Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Moonlight
Suka
Favorit
Bagikan
3. Encounter
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT.IGD — NIGHT

Terlihat kendaraan memenuhi jalanan malam ini. Sirine ambulance terdengar. Kendaraan lain terlihat membuka jalan untuk beberapa ambulance yang melaju dengan kecepatan tinggi. 

REPORTER (O.S)

Ledakan yang terjadi disebuah pabrik petasan menyebabkan para korban terluka parah. Hingga saat ini, pihak berwajib belum memberikan konfirmasi terkait jumlah korban akibat kejadian ini.

Beberapa ambulance terlihat memenuhi halaman IGD sebuah Rumah Sakit dipedesaan. Para dokter dan perawat terlihat siaga menyambut kedatangan ambulance itu.

Suasana IGD terlihat mencekam.

Pasien memenuhi setiap brangkar IGD malam ini. Dokter dan perawat melakukan tugasnya seperti biasa. Semua orang nampak sibuk.

Seorang pria memasuki IGD, memperhatikan pemandangan yang ada didepannya.

Seorang dokter wanita terlihat menangani seorang pasien, namun dokter lain mengambil alih pasiennya dan mengusir wanita itu.

Terlihat dokter wanita itu terus menerus menerima celaan dan pengusiran dari rekan kerjanya.

Si pria terus memperhatikan dokter wanita itu. Mengikutinya yang menyembunyikan diri dibalik tirai brangkar yang kosong.

Dokter wanita itu duduk dan melipat kedua kakinya diatas ranjang IGD. Menenggelamkan wajahnya dalam lipatan lututnya.

Tirai terbuka. 

RAY

(Tersenyum)

Selamat malam dokter RHEVA.

RHEVA mengangkat kepalanya dan menoleh ke kanan. Terkejut dengan kehadiran RAY (26).

RAY

Perkenalkan saya adalah ahli bedah baru di Rumah Sakit ini. Senang bertemu dengan anda.

RAY terlihat tersenyum menyapa RHEVA.

RHEVA

Menjauh!

RHEVA meninggalkan IGD. 

INT. RUANGAN RHEVA — DAY

RHEVA terlihat berdiri dibalik meja kerjanya. Ia mengemasi beberapa barangnya kedalam sebuah kotak berukuran sedang. 

Gerakannya terhenti. Tangannya meraih sebuah kalender. Memperhatikannya beberapa saat, lalu mengembalikannya ketempat semula.

RHEVA membongkar kembali kotak yang ada didepannya, mengeluarkan sebuah jurnal lusuh, yang bertuliskan "Death Note".

RHEVA membuka benda itu, membalik lembaran yang ada. Ia menghentikan kegiatannya tepat dilembaran tengah jurnal itu.

Tangannya terulur mengambil sebuah pena merah di saku jas dokter yang ia kenakan. Membuka benda itu dan mencoret sesuatu dilembaran jurnal yang kosong.

RHEVA

21 September
Kematian berikutnya, Direktur.

PERAWAT, asisten RHEVA, menatap jurnal itu, melayangkan sebuah tatapan tak suka kepada RHEVA.

PERAWAT (V.O.)

Dasar psychopath gila!

RHEVA menatap bentangan pengunungan dari balik jendela. Menduduki meja kerjanya.

RHEVA

Hari yang indah untuk sebuah kematian.

INT. RESTORAN — NIGHT

Asap tipis mengepul dari cerobong asap sebuah restoran sederhana. Terlihat tulisan "Close" menggantung didepan pintu masuk.

Ditengah ruangan, terlihat beberapa orang sedang menikmati makan malamnya. Mereka saling memberikan lauk-pauk. Menertawakan sesuatu yang dirasa lucu.

Dipantry terlihat seorang pria tua tengah sibuk dengan sup yang ia masak.

PEMILIK RESTORAN

Bantu aku menyajikan sup ini!

RAY berjalan kearah dapur. Membantu PEMILIK RESTORAN menghidangkan sup hangat itu. Asap tipis yang mengepul menerpa wajah RAY.

RAY dan PEMILIK RESTORAN berjalan kearah meja makan dan menyajikan makanan itu kepada rekan-rekannya.

KEPALA PERAWAT

Sayang sekali Direktur tidak bisa bergabung dengan kita. Siapa yang menduga dia akan pergi secepat itu.

PERAWAT

Ngomong-ngomong, kemarin dokter RHEVA menuliskan nama Direktur dijurnalnya.

KEPALA PERAWAT

Benarkah? Ahh ku harap buku itu dan pemiliknya segera menghilang.

RAY duduk dikursinya semula.

RAY

Memangnya apa yang terjadi?

KEPALA PERAWAT

Ahh.. itu, siapapun orang yang tercatat dijurnal pribadi dokter RHEVA akan kehilangan nyawanya. Lebih tepatnya buku itu adalah sebuah "Death Note".

RAY

(Tidak percaya, menampilkan sebuah senyuman remeh)

Apa-apaan itu? Apa kalian mempercayai takhayul?

PERAWAT

Itu bukanlah takhayul, dokter. Sejak memiliki jurnal itu, ramalan dokter RHEVA tak pernah meleset. Terlebih saat purnama muncul.

KEPALA PERAWAT

(Tertawa mengejek)

Purnama adalah pertanda kegilaan dokter RHEVA kambuh.

PERAWAT

Ahhh aku sungguh tak ingin berbagi shift lagi dengannya. Aku tak ingin menjadi korban ritual anehnya. 

RAY

Ritual apa?

PEMILIK RESTORAN

Sayang nyawa, jauhi RHEVA.

Mereka menertawakan RHEVA yang menjadi bahan olok-olakan. RAY memaksakan sebuah senyuman.

RAY (V.O.)

Jadi RHEVA dikucilkan?

INT.TOKO BUKU — DAY

Terlihat suasana sebuah toko buku sederhana. Hanya beberapa pengunjung yang mengisi bangunan itu.

Setiap pengunjung terlihat menyibukkan diri dengan membaca atau sekedar melihat-lihat koleksi buku yang ada.

Seorang remaja laki-laki berusaha menggapai sebuah komik best seller dirak dekat jendela.

Tiba-tiba sebuah truk muncul dan menghantam jendela toko buku. Remaja laki-laki itu terlempar beberapa meter. Darah segar mengalir, memenuhi lantai.

Suasana riuh. Sipengemudi truk melarikan diri. Orang-orang mulai memadati tempat itu, merekam kejadian itu tanpa berniat menolong korban.

RHEVA muncul. Ia menghubungi ambulance dan memberikan pertolongan pertama pada korban.

Ambulance tak kunjung datang, RHEVA menghubungi petugas dirumah sakit tempatnya bekerja.

SUARA PETUGAS (O.S.)

Selamat siang. Rumah Sakit Umum disini. Ada yang bisa saya bantu?

RHEVA

Hallo, ini aku RHEVA

Panggilan ditutup sepihak oleh perawat. RHEVA menghubungi nomor KEPALA PERAWAT.

INT.IGD — DAY

KEPALA PERAWAT menghentikan langkahnya. Ia memeriksa panggilan masuk diponselnya.

Wajahnya mengkerut tak suka menatap layar ponselnya. Lalu menggeser tombol reject.

INT.TOKO BUKU — DAY

RHEVA menjauhkan ponselnya. Kembali menghubungi orang lain.

INT. IGD — DAY

PERAWAT menatap marah layar ponselnya. Ia menekan ikon merah dan memblokir nomor tersebut.

INT. TOKO BUKU — DAY

Ambulance datang. Seorang pria mendorong tubuh RHEVA menjauhi korban. Ia meneriaki RHEVA.

PETUGAS

Menjauh jika kau tak ingin membunuhnya!

RHEVA

Biarkan aku mengobatinya, tuan.

PETUGAS itu kembali mendorong RHEVA. RAY muncul. Mengenakan sarung tangan steril yang diberikan oleh petugas dan memasangkan alat intubasi pada korban.

RAY dan PETUGAS memindahkan korban kedalam ambulance, meninggalkan tempat itu.

Dari dalam ambulance, RAY menatap sendu RHEVA dari kejauhan. Orang-orang membubarkan diri. RHEVA membisu ditempatnya.

RHEVA (V.O.)

Apa yang kau harapkan, gadis bodoh?!

INT.RUANG OPERASI — NIGHT

Lampu ruang operasi 1 padam. Beberapa orang perawat nampak memindahkan pasien dari ruangan operasi. Seorang dokter pria terlihat meninggalkan ruangan itu.

RAY melepaskan jubah operasinya diluar ruangan. Beberapa orang melewati RAY dan menyapanya dengan senyuman. Tak lupa memuji kemampuan RAY.

RAY berjalan meninggalkan ruang operasi. Ia menghentikan langkahnya disebuah jendela besar.

Ia membuka jendela itu, merentangkan tangannya, dan merasakan air hujan yang membasahi telapak tangannya.

RHEVA (O.S.)

Aku ingin membenci hujan, sang penutup lukaku.

PRIA TUA

Sepertinya kau sangat menyukai hujan, dokter.

RAY menatap seorang PRIA TUA yang berdiri disebelahnya. Ia mengukir sebuah senyuman ramah. PRIA TUA itu mengulurkan tangannya keluar jendela.

RAY

Tidak, tuan. Seseorang yang ku sayangi membenci hujan.

PRIA TUA

Tak ada seorang pun yang mampu membenci hujan. Luka yang ditorehkan oleh rembulanlah yang menyakitinya. Kau adalah matahari yang membantu sang rembulan mengusir kegelapan yang menyelimutinya. Jagalah dia, karena setiap hal yang dilakukan membutuhkan bayaran yang setimpal.

RAY menatap bingung PRIA TUA itu. Tiba-tiba RAY menerima sebuah notifikasi pesan diponselnya. Ia memeriksa pesan itu. Wajahnya terlihat cemas.

RAY

Maafkan aku, tuan. Aku harus pergi.

PRIA TUA itu menatap RAY yang berlari menjauhinya.

PRIA TUA

Mulai detik ini, setiap kematian akan lebih menyakitkan baginya.

I/E.RUMAH SAKIT (VARIOUS LOCATION) — NIGHT

RAY terlihat berlari dan membuka paksa sebuah ruangan. Nafasnya terengah-engah. Ia menatap ruangan kosong itu.

Diatas meja, terlihat sebuah komputer yang masih menyala.

RAY (V.O.)

Dia masih disini.

RAY meninggalkan ruangan itu, menyusuri seluruh kawasan Rumah Sakit. Ia terlihat menanyakan keberadaan seseorang kepada setiap tim medis yang ia temui.

RAY terlihat mengkhawatirkan sesuatu.

EXT.TAMAN RUMAH SAKIT — NIGHT

RAY berdiri sambil berusaha menetralkan pernafasannya ditengah guyuran hujan. Ia terlihat lelah. Wajahnya basah oleh keringat bercampur air hujan.

Ia menatap RHEVA yang sedang duduk bersandar dibawah pohon Weeping Fig (Tanaman Beringin Hias).

RHEVA terlihat memejamkan matanya sambil mendengarkan musik lewat headset. Terlihat ia juga memangku sebuah jurnal tua berwarna coklat.

RAY kemudian menatap jurnal RHEVA.

KEPALA PERAWAT (O.S.)

Siapapun yang tertulis di dalam "Death Note" dokter RHEVA, maka ia akan kehilangan nyawanya.

Kemudian pandangannya beralih menatap purnama dilangit.

KEPALA PERAWAT (O.S.)

Bulan purnama adalah sumber kegilaan dokter RHEVA.

RHEVA terlihat membuka matanya dan menatap cukup lama bulan purnama yang ada diatasnya. 

Tiba-tiba RHEVA mulai membuka jurnal miliknya dan menuliskan sesuatu disana menggunakan pena merah. Lalu, RHEVA terlihat mengambil sehelai daun Weeping Fig (Tanaman Beringin Hias) yang berserakan didekatnya dan mengarahkan daun itu pada bulan purnama.

RHEVA

(Tersenyum)

Sayang sekali kau gugur dibawah purnama.

RHEVA terlihat menempelkan daun itu pada jurnal miliknya.

RAY menatap RHEVA dengan tatapan penuh selidik. Sementara RHEVA terlihat menikmati alunan musik yang ia dengarkan.

Tiba-tiba RHEVA terlihat mencekik lehernya sendiri. Namun, wajahnya tetap terlihat datar meskipun air mata mulai membasahi kedua pipinya.

RAY terlihat panik dan berlari ke arah RHEVA.

RHEVA terkejut dengan kehadiran RAY yang berusaha menghentikan dirinya.

RAY

(Wajah RAY memerah)

RHEVA lepas!

RAY berhasil menghentikan aksi RHEVA. Ia menatap RHEVA dengan khawatir. Sementara RHEVA terlihat berdiri dan menatap RAY dengan marah.

RHEVA

Dasar perusak suasana.

RHEVA pergi meninggalkan RAY.

INT.PERPUSTAKAAN RUMAH SAKIT — NIGHT

Perpustakaan terlihat dipenuhi oleh pasien anak-anak bersama orang tua ataupun perawat yang mendampinginya.

Mereka terlihat sibuk membaca koleksi buku yang ada.

RHEVA terlihat masuk dan duduk di sebuah meja yang berada dipojok perpustakaan. Ia menuliskan sesuatu didalam buku catatannya, terlihat menyalin berbagai hal yang ia temukan di tumpukan buku medis yang dibacanya. RHEVA terlihat menggunakan headset dengan musik yang mengalun dari ponselnya. 

RHEVA (V.O.)

Purnama malam ini bukanlah purnama merah. Mari lupakan semuanya dan belajar!

RAY terlihat menghentikan langkahnya, menatap RHEVA dari kejauhan dengan sebuah senyuman bahagia dari balik kaca bening perpustakaan.

RAY (V.O.)

Dasar moodyan.

RHEVA terlihat menempelkan beberapa memo berbagai warna pada buku catatannya.

Terlihat seorang PASIEN ANAK LAKI-LAKI mendekati RHEVA. Ditangannya ada sebuah gambar sederhana.

Anak laki-laki itu terlihat menepuk pelan pundak RHEVA. RHEVA terlihat melepas headsetnya dan tersenyum pada pasien itu.

PASIEN ANAK LAKI-LAKI

(Tersenyum bangga)

Lukisan ku bagus kan dokter?

RHEVA terlihat terkejut, wajahnya terlihat ketakutan.

SUARA WANITA (O.S.)

Haruskah ku buat malam ini lebih menarik?
Mulai saat ini, purnama bagimu hanyalah purnama semerah darah.

Tiba-tiba RHEVA berdiri serta mengemasi barang-barangnya dengan tergesa-gesa. Ia berlari meninggalkan perpustakaan dan menabrak tubuh RAY.

RHEVA terlihat tidak mengenali RAY.

RHEVA

(Menundukkan kepala)

Maafkan aku.

RHEVA terlihat menahan air mata yang menggenangi pelupuk matanya. RHEVA berlari secepat yang ia bisa sambil terus menerus memukul telinganya dengan tangan kanannya.

INT.RUANGAN RHEVA — NIGHT

RHEVA terlihat memasuki ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya merah, air matanya terus mengalir, dari wajahnya tersirat raut ketakutan bercampur kekhawatiran.

RHEVA terlihat melempar asal alat-alat tulis yang ia bawa ke atas meja kerjanya. Jurnal RHEVA jatuh ke bawah meja.

RHEVA bersembunyi dibawah meja kerjanya sambil memeluk lututnya.

Air mata RHEVA semakin deras saat menatap bulan purnama. RHEVA mulai memukul kedua telinganya. Bayangan orang-orang yang membencinya mulai berputar dibenaknya.

LAKI-LAKI (O.S.)

Dasar pembawa sial!

WANITA(O.S.)

Kau membunuh keluargaku!

RAY terlihat mendobrak pintu ruangan RHEVA. Raut wajahnya terlihat khawatir.

RAY berusaha mendekati RHEVA. Berusaha menenangkannya.

RHEVA

(Berteriak)

Pergi! Menjauh dariku!

RAY terlihat kebingungan dan kembali berusaha menenangkan RHEVA.

RHEVA

Pergi jika kau tak ingin kehilangan nyawamu! Jangan buat aku menjadi pembunuhmu, RAY.

RAY terlihat syok. Pandangannya terkunci pada jurnal RHEVA yang jatuh disampingnya.

INT.RUANGAN RHEVA — DAY

Seorang PRIA TUA memasuki ruangan RHEVA. Terlihat hanya ia yang berada disana.

PRIA TUA itu berjalan, menyusuri setiap sudut ruangan RHEVA. Ia terlihat memperhatikan setiap barang yang ada disana.

PRIA TUA itu berjalan mendekati meja kerja RHEVA. Ia terlihat membuka jurnal milik RHEVA. 

RHEVA (O.S.)

Teriknya mentari membuatku menginginkan kegelapan abadi. Namun, kala rembulan muncul Ku harap... Cahaya mentari itu abadi.

PRIA TUA itu terlihat tersenyum misterius.

PRIA TUA

Jadi, kau masih belum memutuskan?

PRIA TUA itu terlihat mengeluarkan setangkai bunga Aconite dari blazer yang ia gunakan. PRIA TUA itu terlihat meletakkannya diatas meja kerja RHEVA dan segera meninggalkan ruangan itu.

PRIA TUA (V.O.)

Diperingatan ketiga, maka purnama semerah darah akan menelan mataharimu, RHEVA.

INT.TOKO BONEKA.DAY

Terlihat suasana sebuah toko boneka yang dipenuhi oleh pengunjung. Pelanggan yang datang bersama anaknya terlihat berdebat mengenai boneka yang akan dibeli.

Sementara pelanggan lainnya terlihat memilih boneka untuk pasangannya.

Para pegawai toko terlihat sibuk melayani setiap pengunjung. Ada yang berperan sebagai pendamping pelanggan yang terlihat sedang menjelaskan produk yang disukai oleh pelanggan itu.

Sementara pegawai yang betugas dimeja kasir terlihat kewalahan melayani pelanggan yang melakukan pembayaran.

RAY terlihat berkeliling, menatap, dan memilih boneka mana yang akan ia beli. Terlihat ia sesekali tertawa melihat interaksi orang tua yang kewalahan menghadapi anaknya.

RAY berhenti tepat didepan meja kasir. Pandagannya terkunci pada selembar kertas yang ada diatas meja. RAY meraih kertas itu dan membacanya.

PEGAWAI TOKO BONEKA

Ada yang bisa saya bantu, tuan?

RAY dikejutkan oleh suara seorang PEGAWAI TOKO BONEKA. RAY terlihat menunjukkan kertas yang ia pegang kepada PEGAWAI itu. 

RAY

Apa benar toko ini melayani pemesanan boneka custom?

PEGAWAI TOKO BONEKA

(Tersenyum ramah)

Benar, tuan. Pesanan anda akan kami selesaikan dalam waktu satu minggu. Apakah anda ingin melakukan pemesanannya, tuan?

RAY terlihat mengangguk dan tersenyum.

PEGAWAI TOKO BONEKA

Silakan ikuti saya, tuan.

RAY terlihat mengikuti PEGAWAI itu menuju sebuah meja yang ada didekat pintu masuk. PEGAWAI itu terlihat mempersilakan RAY untuk duduk dan memberikan selembar kertas serta alat tulis kepadanya.

PEGAWAI TOKO BONEKA

Silakan buat desain yang anda inginkan disini, tuan.

RAY

(Terlihat canggung)

Maaf, tapi aku tidak bisa menggambar.

PEGAWAI TOKO BONEKA

Baiklah, tuan. Silakan deskripsikan desain boneka yang anda inginkan kepada saya. Saya akan membantu anda untuk membuat sketsanya.

RAY

Terima kasih.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar