Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MONA
Suka
Favorit
Bagikan
3. 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

19. EXT. TERMINAL. PAGI.

Cast: Mona, supir travel, orang-orang di terminal

Mona masih tertidur hingga ia dibangunkan oleh supir. 

SUPIR

Mbak, Mbak. Sudah sampai, Mbak..

MONA

(tergeragap)

Oh, ya Pak..

Mona lalu keluar dari mobil dan bertanya ke seorang lelaki yang menjaga sebuah tempat persinggahan para penumpang. Lelaki itu berteriak “Pucang! Pucang! Pucang!” sembari melambaikan tangan kepada calon penumpang. Sebuah bis kecil sedang berhenti, menunggu penumpang.

MONA

Permisi, Pak. Kalau mau ke desa Bendawuluh, saya harus naik bis mana?

LELAKI

Ooh, Mbak naik bis ini. Nanti turun di Pucang. Nah, dari Pucang, Mbak cari mobil pikap ke Bendawuluh.

MONA

Baik, terima kasih, Pak..

LELAKI

Ya, silahkan naik, Mbak…

Mona lalu naik ke dalam bus. Di dalam sudah ada empat ibu-ibu yang membawa barang belanjaan mereka. Mona duduk di kursi paling belakang. Salah seorang ibu menanyainya dalam logat ngapak.

IBU (LOGAT NGAPAK)

Mbak bukan orang sini, ya?

MONA

Bukan. Saya dari Jakarta, ingin pergi ke Bendawuluh

IBU

Ternyata orang-orang Jakarta tahu Bendawuluh..

MONA

Memang kenapa, Bu?

IBU

Bendawuluh jauh sekali, Mbak. Nanti Mbak turun di Pucang, lalu Mbak harus cari mobil pikap untuk ke sana. Itu pun kalau ada.

MONA

(mengerutkan dahi)

Memangnya tak setiap hari ada ya Bu?

IBU

Belum pasti, Mbak. Tapi nanti semoga ada..

MONA

Ya, Bu..

(tersenyum)

Sepanjang perjalanan ke Pucang, Mona memandangi apa saja yang berada di jalanan lewat kaca bus itu. Di tengah perjalanan, ada sepasang suami istri bersama anak perempuannya yang seumuran dengan Mona. Mona memperhatikan mereka, dan ia tersenyum tipis. Bus berjalan lagi.

Kemudian, sepasang kekasih naik. Si lelaki menggandeng tangan kekasihnya, dan mereka duduk di deretan kursi depan Mona. Mona memperhatikan mereka. Air mata Mona menggenang. Mona lalu mengusap air matanya dan bersandar ke belakang. Lalu, secara tak sengaja, ia melihat stiker kecil yang terpasang di langit-langit atap bus – tepat di atas kepalanya. Stiker itu bertuliskan “Tetap tersenyumlah, walau dunia kejam kepadamu.” Mona tersenyum.

Sekira tiga jam naik bus, ia sampai di Pucang.

20. EXT. TERMINAL PUCANG. SIANG

Cast: Mona, Ibu penjual minuman, Sopir pikap dan dua perempuan sebagai penumpang.

Terminal pucang adalah terminal kecil yang tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa bus yang berada di sana, dan nampak sangat lengang. Mona turun dari bus yang ditumpanginya dan ia menuju ke sebuah warung yang menjual minuman.

MONA

(membayar minuman)

IBU PENJUAL (LOGAT NGAPAK)

Makasih, Mbak..

MONA

Ya, sama-sama. O ya, Bu, kalau mau ke Bendawuluh, saya harus naik mobil yang mana ya?

IBU PENJUAL

Waaah, kalau hari ini enggak ada mobil yang ke sana Mbak, soalnya hari ini bukan hari pasar. Lusa baru ada Mbak..

(terdiam sejenak lalu berkata kepada diri sendiri)

Melas temen Mbak-e, dewekan, ora ana mobil..

(kasihan sekali Mbak itu. sendirian, enggak ada mobil)

(terdiam cukup lama)

MONA

(memandangi sekitar dan menghela nafas)

Kalau ojek, Bu?

IBU PENJUAL

Mana mau ojek yang mau ngantar ke sana, Mbak,, Mbak duduk dulu, nanti semoga ada mobil yang mau ke sana..

MONA

(tersenyum lalu duduk di kursi kayu panjang di samping kios itu)

Mona menunggu selama satu setengah jam, dan ia duduk dengan gelisah, mengecek ponsel dan menggerak-gerakkan kakinya tanda gelisah, sebelum ada mobil pikap yang mengangkut kambing berhenti di depan warung itu. Si supir keluar dan di dalam mobil itu ada dua perempuan. Si supir membeli minuman di warung.

IBU PENJUAL

Rika arep meng Bendawuluh, Kang? Kae Mbak-mbak arep milu meng mrana..

(Kau mau ke Bendawuluh, Kang? Itu ada mbak-mbak ingin ikut ke sana)

SUPIR (LOGAT NGAPAK)

(memandangi Mona)

Mau ke Bendawuluh, Mbak?

MONA

Ya, Pak. Saya boleh ikut?

SUPIR

Boleh. Tapi Mbak naik di belakang bareng kambing-kambing itu, soalnya di depan udah penuh..

MONA

(tersenyum senang)

Ya, enggak papa, Pak. Makasih ya Pak..

SUPIR

Ya, sama-sama Mbak. Ayo langsung naik saja..

Mona naik ke mobil. Di bak mobil itu terdapat beberapa ekor kambing yang sudah diikat ke palang. 

SUPIR

(akan membuka pintu)

Perjalanan sekitar 2 jam Mbak..

MONA

Ya, pak..

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Mona merasakan angin sejuk menerpa tubuhnya dan sesekali bau kambing menguar di hidungnya. Rambutnya terbang digoyang angin. Di kanan-kiri jalan menuju Bendawuluh, terdapat sawah dan pohon-pohon yang cukup besar. Di tengah perjalanan, Mona merasa cukup capek, sehingga kadang ia harus duduk jongkok, karena lantai bak mobil itu penuh dengan kencing dan tahi kambing. Di sebuah jalan yang cukup sempit, ada longsoran kecil yang membuat mobil harus berjalan pelan. Di saat yang bersamaan, ada pengendara motor yang juga akan lewat, sehingga pengendara motor itu harus berhenti sebentar. Melihat Mona berada di bak, pengendara motor itu terpana, dan bergumam “Ayu-ayu numpak bareng wedhus.”

Mendekati Bendawuluh, jalanan menanjak, dan kanan-kiri jalan adalah pepohonan yang cukup lebat. Jalannya pun cukup sempit, cukup susah jika ada mobil berpapasan. Di sebuah pertigaan, mobil berhenti.

SUPIR

Mbak, saya cuma bisa ngantar sampai sini. Mbak jalan ke sana, sekitar satu kilo, nanti Mbak sudah sampai di Bendawuluh.

MONA

Ya, Pak..

(turun dan berjalan ke depan untuk mengulungkan uang)

Ini, Pak..

(mengulungkan uang, berniat membayar)

SUPIR

Udah, enggak usah Mbak…

MONA

Serius Pak?

SUPIR

(mengangguk)

MONA

Terima kasih ya Pak..

SUPIR

Ya Mbak..

(kembali melaju dan bergumam)

Kae bocah ayu temen.. 

(Itu anak cantik sekali)

SEORANG IBU PENUMPANG#1

Weruh wong ayu matane delalapan

(Lihat orang cantik matanya jelalatan)

SUPIR

(malu, menggaruk kepala)

21. EXT. JALAN MENUJU DESA BENDAWULUH. SIANG 

Cast: Mona, Pacul, Wardi.

Pacul dan Wardi sedang beristirahat sembari memakan buah jambu. Di dekat mereka berdua ada dua ikat rumput yang mereka bawa. Dari kejauhan, mereka melihat Mona yang sedang berjalan menuju arah mereka. Mona memandangi Pacul dan Wardi dengan antusias.

PACUL

Di, Di, kae deleng ana bule..

(Di, Di, itu lihat ada bule)

WARDI

Apa iya si Cul

(apa iya sih Cul?

(mengamati Mona)

PACUL

Iya, kae cungure kaya manuk beo

(Iya, itu hidungnya seperti burung beo)

WARDI

Iya deneng.. apa jangan-jangan kue bule sekang Belanda, arep njajah Indonesia maning, Cul..

(Iya, ya. Apa jangan-jangan itu beli dari Belanda, mau menjajah Indonesia lagi, Cul)

PACUL

Ngawur, Indonesia wes merdeka koh arep dijajah maning..

(Ngawur, Indonesia udah meredeka kok mau dijajah lagi)

WARDI

Tenang, Cul. Inyong teyeng bahasa Inggris. Ngko Inyong bae sing tek ngomong. Kowe meneng bae..

(tenag, Cul. Aku bisa bahasa Inggris. Nanti aku aja yang ngomong. Kamu diem aja)

PACUL

(melempar kulit jambu ke muka Wardi)

Gayamu, Di..

Mona akan menyapa mereka berdua terlebih dahulu, tapi Wardi sudah menyapanya lebih cepat.

WARDI

Halo. My name is Wardi. This is my friend, Pacul.. (LOGAT NGAPAK)

PACUL

My name is Ahmad Sukarja. Pacul is my nick name (LOGAT NGAPAK)

MONA

(tersenyum)

Nama saya Mona..

PACUL

(berbisik pada Wardi)

Deneng teyeng ngomong bahasa Indonesia, Di..

(ternyata bisa ngomong bahasa Indonesia, Di)

WARDI

Maaf, Mbak.. saya kira Mbaknya bule kesasar..

MONA

Saya orang Indonesia kok. Tapi kata orang tua saya, kakek buyut saya asli orang Belanda

PACUL

Kakek buyut Mbaknya berarti kompeni penjajah?

(berpikir, menatap ke atas)

VOC ya Mbak?

WARDI

Mbaknya tahu pemain bola yang pakai kacamata itu, Mbak?

MONA

Edgar David..

PACUL

Nah, Edgar David..

MONA

(tersenyum dan menggeleng)

Saya suka van Persie..

WARDI

(menghadap belakang dan menunjukkan baju Manchester United kusam yang bertuliskan van Persie)

Lihat Mbak..

MONA

(tertawa)

Wah kebetulan sekali…

PACUL

Ngomong-ngomong Mbak ada perlu apa ya datang ke sini?

MONA

Saya wartawan dari Jakarta, disuruh atasan saya untuk datang ke Bendawuluh

(menunjukkan kartu identitas jurnalis)

PACUL-WARDI

(melihat kartu itu)

MONA

Apakah benar ini desa Bendawuluh?

WARDI

Benar, Mbak

(menunjukkan tingkah kebingungan)

Tapi Mbak…

MONA

Tapi kenapa?

WARDI

Di sini enggak ada kasus pembunuhan, kecelakaan, atau korupsi, Mbak. Ya Cul, ya?

PACUL

Benar Mbak, desa ini aman-aman saja kok Mbak. Lalu Mbaknya datang ke sini buat nyiarin berita apa?

MONA

(tersenyum)

Saya ingin meliput kegiatan perempuan di desa ini. Boleh antarkan saya ke rumah kepala desa?

PACUL

Ooh.. ayo Mbak biar kami antar sekalian kami pulang..

MONA

Ayo..

(tersenyum)

PACUL – WARDI

(membawa rumput itu dengan menyungginya di atas kepala, lalu berjalan ke rumah kepala desa)

22. INT. DI RUMAH PAK KADES. SORE.

Cast: Pak Kades, Bu Kades, Mona, Pacul, Wardi, dan Yu Parti

Pacul dan Wardi berdiri beberapa langkah dari teras rumah Pak Kades. 

PACUL

Ini Mbak, rumah Pak Lurah..

MONA

Terima kasih, ya, Pacul dan Wardi..

WARDI

Sama-sama Mbak, kami pulang dulu. Kalau butuh bantuan mampir saja ke rumah saya Mbak. Lurus saja ke arah sana, pagar rumah saya berwarna biru..

MONA

(tersenyum)

Ya, pasti..

PACUL

(menendang pantat Wardi)

Cangkeme dijaga, karo dayoh mbok sing sopan..

(mulutnya dijaga, sama tamu harus sopan)

Sudah ya Mbak.. kami pulang dulu..

MONA

Ya, hati-hati. Terima kasih..

(tersenyum)

Mona lalu berjalan menuju teras rumah Pak Kades, lalu mengetuk pintu 

BU KADES

(membuka pintu)

Nyari siapa ya Mbak?

MONA

Apa benar ini rumah Pak Kepala Desa?

BU KADES

Ya, benar. Ada keperluan apa ya Mbak?

MONA

Saya Mona, wartawan dari Jakarta. Saya bermaksud meliput kegiatan perempuan di desa ini..

BU KADES

Silahkan masuk dulu, Mbak..

MONA

Ya, Bu..

(masuk ke dalam)

BU KADES

Silahkan duduk, Mbak. Saya panggil suami saya dulu..

MONA

Ya, Bu..

(duduk dan memandangi ruang tamu rumah itu)

PAK KADES

(datang dari dapur, dan mengulungkan tangan kepada Mona)

Purwanto, biasa dipanggil Pur..

MONA

(menjabat tangan)

Mona, Pak..

PAK KADES

(berteriak tak terlalu keras)

Ibune, wedange cepet..

(Bu, minumnya cepet)

Ada perlu apa ya Mbak?

MONA

Saya wartawan untuk majalah Api Perempuan, Pak. Saya ingin meliput kegiatan perempuan di desa ini, saya diberi waktu 3 minggu..

(menunjukkan kartu identitas persnya)

PAK KADES

Ooh ya boleh Mbak. Silahkan. Tapi saya minta tulis yang bagus-bagus saja, yang jelek-jelek enggak usah ditulis

(tertawa)

BU KADES

(datang membawa minuman dan sesisir pisang, lalu menyuguhkannya pada Pak Kades dan Mona)

Silahkan, Mbak..

(kembali ke dalam)

MONA

Ya, Bu..

(terdiam sejenak)

Memang apa hal yang jelek, Pak?

PAK KADES

(tertawa)

Saya hanya bercanda Mbak. Perempuan desa ini sangat kuat-kuat. Mereka bisa mengerjakan pekerjaan suaminya karena suami-suami mereka merantau ke kota-kota besar, bahkan ada yang ke luar negeri. Jepang, Korea, Malaysia, Arab..

MONA

(mengangguk)

Kalau boleh tau apakah ada rumah kosong di sekitar sini?

PAK KADES

Ada, di dekat kuburan, Mbak. Tapi rumah itu sudah kosong cukup lama..

MONA

Enggak papa, Pak.. saya pemberani, kok..

PAK KADES

Rumah itu sekitar dua tahun sudah tak ditempati. Pemiliknya sudah meninggal. Anak dari pemiliknya tinggal di belakang rumah saya.. kalau Mbak Mona mau tinggal di sana, mari saya antar..

MONA

Baik, Pak..

(berdiri)

PAK KADES

(berdiri dan keluar rumah)

Di luar rumah Pak Kades, ada Yu Parti yang baru saja meletakkan kayu bakar di teras samping rumah Pak Kades. 

YU PARTI

Wes rampung, Pak Lurah. Njaluke Bu Lurah 10 giling, kae wes tek nggawakna..

(sudah selesai, Pak Lurah. Bu Lurah minta 10 giling, itu sudah saya bawakan)

PAK KADES

Suwun ya Yu. Duwite uwis apa urung?

(terima kasih ya Yu. Uangnya udah apa belum?

YU PARTI

Wis, Pak. Bu Lurah sing menei wingi isuk.. 

(Udah, Pak. Bu Lurah yang ngasih kemarin pagi)

(terdiam, memandangi Mona sekilas)

Ana dayoh ngendi kuwe, Pak?

(Ada tamu dari mana itu, Pak?)

PAK KADES

Wartawan sekang Jakarta, Yu..

(wartawan dari Jakarta, Yu)

YU PARTI

Arep dijak meng ngendi?

(mau diajak ke mana?)

PAK KADES

Arep ndeleng umah kosong cepak kuburan. Mbak-e arep nyewa umah kae jare..

(mau liat rumah kosong dekat kuburan. Mbak ini katanya mau nyewa rumah itu)

YU PARTI

Owalah, jangan Mbak. Mending menginap di rumah saya saja..

MONA

Engg..

(terpotong oleh kata-kata Yu Parti)

YU PARTI

Enggak papa, Mbak, daripada Mbak sendirian di rumah itu. Saya tinggal sendirian kok di rumah..

PAK KADES

Ya, Mbak Mona bisa tinggal bersama Yu Parti. Yu Parti tinggal sendirian..

MONA

Beneran enggak papa Bu?

YU PARTI

Enggak papa.. eh siapa nama Mbaknya?

(mengulungkan tangan)

MONA

(menjabat tangan Yu Parti)

Mona, Bu..

YU PARTI

Saya Suparti. Biasa dipanggil Parti..

(tersenyum)

Mari menengok ke gubuk saya Mbak..

MONA

Mari Bu..

(tersenyum)

YU PARTI

Inyong bali ndisit Pak Lurah

(saya pulang dulu, Pak Lurah)

PAK KADES

Iya, Yu..

Silahkan ikut Yu Parti ya Mbak..

MONA

Ya, Pak. Mari..

PAK KADES

Mari..

Terdengar teriakan Bu Kades dari dalam rumah dan sayup-sayup suara kambing.

BU KADES

Pak, wedhuse dempani ndisit!

(Pak, kambingnya dikasih makan dulu)

PAK KADES

Ya, Bune

(Ya, Bu)

(pergi ke belakang rumah)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar