Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
39. EXT. JALAN DI ANTARA RUMAH WARGA. SIANG MENJELANG SORE.
Cast: Pacul, Wardi, Mona.
Pacul dan Wardi ingin mencari sinyal di bukit, dan mereka berdua lewat depan rumah Yu Parti. Mona sedang mondar-mandir di teras untuk mencari sinyal.
MONA
Cul, Di, mau ke mana?
PACUL
Mbak Mona lagi ngapain?
MONA
Nyari sinyal, susah banget di sini. Kadang ada kadang enggak..
WARDI
Walah, kebeneran. Ayo ikut, Mbak..
MONA
Ke mana?
WARDI
(menunjukkan ponselnya)
Nyari sinyal, Mbak. Di bukit sebelah sana sinyalnya banyak. Kalau di sini susah banget, Mbak..
MONA
(tersenyum riang)
PACUL
Ayo, Mbak..
40. EXT. BUKIT TEMPAT MENCARI SINYAL. SORE.
Cast: Pacul, Wardi, Mona, dan beberapa Ibu-ibu.
Mereka berjalan menaiki sebuah bukit yang tak terlalu tinggi, dan mereka hampir sampai di puncaknya. Mona berjalan di belakang Pacul dan Wardi.
PACUL
Hampir sampai, Mbak..
WARDI
Ya, Mbak..
MONA
Capek juga, ya..
PACUL
Terus berjalan
WARDI
Kita sudah sampai, Mbak..
MONA
(kaget karena ternyata di puncak itu sudah ada beberapa ibu-ibu yang juga sedang mencari sinyal)
PACUL
Mereka juga sedang mencari sinyal, Mbak..
WARDI
(menyapa seseorang)
Nana gawean apa Yu?
(Enggak ada kerjaa Yu?)
IBU#2
Nana. Inggane ana ya ora neng kene..
(enggak ada. Kalau ada enggak mungkin di sini)
IBU#3
Arep telpon bojone, sapa ngerti arep bali..
(Mau telepon suami. Siapa tahu mau pulang)
Pacul dan Mona mencari tempat ternyaman menurut mereka. Mona agak menjauh dari mereka. Ia berteduh di sebuah pohon yang tak terlalu besar.
MONA
(menelepon Mbak Lilik)
Halo, Mbak..
41. EXT. DI DEPAN KANTOR API PEREMPUAN. SORE.
Cast: Mbak Lilik dan beberapa pegawai yang bersiap pulang.
MBAK LILIK
(mengangkat telepon)
Halo, Mon.. enggak ada sinyal, ya?
MONA
Ya, Mbak. Ni baru dapet.. sorry Mbak, aku belum bisa ngirim liputanku..
MBAK LILIK
Udah mau dua minggu, lho, Mon. Waktumu sedikit lagi..
MONA
Oke, Mbak. Pasti aku kerjain..
MBAK LILIK
Cepet lho Mon. Aku enggak mau molor pokoknya..
MONA
Ya, Mbak. Janji. Yaudah ya Mbak..
MBAK LILIK
Ya, Mon
42. EXT. BUKIT TEMPAT MENCARI SINYAL. SORE.
Mona lalu mendekati ibu-ibu yang sedang sama-sama mencari sinyal. Ibu-ibu itu sangat ramah ketika Mona menanyai mereka. Mereka tertawa bersama-sama dan Mona nampak sangat nyaman berbicara dengan mereka.
Kamera menyorot pemandangan di sekitar bukit itu, dan menyorot batas senja di cakrawala yang jauh.
43. INT. DAPUR RUMAH -DEPAN RUMAH YU PARTI. SIANG.
Cast: Mona, Yu Parti, Wardi, Pacul, Mama, Papa.
Yu Parti sedang menanak nasi di tungku. Mona datang dan duduk di dekat Yu Parti.
YU PARTI
Udah dikerjain?
MONA
Udah, tapi belum selesai, Yu. Dua hari kemarin ditelpon atasan, katanya disuruh cepet..
YU PARTI
Bagaimana kesanmu selama dua minggu berada di sini?
MONA
Seneng banget, Yu..
YU PARTI
Bukannya lebih enak di kota, ya, di sana apa-apa ada?
MONA
Kota itu menyebalkan, Yu..
YU PARTI
(tertawa lirih)
Di kota, di mana-mana ada sinyal, kalau di sini, har..
Omongan Yu Parti terpotong karena Pacul membuka pintu.
PACUL
Mbak Mona, orang tua Mbak datang..
MONA
(terkejut)
Mana, Cul?
PACUL
Itu, Mbak. Masih di luar..
Mereka lalu keluar.
Papa-Mama berdiri di depan rumah Yu Parti. Mereka ditemani Wardi. Pacul, Mona, dan Yu Parti menghampiri mereka.
WARDI
Ini, Mbak Mona-nya, Pak, Bu. Kami pamit dulu,..
PAPA
(dengan cuek)
Ya
Pacul dan Wardi melihat dari kejauhan dan mendengar sayup-sayup obrolan mereka.
PAPA
Mona, kenapa kamu enggak bilang kalau kamu liputan ke desa terpencil macam ini?!
MONA
Mona udah gede, Pa. Lagian kalau Mona bilang, emang ada yang mau peduli? Mau ngasih perhatian? Enggak, kan?
PAPA
(memandang Mona dengan penuh emosi)
MONA
Jangan bikin rIbut. Ini desa orang. Jangan bikin malu. Dari mana Mama dan Papa tahu kalau aku liputan di sini?
PAPA
Itu tidak penting
MONA
Masih sempet-sempetnya nyariin aku..
MAMA
(tangannya bergerak menanpar Mona)
YU PARTI
(menahan tangan Mama dan berkata dengan sangat tenang)
Jangan sakiti Mona
MONA
Ini Yu Parti. Mona tinggal di rumah Yu Parti. Rumahnya memang tak sebesar dan semewah rumah kalian. Tapi di rumah ini aku menemukan apa yang tak kutemukan di kota.
(terdiam)
Kebahagiaan..
PAPA
Pulang sekarang!
MONA
Aku punya surat tugas dari kantor. Sekarang aku wartawan. Bukan anak kecil lagi..
MAMA
Mama ingin tinggal sebentar di desa ini
MONA
Rumah Yu Parti hanya punya dua kamar. Satu untukku dan satu Yu Parti.
PAPA
Carikan kami rumah! Berapa pun harga sewanya akan Papa bayar!
MONA
Apa? Bayar? Di sini uang memang penting tapi bukan segalanya, Pa.
PAPA
Kurang ajar kamu, ya!
MONA
Jangan bentak-bentak. Enggak enak sama orang-orang. Beberapa bulan lalu, seorang pemuda di kampung ini membunuh seorang agen pencari kerja dari kota karena ia membuat keributan. Aku harap itu pembunuhan terakhir di desa ini.
(diam)
Benar kan Yu?
YU PARTI
Apa yang dikatan anak Bapak sama sekali tak mengandung kebohongan. Camkan itu, Pak!
PAPA
(bertambah emosi)
Dari pada Papa lama-lama gila di sini, cepat carikan rumah!
MONA
(menengok ke sekitar dan melihat Pacul dan Wardi)
(tersenyum)
Cul, Di, sini..
Dari gubuk, Yu Sanem mengintip dari lubang. Ia lalu berteriak-teriak “Lunga kowe! Lunga kowe! Asu! Kirik! Lunga sekang kene!”
Semua orang kaget. Yu Parti menghampiri Yu Sanem dan mencoba menenangkannya.
MONA
Lihat, Pa.. dia dikandang karena menggigit leher seseorang yang pernah bikin ribut sampai putus!
44. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. SIANG.
Cast: Mona, Yu Parti
Mona dan Yu Parti tertawa terbahak-bahak di dapur..
MONA
Ternyata Yu Parti jago acting juga waktu tadi aku mancing buat bikin Papa emosi..
YU PARTI
Aku juga enggak nyangka, Mon.. aku cuma liat di tivi-tivi kalau ada orang lagi marah itu ekspresinya kaya gimana
(tertawa lirih)
Kamu yakin Papa dan Mamamu bisa tinggal di situ?
MONA
Yakin, Yu. Itu satu-satunya cara agar mereka cepat kembali ke kota
(tersenyum jahil)
45. EXT. DI DEPAN RUMAH DEKAT KUBURAN. SIANG.
Cast: Papa, Mama, Pacul, Wardi.
Pacul dan Wardi mengantar Mama dan Papa ke rumah yang awalnya akan dipakai oleh Mona.
PACUL
Nah, ini rumahnya, Pak, Bu. Tadi kata yang punya, enggak usah bayar..
MAMA
(agak cuek)
Di mana yang punya rumah ini?
WARDI
Yang punya rumah sudah meninggal, anaknya tinggal di dekat rumah Yu Parti..
PAPA
Aman, kan?
PACUL-WARDI
(saling berpandangan)
MAMA
Aman apa enggak?!
WARDI
Aman, Pak, Bu. Lihat bangunannya masih cukup bagus..
PAPA
Mana kuncinya?
PACUL
Ini, Pak..
WARDI
Ya sudah, kami berdua pamit dulu, Pak, Bu..
MAMA
Ya. Makasih.
PACUL
Ya, Bu. Sama-sama..
Dalam perjalanan pulang, Pacul dan Wardi berbisik-bisik..
WARDI
Pangan kuwe setan alas, dayoh ra duwe isin
(Makanlah itu, setan alas, tamu enggak punya malu)
(cekikikan)
PACUL
(ikut cekikikan)
Aneh. Mbak Mona wonge apikan banget, tapi wong tuwane kaya ora berpendidikan babar blas…
(Aneh. Mbak Mona orangnya baik sekali, tapi orang tuanya seperti enggak berpendidikan sama sekali)
Melanjutkan perjalanan.
46. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. MALAM
Cast: Mona, Yu Parti
Api di tungku menyala. Mona menangis dan Yu Parti duduk tepat di sampingnya.
YU PARTI
Melepaskan seseorang yang sangat kita cintai memang sangat berat..
(mengusap pundak Mona)
Sabar, ya, Mon..
MONA
(mengusap air matanya dengan tangan)
Makasih, Yu..
YU PARTI
(tersenyum)
MONA
Pekerjaanku tersendat gara-gara aku selalu mikirin dia. Harusnya liputanku sudah selesai. Hatiku benar-benar remuk, Yu..
YU PARTI
(dengan canggung ia memeluk Mona)
Sudah, Mon.. Pasti kamu dapat yang lebih baik..
MONA
(berada di pelukan Yu Parti, dan tangisnya semakin menjadi)
Api di tungku masih menyala. SUARA JANGKRIK TERDENGAR.
47. INT. KAMAR RUMAH YANG DIPAKAI MAMA-PAPA. MALAM.
Cast: Mama, Papa
SUARA BURUNG HANTU TERDENGAR. Mereka berdua sudah berada di kamar yang tak terlalu luas. Ada sebuah jam dinding yang menunjukkan jam 9.50. DIIRINGI MUSIK HOROR.
MAMA
Aku takut
PAPA
(mendecak kesal, lalu membelakangi Mama)
MAMA
(matanya memandangi kamar)
TERDENGAR DUA KALI SUARA KETUKAN DI PINTU KAMAR
MAMA
(menggoyangkan bahu Papa)
Hey, kamu dengar? Ada yang mengetuk pintu.
PAPA
Apa sih ganggu saja. Aku capek!
MAMA
Tadi ada yang mengetuk pintu
PAPA
(berdiri, lalu membuka pintu kamar)
Lihat! Enggak ada apa-apa, kan?
(menutup pintu lagi)
MAMA
Tapi tadi ada yang mengetuk pintu. Aku enggak bohong..
PAPA
Halah, kamu ini ada-ada saja. Sudah, tidur.
MAMA
(terdiam dan masih ketakutan)
Jam menunjukkan pukul 12.25. Mama masih belum bisa tidur dan Papa sudah terlelap. TERDENGAR SUARA ORANG YANG MENYERET LANGKAH KAKINYA DARI ARAH RUANG TAMU.
MAMA
(mendengarkan dengan seksama suara itu)
Bangun, hey, bangun.. ada suara langkah kaki..
(terus menggoncangkan bahu Papa)
PAPA
Keparat! Apa lagi, sih?!
MAMA
Ada suara langkah kaki di ruang tamu
(ketakutan)
PAPA
(berdiri dan berjalan untuk membuka pintu)
Lihat! Lihat!
MAMA
(ketakutan)
PAPA
(menutup pintu, lalu kembali tidur)
MAMA
Ayo pulang saja..
PAPA
Sana kamu pulang sendiri!
MAMA
(ketakutan)
TERDENGAR SUARA KETUKAN DI PINTU. “TOK-TOK-TOK”
PAPA
(terbangun)
MAMA
Kau dengar, kan?
(bersembunyi di balik selimut)
TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”
PAPA
(secara perlahan, berdiri dan berjalan ke arah pintu)
TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”
PAPA
(sudah memutar gagang pintu)
TERDENGAR SUARA KETUKAN LAGI. “TOK-TOK-TOK”
PAPA
(membuka pintu)
48. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI-HALAMAN RUMAH YU PARTI-GUBUK YU SANEM. PAGI.
Cast: Pak Lurah, Yu Parti, Mona, Papa, Mama, Yu Sanem, Pacul
Pak Lurah sudah berdiri di depan pintu.
PAK LURAH
Eh, Yu. Mbak Mona esih nang kene apa?
(Eh, Yu. Apa mbak Mona masih di sini?)
YU PARTI
Esih, Pak. Melbu ndisit..
(Masih, Pak. Masuk dulu)
PAK LURAH
Ora usah. Nyong arep tuku kayu maning, Yu..
(Enggak usah. Aku mau beli kayu lagi, Yu)
YU PARTI
Pira, Pak?
(Berapa, Pak?)
PAK LURAH
Segiling bae lah
(Satu giling saja lah)
(mengambil uang dari saku baju)
Iki, Yu..
(Ini, Yu)
YU PARTI
Suwun, ya, Pak.. arep digawa dewek bae apa?
(Makasih ya Pak. Mau dibawa sendiri aja?)
PAK LURAH
Ya, Yu. Wong segiling thok. Yawis, Yu. Nyong tek pamit ndisit..
(Ya, Yu. Cuma segiling. Yaudah, Yu. Aku pamit dulu)
YU PARTI
Ya, Pak.. matur suwun ya..
(Ya, Pak. Terima kasih ya)
(menutup pintu kembali menghadap tungku. Ia sedang memasak nasi)
Mona datang dari kamar.
MONA
Siapa, Yu?
YU PARTI
Pak Lurah, Mon. Beli kayu..
MONA
Yu Parti udah lama jualan kayu?
YU PARTI
Lumayan, Mon..
MONA
Yu Parti membawa sendiri kayu-kayu itu dari kebun?
YU PARTI
Ya, Mon. Mau sama siapa lagi
(tersenyum)
MONA
Dari mana saja kayu-kayu itu berasal?
YU PARTI
Aku punya lima kebun, Mon. Sama orang tuaku dulu tiga kebun ditanami kayu-kayu, jenis kayu bakar semua. Sekarang aku tinggal memilih mana yang layak tebang mana yang belum. Dua petak yang lain ditanami jagung dan ketela, juga sayuran.
MONA
Yu Parti bisa menebang sendirian?
YU PARTI
Kalau urusan menebang atau membelah, aku serahkan pada Pacul, Wardi, atau beberapa orang tua yang tinggal di sini..
MONA
(mengangguk)
YU PARTI
Nanti aku mau bawa beberapa kayu lagi. Kamu mau ikut, Mon?
MONA
Mau, Yu..
(tersenyum)
YU PARTI
Nunggu nasinya matang dulu, ya..
(berdiri lalu membuka tutup panci)
ADA SESEORANG MENGETUK PINTU
MONA
(berdiri dan membuka pintu)
PAPA
(memandang Mona dengan penuh kekesalan)
Papa mau pulang. Kamu enggak ikut?
MONA
Enggak. Hati-hati ya..
PAPA
(menampar Mona)
YU PARTI
(menghampiri Mona dan memegang bahu Mona)
Mon.. kamu enggak papa?
MONA
(memandang penuh kebencian pada Papa)
YU PARTI
(memandang Papa dan matanya mendelik)
Pergi dari sini, Pak! Orang macam apa bapak ini yang tega-teganya menyiksa anak sendiri! Pergi!
PAPA
Diam kau, kampungan!
(pergi menuju mobil)
Mona dan Yu Parti pun pergi ke depan rumah untuk melihat Papa dan Mama. Mama sudah menunggu di mobil dan duduk dengan rasa takut dan marah. Pandangan Mama emosi dan sisa air mata semalam masih nampak jelas. Mobil sedan itu lalu melaju. Tanpa disadari, Pacul sudah berada di atas pohon dan melemparkan sewadah tahi sapi yang masih basah ke atas mobil yang melaju itu. Yu Parti dan Mona terperanjat dengan hal itu, lalu memandangi Pacul yang tersenyum di atas pohon.
DARI DALAM MOBIL
MAMA
Apa itu tadi?!
(setengah membentak)
PAPA
Apa sih, kamu sekarang jadi parno banget deh mentang-mentang ada pocong yang semalem datang ke kamar kita.
MAMA
Tadi yang jatuh di atas mobil itu apa?
PAPA
Tenang sedikit kenapa, sih! Itu bukan pocong, mana ada pocong nongol siang begini? Paling juga ranting pohon!
MAMA
(memandang lurus ke jalan)
PAPA
Enggak nyangka kalau kantor Mona menugaskan Mona ke desa terpencil seperti ini
MAMA
(memandang ke kaca samping dengan tatapan sedih)
PACUL
(cekikikan)
Tahi sapi, Yu..
Mona dan Yu Parti tertawa terbahak-bahak.
PACUL
(menyanyi)
Walaupun Madona cantik, Merlyn Monroe juga cantik, tetapi bagiku lebih cantik Mbak Mona…
YU PARTI
Wes, mudun, Cul..
(Udah, turun, Cul)
PACUL
Beres, Yu..
MONA
(tersenyum haru)
Dari gubuk, Yu Sanem berteriak memanggil Yu Parti.
YU SANEM
Yu Parti!! Yu Parti!!
Mona dan Yu Sanem berjalan ke gubuk. Pacul berdiri di bawah pohon, memperhatikan.
YU PARTI
Ngapa, Nem? Kowe kencot apa?
(Kenapa, Nem? Kamu lapar?)
YU SANEM
(merintih)
Jukutna kursi. Sikile nyong pegel banget..
(Ambilkan kursi. Kakiu pegal sekali)
YU PARTI
Mon, ambilin kursi yang ada di dapur
MONA
Ya, Yu..
YU PARTI
Sedela, ya. Agi dijukutna..
(Sebentar, ya. Lagi diambilin)
Mona datang dengan membawa sebuah kursi yang dimaksud. Yu Parti membuka kuncian pintu yang terbuat dari bambu lalu memasukkan kursi itu ke dalam, lalu kembali berbicara lewat lubang.
YU PARTI
Kuwe kursine
(Itu kursinya)
YU SANEM
(merintih dan berusaha duduk di kursi itu dengan susah payah)
Mona dan Yu Parti meninggalkan gubuk secara perlahan.