercepat laju kendaraannya. Raut wajahnya semakin terlihat khawatir.

RHEVA (O.S.)

RAY, mari berhenti disini. Mentari dan rembulan memang tak ditakdirkan bersama. Sama seperti mereka, kita hanya bisa saling melihat dari kejauhan.

EXT.PEMAKAMAN KOTA — DAY/NIGHT (SUNSET)

RAY terlihat berlari memasuki areal pemakaman. Ia terlihat berhenti dan menanyakan sesuatu pada petugas yang berada disana.

RAY terlihat kembali berlari dan memperhatikan setiap blok pemakaman yang ia lewati.

RAY berhenti pada sebuah makam baru yang dipenuhi oleh bunga mawar yang masih segar.

RAY terlihat duduk disamping makam itu. Tangannya meraih nisan. Kepalanya tertunduk dalam. Bahunya bergetar. RAY terlihat menangis dalam diam.

E/I.APARTEMEN RHEVA — NIGHT

Bulan purnama bersinar terang malam ini tanpa adanya bintang.

RAY terlihat turun dari sebuah taksi dan berlari memasuki gedung apartemen.

Lorong apartemen terlihat sepi.

RAY berlari menaiki tangga menuju lantai 7. Ia terlihat menyusuri lorong lantai 7 yang sepi.

RAY berhenti didepan unit 708. Terlihat pintu bertuliskan ’DISEWAKAN’.

Hening beberapa saat.

RAY menatap sebuah cincin yang ditempelkan pada gagang pintu. RAY terlihat menggenggam cincin itu.

RAY mengetuk pintu apartemen. Wajahnya memerah, sementara kepalan tangannya bergetar.

RAY

(Suaranya bergetar)

RHEVA, ini aku. Buka pintunya, RHEVA. Ku mohon...

Hening, terlihat pintu tetap terkunci. RAY semakin menunduk dalam.

RAY

Maaf. Maaf aku terlambat. Maaf, keputusan ku salah, RHEVA.

Terlihat jari manis RAY mengenakan cincin.

EXT.PEMAKAMAN KOTA — DAY

RAY terlihat sedih. Tatapan matanya menyiratkan kesedihan dan penyesalan yang mendalam.

RAY

RHEVA... Maafkan ayahku. Kau kehilangan adikmu karena kelalaian ayahku.

RAY (V.O.)

Maaf kakekku menutupi kesalahan ayahku. Maaf mereka sempat memecatmu karena insiden itu.

RAY

Ku akui, aku memang manusia paling berdosa. Tanpa malu terus melangkah maju dan semakin menyakitimu.

RAY terlihat mengangkat tangannya, menampilkan sepasang cincin yang ada diatas telapak tangannya.

RAY

Ini memang garis takdir, tapi bukan pemisah antara mentari dan bulan. Garis ini adalah gelapmu RHEVA. Jadi...

RAY menatap RHEVA semakin dalam.

RAY

Izinkan aku menjadi mentari yang mengusir gelapmu.

RHEVA terlihat kembali menatap RAY. Air matanya semakin deras.

RHEVA

RAY, mari hentikan petaka ini. Biarkan kegelapan menyelimutiku.

Perasaan RAY semakin berkecamuk. Bayangan Jurnal RHEVA terlintas dibenaknya. Memaksa ingatannya kembali mengingat kata-kata menyakitkan yang tertulis disana.

RHEVA (O.S.)

Sebenarnya apa yang ku inginkan? Saat seharusnya sepasang mata itu terbuka, ku harap ia menutup selamanya. Tapi... Disaat ia harus menutup bersama gelapnya malam, ku harap... Ia selalu terbuka...

RHEVA menatap RAY. Tangisnya sudah mereda.

RHEVA

RAY, maaf jika kisah sebelumnya berakhir dengan air mata. Untuk kali ini...

RHEVA terlihat tersenyum pada RAY, sementara RAY terlihat diam. Matanya fokus pada wajah RHEVA yang tersenyum. Sorot mata RAY terlihat merindukan senyuman itu.

RHEVA

Mari berpisah disini. Dengan senyuman. Terima kasih sudah menjadi kenangan terindah ku, RAY. Maaf jika aku hanya kenangan buruk bagimu.

RAY

RHEVA, setiap insan diciptakan untuk saling melengkapi pasangannya, layaknya mentari dan rembulan.

RHEVA berbalik, hendak meninggalkan areal pemakaman. Namun, ucapan RAY menghentikan langkahnya.

RAY

Sama sepertimu yang meninggalkan pemakaman ini, detik ini juga. Maka, aku juga akan pergi dari hidupmu, RHEVA.

Tanpa mereka ketahui, seorang PRIA TUA mendengarkan perbincangan mereka dari makam yang berjarak beberapa meter dari mereka. PRIA TUA itu tersenyum dan mengusap batu nisan itu.

PRIA TUA

Rembulan sudah berhenti mendekati mentari. Jadi, segera hentikan juga langkahmu.

PRIA TUA itu menatap RHEVA dan RAY.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar