Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Moonlight
Suka
Favorit
Bagikan
7. Threat
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT.HALTE BUS — NIGHT

Halte bus terlihat lengang, hanya RAY yang duduk disana.

RAY terlihat sedang memainkan ponselnya. Tiba-tiba seorang PRIA TUA duduk disampingnya.

PRIA TUA itu terlihat tersenyum dan menatap RAY.

PRIA TUA

Kita bertemu lagi, direktur.

RAY terlihat menoleh dan terkejut. RAY tersenyum pada PRIA TUA itu.

RAY

Senang bertemu denganmu kembali, tuan. Mmm... Maaf tuan, apa kita saling mengenal? Anda terlihat sangat mengenalku.

PRIA TUA

(Tertawa)

Aku sering mengunjungi rumah sakitmu, jadi aku mendengar sedikit tentang mu dari tim medis yang bekerja disana.

RAY terlihat tersenyum.

RAY

(Berbicara dengan canggung)

Maafkan aku, tuan. Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Jadi, aku harus fokus pada ponselku.

PRIA TUA

Jangan hiraukan aku, direktur.

RAY terlihat kembali menatap layar ponselnya dengan serius, sementara si PRIA TUA terlihat mengamati sekitarnya.

Setelah keheningan yang cukup lama, PRIA TUA itu terlihat berdiri dan menatap RAY dengan senyuman.

PRIA TUA

Aku permisi dokter. Ada seseorang yang harus ku temui.

RAY terkejut. Tidak menemukan siapapun disana.

I/E.CAFE — NIGHT

Terlihat suasana trotoar yang dipenuhi oleh pejalan kaki. Mereka terlihat saling bercanda dengan teman atau pasangan masing-masing.

RHEVA terlihat membawa barang belanjaannya sambil memainkan ponsel. RHEVA menabrak seorang PRIA TUA.

RHEVA terlihat membungkuk dan membantu PRIA TUA itu berdiri. Ia terlihat merasa bersalah. 

RHEVA

Maafkan aku, tuan. Aku tidak memperhatikan langkah ku dengan benar.

PRIA TUA itu terlihat berdiri dengan bantuan RHEVA. Ia terlihat tersenyum.

PRIA TUA

Tidak apa-apa.

RHEVA

Apakah anda terluka? Mari saya obati dirumah sakit.

PRIA TUA

Jangan khawatir, aku tidak terluka, nona.

PRIA TUA itu terlihat memperhatikan RHEVA yang masih menampilkan raut wajah merasa bersalah. PRIA TUA itu terlihat memperhatikan keadaan sekitarnya dan menunjuk sebuah cafe.

PRIA TUA

Kalau begitu, bisakah kau belikan aku secangkir teh disana?

RHEVA

(Tersenyum)

Tentu, tuan.

RHEVA dan PRIA TUA terlihat memasuki cafe itu. Mereka duduk di meja yang ada dilantai dua.

Seorang PEGAWAI CAFE terlihat mendekati mereka.

PEGAWAI CAFE

Selamat datang. Bolehkah saya mencatat pesanan anda?

RHEVA terlihat memperhatikan menu yang ada.

RHEVA

Aku ingin memesan secangkir teh melati, dan..

RHEVA terlihat menatap PRIA TUA yang ada didepannya.

RHEVA

Tuan, bagaimana dengan anda? 

PRIA TUA

Sama seperti mu, nona.

RHEVA terlihat mengangguk dan tersenyum pada PEGAWAI CAFE.

RHEVA

Tolong dua teh melati.

PEGAWAI CAFE

Baik, nona.

PEGAWAI CAFE terlihat meninggalkan RHEVA dan PRIA TUA.

PRIA TUA itu terlihat menatap RHEVA sambil tersenyum.

PRIA TUA

Nona, jika melati melambangkan duka, lalu apa yang akan terjadi jika kau meminumnya?

RHEVA terlihat diam. Sorot matanya menyiratkan ketakutan.

PRIA TUA

(Tersenyum ramah)

Jika dipertemuan berikutnya, matahari dan bulan masih berdampingan, malapetaka akan terjadi.

INT.RUANGAN RAY — DAY

RAY terlihat sibuk memeriksa komputer dan berkas yang ada diatas meja kerjanya. Meja kerja RAY terlihat dipenuhi oleh dokumen.

Terdengar ketukan pintu. RAY terlihat menoleh kearah pintu.

RAY

(Tersenyum)

Hi, kak!

KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat masuk dengan sebuah dokumen. Ia berjalan dan duduk di atas meja RAY.

KEPALA BANGSAL BEDAH meletakkan dokumen itu diatas meja RAY. Sementara RAY terlihat membaca dokumen itu.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Jadi, Direktur, aku butuh mesin anestesi dan monitor pasien baru untuk ruang operasi 2.

KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat memegang papan nama RAY dan mengamati ruangan RAY. Ia kembali menatap RAY yang berjalan ke arahnya.

RAY

Mengenai 2 alat ini, apa yang terjadi diruang operasi 1 empat tahun yang lalu?

KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat berusaha mengingat masa lalu. Tersenyum sinis saat berhasil mengingatnya. Ia menatap RAY.

KEPALA BANGSAL BEDAH

RAY, kau masih mengharapkan RHEVA?

RAY terlihat menampilkan senyum tulus dan mengangguk yakin. KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat tertawa kalem.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Dengar, RAY. Matahari dan bulan tidak ditakdirkan untuk bersama. Jangan memancing malapetaka.

RAY terlihat mengibaskan tangannya didepan wajah. Lalu menatap KEPALA BANGSAL BEDAH dengan serius.

RAY

(Bicara dengan nada bercanda)

Tolong, wajah dan ucapan anda tidak singkron. Jadi, to the point, please.

KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat mengangguk sambil tersenyum.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Circling the drain dan sebagai perawat anestesi, mendiang KEPALA PERAWAT meninggalkan ruang operasi tanpa pengganti.

RAY terlihat terkejut, namun tetap diam. Terlihat KEPALA BANGSAL BEDAH kembali melanjutkan penjelasannya.

KEPALA BANGSAL BEDAH

RHEVA lah yang bertanggung jawab sepenuhnya, RAY. RHEVA tau kondisi adiknya, namun tetap mendesak KEPALA PERAWAT untuk makan meskipun waktunya tidak memungkinkan.

RAY terlihat ingin mengajukan pertanyaan, namun dipotong oleh KEPALA BANGSAL BEDAH.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Mesin anestesi tidak berfungsi dengan baik, dan dokter bedah utama mengizinkan KEPALA PERAWAT meninggalkan ruangan dan menolak perawat anestesi pengganti. Kau tau RAY, dokter bedah utama saat itu adalah...

KEPALA BANGSAL BEDAH terlihat berbisik pada RAY, sementara tangannya menunjuk foto Direktur sebelumnya.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Ayahmu, RAY!

RAY terlihat bungkam. Raut wajahnya menampilkan keterkejutan yang luar biasa.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Ku rasa RHEVA menuliskan nama ayahmu di dalam ’Death Note’nya sebagai sebuah pembalasan dendam. Dan satu lagi...

Hening beberapa saat.

KEPALA BANGSAL BEDAH

Aku mengatakan ini bukan karna menyayangi RHEVA, tapi sebagai rekan lama. Jauhi RHEVA jika kau tak ingin memperdalam torehan luka padanya, RAY.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar