Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MONA
Suka
Favorit
Bagikan
6. 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

39. EXT. JALAN DI ANTARA RUMAH WARGA. SIANG MENJELANG SORE.

Cast: Pacul, Wardi, Mona.

Pacul dan Wardi ingin mencari sinyal di bukit, dan mereka berdua lewat depan rumah Yu Parti. Mona sedang mondar-mandir di teras untuk mencari sinyal.

MONA

Cul, Di, mau ke mana?

PACUL

Mbak Mona lagi ngapain?

MONA

Nyari sinyal, susah banget di sini. Kadang ada kadang enggak..

WARDI

Walah, kebeneran. Ayo ikut, Mbak..

MONA

Ke mana?

WARDI

(menunjukkan ponselnya)

Nyari sinyal, Mbak. Di bukit sebelah sana sinyalnya banyak. Kalau di sini susah banget, Mbak..

MONA

(tersenyum riang)

PACUL

Ayo, Mbak..

40. EXT. BUKIT TEMPAT MENCARI SINYAL. SORE.

Cast: Pacul, Wardi, Mona, dan beberapa Ibu-ibu.

Mereka berjalan menaiki sebuah bukit yang tak terlalu tinggi, dan mereka hampir sampai di puncaknya. Mona berjalan di belakang Pacul dan Wardi.

PACUL

Hampir sampai, Mbak..

WARDI

Ya, Mbak..

MONA

Capek juga, ya..

PACUL

Terus berjalan

WARDI

Kita sudah sampai, Mbak..

MONA

(kaget karena ternyata di puncak itu sudah ada beberapa ibu-ibu yang juga sedang mencari sinyal)

PACUL

Mereka juga sedang mencari sinyal, Mbak..

WARDI

(menyapa seseorang)

Nana gawean apa Yu?

(Enggak ada kerjaa Yu?)

IBU#2

Nana. Inggane ana ya ora neng kene..

(enggak ada. Kalau ada enggak mungkin di sini)

IBU#3

Arep telpon bojone, sapa ngerti arep bali..

(Mau telepon suami. Siapa tahu mau pulang)

Pacul dan Mona mencari tempat ternyaman menurut mereka. Mona agak menjauh dari mereka. Ia berteduh di sebuah pohon yang tak terlalu besar.

MONA

(menelepon Mbak Lilik)

Halo, Mbak..

41. EXT. DI DEPAN KANTOR API PEREMPUAN. SORE.

Cast: Mbak Lilik dan beberapa pegawai yang bersiap pulang.

MBAK LILIK

(mengangkat telepon)

Halo, Mon.. enggak ada sinyal, ya?

MONA

Ya, Mbak. Ni baru dapet.. sorry Mbak, aku belum bisa ngirim liputanku..

MBAK LILIK

Udah mau dua minggu, lho, Mon. Waktumu sedikit lagi..

MONA

Oke, Mbak. Pasti aku kerjain..

MBAK LILIK

Cepet lho Mon. Aku enggak mau molor pokoknya..

MONA

Ya, Mbak. Janji. Yaudah ya Mbak..

MBAK LILIK

Ya, Mon

42. EXT. BUKIT TEMPAT MENCARI SINYAL. SORE.

Mona lalu mendekati ibu-ibu yang sedang sama-sama mencari sinyal. Ibu-ibu itu sangat ramah ketika Mona menanyai mereka. Mereka tertawa bersama-sama dan Mona nampak sangat nyaman berbicara dengan mereka. 

Kamera menyorot pemandangan di sekitar bukit itu, dan menyorot batas senja di cakrawala yang jauh.

43. INT. DAPUR RUMAH -DEPAN RUMAH YU PARTI. SIANG.

Cast: Mona, Yu Parti, Wardi, Pacul, Mama, Papa.

Yu Parti sedang menanak nasi di tungku. Mona datang dan duduk di dekat Yu Parti.

YU PARTI

Udah dikerjain?

MONA

Udah, tapi belum selesai, Yu. Dua hari kemarin ditelpon atasan, katanya disuruh cepet..

YU PARTI

Bagaimana kesanmu selama dua minggu berada di sini?

MONA

Seneng banget, Yu..

YU PARTI

Bukannya lebih enak di kota, ya, di sana apa-apa ada?

MONA

Kota itu menyebalkan, Yu..

YU PARTI

(tertawa lirih)

Di kota, di mana-mana ada sinyal, kalau di sini, har..

Omongan Yu Parti terpotong karena Pacul membuka pintu.

PACUL

Mbak Mona, orang tua Mbak datang..

MONA

(terkejut)

Mana, Cul?

PACUL

Itu, Mbak. Masih di luar..

Mereka lalu keluar.

Papa-Mama berdiri di depan rumah Yu Parti. Mereka ditemani Wardi. Pacul, Mona, dan Yu Parti menghampiri mereka.

WARDI

Ini, Mbak Mona-nya, Pak, Bu. Kami pamit dulu,..

PAPA

(dengan cuek)

Ya

Pacul dan Wardi melihat dari kejauhan dan mendengar sayup-sayup obrolan mereka. 

PAPA

Mona, kenapa kamu enggak bilang kalau kamu liputan ke desa terpencil macam ini?!

MONA

Mona udah gede, Pa. Lagian kalau Mona bilang, emang ada yang mau peduli? Mau ngasih perhatian? Enggak, kan?

PAPA

(memandang Mona dengan penuh emosi)

MONA

Jangan bikin rIbut. Ini desa orang. Jangan bikin malu. Dari mana Mama dan Papa tahu kalau aku liputan di sini?

PAPA

Itu tidak penting

MONA

Masih sempet-sempetnya nyariin aku..

MAMA

(tangannya bergerak menanpar Mona)

YU PARTI

(menahan tangan Mama dan berkata dengan sangat tenang)

Jangan sakiti Mona

MONA

Ini Yu Parti. Mona tinggal di rumah Yu Parti. Rumahnya memang tak sebesar dan semewah rumah kalian. Tapi di rumah ini aku menemukan apa yang tak kutemukan di kota.

(terdiam)

Kebahagiaan..

PAPA

Pulang sekarang!

MONA

Aku punya surat tugas dari kantor. Sekarang aku wartawan. Bukan anak kecil lagi..

MAMA

Mama ingin tinggal sebentar di desa ini

MONA

Rumah Yu Parti hanya punya dua kamar. Satu untukku dan satu Yu Parti.

PAPA

Carikan kami rumah! Berapa pun harga sewanya akan Papa bayar!

MONA

Apa? Bayar? Di sini uang memang penting tapi bukan segalanya, Pa.

PAPA

Kurang ajar kamu, ya!

MONA

Jangan bentak-bentak. Enggak enak sama orang-orang. Beberapa bulan lalu, seorang pemuda di kampung ini membunuh seorang agen pencari kerja dari kota karena ia membuat keributan. Aku harap itu pembunuhan terakhir di desa ini.

(diam)

Benar kan Yu?

YU PARTI

Apa yang dikatan anak Bapak sama sekali tak mengandung kebohongan. Camkan itu, Pak!

PAPA

(bertambah emosi)

Dari pada Papa lama-lama gila di sini, cepat carikan rumah!

MONA

(menengok ke sekitar dan melihat Pacul dan Wardi)

(tersenyum)

Cul, Di, sini..

Dari gubuk, Yu Sanem mengintip dari lubang. Ia lalu berteriak-teriak “Lunga kowe! Lunga kowe! Asu! Kirik! Lunga sekang kene!”

Semua orang kaget. Yu Parti menghampiri Yu Sanem dan mencoba menenangkannya.

MONA

Lihat, Pa.. dia dikandang karena menggigit leher seseorang yang pernah bikin ribut sampai putus!

44. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. SIANG.

Cast: Mona, Yu Parti

Mona dan Yu Parti tertawa terbahak-bahak di dapur..

MONA

Ternyata Yu Parti jago acting juga waktu tadi aku mancing buat bikin Papa emosi..

YU PARTI

Aku juga enggak nyangka, Mon.. aku cuma liat di tivi-tivi kalau ada orang lagi marah itu ekspresinya kaya gimana

(tertawa lirih)

Kamu yakin Papa dan Mamamu bisa tinggal di situ?

MONA

Yakin, Yu. Itu satu-satunya cara agar mereka cepat kembali ke kota

(tersenyum jahil)

45. EXT. DI DEPAN RUMAH DEKAT KUBURAN. SIANG.

Cast: Papa, Mama, Pacul, Wardi.

Pacul dan Wardi mengantar Mama dan Papa ke rumah yang awalnya akan dipakai oleh Mona.

PACUL

Nah, ini rumahnya, Pak, Bu. Tadi kata yang punya, enggak usah bayar..

MAMA

(agak cuek)

Di mana yang punya rumah ini?

WARDI

Yang punya rumah sudah meninggal, anaknya tinggal di dekat rumah Yu Parti..

PAPA

Aman, kan?

PACUL-WARDI

(saling berpandangan)

MAMA

Aman apa enggak?!

WARDI

Aman, Pak, Bu. Lihat bangunannya masih cukup bagus..

PAPA

Mana kuncinya?

PACUL

Ini, Pak..

WARDI

Ya sudah, kami berdua pamit dulu, Pak, Bu..

MAMA

Ya. Makasih.

PACUL

Ya, Bu. Sama-sama..

Dalam perjalanan pulang, Pacul dan Wardi berbisik-bisik..

WARDI

Pangan kuwe setan alas, dayoh ra duwe isin

(Makanlah itu, setan alas, tamu enggak punya malu)

(cekikikan)

PACUL

(ikut cekikikan)

Aneh. Mbak Mona wonge apikan banget, tapi wong tuwane kaya ora berpendidikan babar blas…

(Aneh. Mbak Mona orangnya baik sekali, tapi orang tuanya seperti enggak berpendidikan sama sekali)

Melanjutkan perjalanan.

46. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. MALAM

Cast: Mona, Yu Parti

Api di tungku menyala. Mona menangis dan Yu Parti duduk tepat di sampingnya.

YU PARTI

Melepaskan seseorang yang sangat kita cintai memang sangat berat..

(mengusap pundak Mona)

Sabar, ya, Mon..

MONA

(mengusap air matanya dengan tangan)

Makasih, Yu..

YU PARTI

(tersenyum)

MONA

Pekerjaanku tersendat gara-gara aku selalu mikirin dia. Harusnya liputanku sudah selesai. Hatiku benar-benar remuk, Yu..

YU PARTI

(dengan canggung ia memeluk Mona)

Sudah, Mon.. Pasti kamu dapat yang lebih baik..

MONA

(berada di pelukan Yu Parti, dan tangisnya semakin menjadi)

Api di tungku masih menyala. SUARA JANGKRIK TERDENGAR.

47. INT. KAMAR RUMAH YANG DIPAKAI MAMA-PAPA. MALAM.

Cast: Mama, Papa

SUARA BURUNG HANTU TERDENGAR. Mereka berdua sudah berada di kamar yang tak terlalu luas. Ada sebuah jam dinding yang menunjukkan jam 9.50. DIIRINGI MUSIK HOROR.

MAMA

Aku takut

PAPA

(mendecak kesal, lalu membelakangi Mama)

MAMA

(matanya memandangi kamar)

TERDENGAR DUA KALI SUARA KETUKAN DI PINTU KAMAR 

MAMA

(menggoyangkan bahu Papa)

Hey, kamu dengar? Ada yang mengetuk pintu.

PAPA

Apa sih ganggu saja. Aku capek!

MAMA

Tadi ada yang mengetuk pintu 

PAPA

(berdiri, lalu membuka pintu kamar)

Lihat! Enggak ada apa-apa, kan?

(menutup pintu lagi)

MAMA

Tapi tadi ada yang mengetuk pintu. Aku enggak bohong..

PAPA

Halah, kamu ini ada-ada saja. Sudah, tidur.

MAMA

(terdiam dan masih ketakutan)

Jam menunjukkan pukul 12.25. Mama masih belum bisa tidur dan Papa sudah terlelap. TERDENGAR SUARA ORANG YANG MENYERET LANGKAH KAKINYA DARI ARAH RUANG TAMU.

MAMA

(mendengarkan dengan seksama suara itu)

Bangun, hey, bangun.. ada suara langkah kaki..

(terus menggoncangkan bahu Papa)

PAPA

Keparat! Apa lagi, sih?!

MAMA

Ada suara langkah kaki di ruang tamu

(ketakutan)

PAPA

(berdiri dan berjalan untuk membuka pintu)

Lihat! Lihat!

MAMA

(ketakutan)

PAPA

(menutup pintu, lalu kembali tidur)

MAMA

Ayo pulang saja..

PAPA

Sana kamu pulang sendiri!

MAMA

(ketakutan)

TERDENGAR SUARA KETUKAN DI PINTU. “TOK-TOK-TOK”

PAPA

(terbangun)

MAMA

Kau dengar, kan?

(bersembunyi di balik selimut)

TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”

PAPA

(secara perlahan, berdiri dan berjalan ke arah pintu)

TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”

PAPA

(sudah memutar gagang pintu)

TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”

PAPA

(membuka pintu)

48. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI-HALAMAN RUMAH YU PARTI-GUBUK YU SANEM. PAGI.

Cast: Pak Lurah, Yu Parti, Mona, Papa, Mama, Yu Sanem, Pacul

Pak Lurah sudah berdiri di depan pintu.

PAK LURAH

Eh, Yu. Mbak Mona esih nang kene apa?

(Eh, Yu. Apa mbak Mona masih di sini?)

YU PARTI

Esih, Pak. Melbu ndisit..

(Masih, Pak. Masuk dulu)

PAK LURAH

Ora usah. Nyong arep tuku kayu maning, Yu..

(Enggak usah. Aku mau beli kayu lagi, Yu)

YU PARTI

Pira, Pak?

(Berapa, Pak?)

PAK LURAH

Segiling bae lah

(Satu giling saja lah)

(mengambil uang dari saku baju)

Iki, Yu..

(Ini, Yu)

YU PARTI

Suwun, ya, Pak.. arep digawa dewek bae apa?

(Makasih ya Pak. Mau dibawa sendiri aja?)

PAK LURAH

Ya, Yu. Wong segiling thok. Yawis, Yu. Nyong tek pamit ndisit..

(Ya, Yu. Cuma segiling. Yaudah, Yu. Aku pamit dulu)

YU PARTI

Ya, Pak.. matur suwun ya..

(Ya, Pak. Terima kasih ya)

(menutup pintu kembali menghadap tungku. Ia sedang memasak nasi)

Mona datang dari kamar.

MONA

Siapa, Yu?

YU PARTI

Pak Lurah, Mon. Beli kayu..

MONA

Yu Parti udah lama jualan kayu?

YU PARTI

Lumayan, Mon..

MONA

Yu Parti membawa sendiri kayu-kayu itu dari kebun?

YU PARTI

Ya, Mon. Mau sama siapa lagi

(tersenyum)

MONA

Dari mana saja kayu-kayu itu berasal?

YU PARTI

Aku punya lima kebun, Mon. Sama orang tuaku dulu tiga kebun ditanami kayu-kayu, jenis kayu bakar semua. Sekarang aku tinggal memilih mana yang layak tebang mana yang belum. Dua petak yang lain ditanami jagung dan ketela, juga sayuran.

MONA

Yu Parti bisa menebang sendirian?

YU PARTI

Kalau urusan menebang atau membelah, aku serahkan pada Pacul, Wardi, atau beberapa orang tua yang tinggal di sini..

MONA

(mengangguk)

YU PARTI

Nanti aku mau bawa beberapa kayu lagi. Kamu mau ikut, Mon?

MONA

Mau, Yu..

(tersenyum)

YU PARTI

Nunggu nasinya matang dulu, ya..

(berdiri lalu membuka tutup panci)

ADA SESEORANG MENGETUK PINTU

MONA

(berdiri dan membuka pintu)

PAPA

(memandang Mona dengan penuh kekesalan)

Papa mau pulang. Kamu enggak ikut?

MONA

Enggak. Hati-hati ya..

PAPA

(menampar Mona)

YU PARTI

(menghampiri Mona dan memegang bahu Mona)

Mon.. kamu enggak papa?

MONA

(memandang penuh kebencian pada Papa)

YU PARTI

(memandang Papa dan matanya mendelik)

Pergi dari sini, Pak! Orang macam apa bapak ini yang tega-teganya menyiksa anak sendiri! Pergi!

PAPA

Diam kau, kampungan!

(pergi menuju mobil)

Mona dan Yu Parti pun pergi ke depan rumah untuk melihat Papa dan Mama. Mama sudah menunggu di mobil dan duduk dengan rasa takut dan marah. Pandangan Mama emosi dan sisa air mata semalam masih nampak jelas. Mobil sedan itu lalu melaju. Tanpa disadari, Pacul sudah berada di atas pohon dan melemparkan sewadah tahi sapi yang masih basah ke atas mobil yang melaju itu. Yu Parti dan Mona terperanjat dengan hal itu, lalu memandangi Pacul yang tersenyum di atas pohon.

DARI DALAM MOBIL

MAMA

Apa itu tadi?!

(setengah membentak)

PAPA

Apa sih, kamu sekarang jadi parno banget deh mentang-mentang ada pocong yang semalem datang ke kamar kita.

MAMA

Tadi yang jatuh di atas mobil itu apa?

PAPA

Tenang sedikit kenapa, sih! Itu bukan pocong, mana ada pocong nongol siang begini? Paling juga ranting pohon!

MAMA

(memandang lurus ke jalan)

PAPA

Enggak nyangka kalau kantor Mona menugaskan Mona ke desa terpencil seperti ini

MAMA

(memandang ke kaca samping dengan tatapan sedih)

PACUL

(cekikikan)

Tahi sapi, Yu..

Mona dan Yu Parti tertawa terbahak-bahak.

PACUL

(menyanyi)

Walaupun Madona cantik, Merlyn Monroe juga cantik, tetapi bagiku lebih cantik Mbak Mona…

YU PARTI

Wes, mudun, Cul..

(Udah, turun, Cul)

PACUL

Beres, Yu..

MONA

(tersenyum haru)

Dari gubuk, Yu Sanem berteriak memanggil Yu Parti. 

YU SANEM

Yu Parti!! Yu Parti!!

Mona dan Yu Sanem berjalan ke gubuk. Pacul berdiri di bawah pohon, memperhatikan.

YU PARTI

Ngapa, Nem? Kowe kencot apa?

(Kenapa, Nem? Kamu lapar?)

YU SANEM

(merintih)

Jukutna kursi. Sikile nyong pegel banget..

(Ambilkan kursi. Kakiu pegal sekali)

YU PARTI

Mon, ambilin kursi yang ada di dapur 

MONA

Ya, Yu..

YU PARTI

Sedela, ya. Agi dijukutna..

(Sebentar, ya. Lagi diambilin)

Mona datang dengan membawa sebuah kursi yang dimaksud. Yu Parti membuka kuncian pintu yang terbuat dari bambu lalu memasukkan kursi itu ke dalam, lalu kembali berbicara lewat lubang.

YU PARTI

Kuwe kursine

(Itu kursinya)

YU SANEM

(merintih dan berusaha duduk di kursi itu dengan susah payah)

Mona dan Yu Parti meninggalkan gubuk secara perlahan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar