Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MONA
Suka
Favorit
Bagikan
10. 10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

76. INT. RUMAH YU PARTI. MALAM.

Cast: Mona, Leni, Yu Parti.

Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Ada tiga gelas minuman di meja dan beberapa cemilan.

YU PARTI

Saya sangat berterima kasih pada kalian berdua, karena sudah mau berusaha mencari keluarga saya

(mulai menangis dan mengusap air matanya dengan tangan)

MONA

Maaf, ya, Yu, kami belum bisa menemukan Pak Herlambang..

(mengelus pundak Yu Parti)

Tapi kami akan berusaha mencari beliau lagi

LENI

Ya, Yu. Kami akan berusaha mencari beliau..

MONA

(mengangguk)

YU PARTI

Enggak usah repot-repot, Mon, Len. Kalian juga punya pekerjaan sendiri yang harus kalian penuhi

(mencoba tersenyum)

MONA

Itu sama sekali tak mengganggu kerja kami, Yu..

YU PARTI

Tapi mustahil, Mon, Mustahil…

(terdiam)

Kalau kamu mau, maukah kau menjadi anak angkat saya, Mon?

(menangis sesenggukan)

MONA

(ikut menangis)

YU PARTI

(menggenggam tangan Mona dan memandang wajah Mona)

LENI

(memandang dengan penuh haru)

YU PARTI

Saya akan senang sekali jika kamu mau menjadi anak angkat saya. Saya tak punya siapa-siapa di sini. Nanti kalau saya mati, Mon, kamu urus kebun-kebun saya. Terserah mau kamu tanami apa

MONA

Yu..

(menangis – ingin berbicara sesuatu tapi tak bisa)

YU PARTI

Kamu enggak harus hidup di sini, tapi jika saya mati nanti taburkanlah bunga di kuburan saya..

(mencoba tersenyum)

MONA

Kalau boleh jujur, Yu, aku pun punya masalah baru dalam keluargaku. Aku minta maaf belum cerita ke Yu Parti. Apakah Yu Parti tahu kalau Papa dan Mama yang pernah datang ke sini ternyata bukanlah orang tuaku yang sebenarnya. Aku belum tahu siapa orang tuaku yang sebenarnya

(tambah sesenggukan)

LENI

(menangis, keluar dan berdiri di teras karena merasa tak enak hati – Leni berdiri di teras, Mona dan Yu Parti terlihat dari angel berdiri Leni)

YU PARTI

(memeluk Mona)

Mereka berpelukan selama beberapa jenak. Leni masih menangis.

MONA

(melepas pelukan)

Aku pun enggak tahu di mana orang tuaku yang sebenarnya berada. Tapi kalau Tuhan ternyata menghendaki bahwa Yu Parti adalah pengganti Mamaku, 

(diam sejenak)

Aku akan dengan senang hati menerimanya

(tersenyum haru)

YU PARTI

(memeluk Mona)

Anakku, cah ayu, anakku..

MONA

(menangis – terharu)

Mama..

YU PARTI

(melepas pelukan)

Mama terlalu kota, Mon. Panggil Ibu saja..

MONA

(tertawa lirih)

Ya, Bu..

Leni memandangi Yu Parti dan Mona, dan mereka berdua pun memandang Leni. Leni lalu masuk ke dalam dan berpelukan dengan Yu Parti dan Mona.

77. EXT. PINGGIR JALAN. SORE.

Cast: Mona, Leni.

Mereka berdua sedang jajan es dawet di pinggir jalan. Mona memegang daftar alamat. Semua alamat sudah mereka sambangi dan tak ada satu pun yang mengenal Yu Parti

MONA

Kita berdua udah muter-muter tapi hasilnya nihil

(mengeluarkan daftar alamat langganan)

LENI

Lu masih nyimpen daftar itu?

MONA

Masih kesimpen di tas

(menengok kanan-kiri, lalu melihat tempat sampah, dan membuang kertas yang sedang dipegangnya)

LENI

Yang penting Yu Parti udah bahagia..

MONA

Jangan panggil dia Yu. Lu harus panggil dia Ibu..

LENI

(berdiri dari kursi dan berlagak seperti orang membaca puisi)

Ya Tuhan, temanku sudah bangkit dari keterpurukan. Dia sudah menemukan keluarga baru, yang sangat jauh dari Jakarta, tempat tinggalnya. Bendawuluh nama desanya, Suparti nama Ibunya. Tuhan, bahagiakanlah mereka..

MONA

Mentang-mentang pernah jadi calon penyair lu ye

LENI

Tapi rejeki gue malah lewat nggambar

(tertawa)

MONA

(ikut tertawa)

LENI

Ya, Mon. Gue manggil Yu Parti sekarang dengan panggilan Ibu..

MONA

Gue udah maketin hape ke alamat Ibu, biar bisa telponan

(menyenggol bahu Leni)

LENI

Jangan cuma ditelpon doang dong, lu harus ke Bendawuluh..

MONA

Pasti, satu atau dua bulan sekali gue pasti ke sana..

Seorang lelaki 50 tahun, berkacamata, yang duduk tak jauh dari mereka tiba-tiba menyahut

LELAKI

Kalian sedang membicarakan apa? Saya kenal dengan seorang bernama Suparti. Dia adalah mantan kekasih saya. Sudah lama kami tak bertemu..

MONA – LENI

(mendekat ke arah lelaki itu dengan raut curiga sekaligus penasaran)

LELAKI

(pandangannya lurus ke depan karena ia buta)

Suparti yang saya kenal pun berasal dari Bendawuluh

MONA

Bapak dengan Pak Herlambang?

LELAKI

Betul..

(mengeluarkan dompet dan menunjukkan sebuah foto masa mudanya dengan Yu Parti pada Mona dan Leni)

Ini Suparti yang kalian maksud?

MONA – LENI

(menangis bahagia)

MONA

Saya Mona, Pak. Saya yang meliput desa Bendawuluh, desa tempat tinggal Ibu tinggal dan dimuat di majalah API PEREMPUAN

(mengulungkan tangan untuk berjabat tangan)

LENI

(diam terpaku)

LELAKI

Saya buta, Mbak..

78. INT. RUMAH YU PARTI. MALAM.

Cast: Mona, Leni, Yu Parti.

Mereka berempat duduk di ruang tengah.

YU PARTI

Kamu enggak bohong, Mon?

MONA

(membuka ponsel dan menunjukkan foto si lelaki)

YU PARTI

(menangis terharu)

MONA

Tapi beliau sekarang buta, Bu. Katanya kena katarak..

YU PARTI

(tertunduk dan menangis)

79. EXT. DEPAN RUMAH YU PARTI. PAGI.

Cast: Mona, Leni, Yu Parti, Panjul, Wardi.

Mona, Leni, dan Yu Parti bersiap untuk berangkat. Leni sudah berada di belakang kemudi, sementar Mona dan Yu Parti baru selesai mengunci pintu. Pacul dan Wardi melintas.

PACUL

Arep meng ngendi, Yu?

(Mau ke mana, Yu?)

YU PARTI

Jakarta, Cul..

MONA

Kalian berdua ikut?

WARDI

Mau ngapain ke Jakarta, Mbak?

YU PARTI

(tersenyum tanpa menjawab)

MONA

(menghampiri Pacul dan Wardi)

Terima kasih, ya, Cul, Di.. kalian berdua sudah menjadi temanku selama aku di sini..

WARDI

Sama-sama, Mbak.. jangan kapok main ke sini, ya..

PACUL

(menangis)

MONA

Pacul, jangan nangis.. kalau aku ada waktu, aku pasti main ke sini lagi..

PACUL

Ya, Mbak…

MONA

(mengulungkan tangan untuk berjabat tangan)

Aku udah jadi orang Bendawuluh, lho..

WARDI

Maksudnya apa, Mbak?

PACUL

(masih menangis)

Mbak Mona jangan bercanda lah. Ora lucu koh..

Dari dalam mobil, Yu Parti berkata dengan cukup keras

YU PARTI

Pacul, Wardi, Mona saiki dadi anake nyong. Kowe aja macem-macem. Nyong moh duwe mantu kaya kowe-kowe padha..

(Pacul, Wardi, Mona sekarang jadi anakku. Kamu jangan macem-macem. Aku enggak mau punya mantu seperti kamu-kamu itu)

PACUL

(mengusap air matanya, ingin memeluk Mona tapi ditahan Wardi)

WARDI

Kowe ngapa, Cul? Ngaca, Cul, ngaca.. Mbak Mona kuwi bidadari, sementara kowe kaya kinjeng cewok yakue koh..

(Kamu ngapain, Cu;? Ngaca, Cul, ngaca. Mbak Mona itu bidadari, sementara kami itu seperti capung cebok gitu)

PACUL

(menangis mengerang)

WARDI

Owalah bocah, bocah..

MONA

(berbisik)

Tadi Ibu ngomong apa, Di?

WARDI

Tadi Yu Parti bilang kalau dia katanya pengen punya menantu seperti saya, bukan seperti Pacul..

PACUL

(menginjak kaki Wardi)

WARDI

(berteriak dan memegangi kakinya)

PACUL

Hati-hati ya Mbak..

MONA

Ya. Aku bakal main ke sini lagi kok. Di sini rumah keduaku..

(tersenyum)

Mona lalu berjalan ke arah mobil dan masuk. Mobil melaju.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar