Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
29. INT. KANTOR API PEREMPUAN. SIANG.
Cast: Mbak Lilik, Leni.
Leni sedang menghadap komputernya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Mbak Lilik datang ke meja Leni.
MBAK LILIK
Len, gimana kabar Mona?
LENI
Enggak tau, Mbak. Kenapa emang?
MBAK LILIK
Enggak, cuma pengen tahu progress seminggu ini ke Mona. WA-ku centang satu terus..
LENI
Maklum, Mbak. Mungkin di sana susah sinyal..
MBAK LILIK
Di Jawa, di mana ibukota negara berada, masih ada aja kasus enggak ada sinyal. Huhh Indonesia-Indonesia..
LENI
Negaramu kan Mbak..
MBAK LILIK
(geleng-geleng kepala)
Udah selesai tugasmu?
LENI
Dikit lagi, Mbak..
Mereka berdua lalu terlibat pembicaraan mengenai hal yang sedang dikerjakan Leni.
30. EXT. TERAS RUMAH YU PARTI. SORE.
Cast: Mona, Yu Parti.
Mona sedang berjalan mondar-mandir untuk mencari sinyal di sekitar teras. Yu Parti mengamati dari dalam rumah, lalu keluar untuk menyapa Mona.
YU PARTI
(membuka pintu)
Di sini memang susah sinyal, Mon..
MONA
(menghela nafas, lalu duduk di kursi bambu panjang yang ada di teras)
YU PARTI
Ada yang penting?
(duduk di samping Mona)
MONA
Enggak kok Yu. Cuma mau ngabari progres liputan..
YU PARTI
Ngabari orang tua juga?
MONA
(terdiam, mukanya berubah murung)
YU PARTI
(tersenyum)
Ya sudah Mon, aku mau nganter kayu dulu..
MONA
Biar aku bantu, Yu..
YU PARTI
Enggak usah Mon, cuma dikit, kok..
MONA
Beneran, Yu?
YU PARTI
Beneran, Mon..
MONA
Yaudah deh Yu..
YU PARTI
(pergi)
Selang beberapa lama, Mona penasaran dengan Yu Sanem. Perlahan ia berjalan ke gubuk itu dan mengintip lewat lubang yang digunakan orang-orang untuk menaruh makanan. Mona memperhatikan lekat-lekat perempuan itu. Perempuan itu berumur 45 tahun, terduduk di pojok gubuk. Melihat Mona mengintip, ia perlahan berdiri dan berjalan dengan sangat pelan ke arah lubang. Ia menatap Mona dan ada air mata yang menggenang. Perlahan ia mengulungkan tangannya ke lubang itu. Mona pun membalas uluran tangan itu, lalu tangan mereka saling menggenggam cukup lama. Perempuan itu menangis dan Mona memandang perempuan itu dengan penuh rasa haru. Perlahan genggaman tangan itu terlepas. Mona tersenyum kepada perempuan itu lalu pergi meninggalkannya. Perempuan itu tiba-tiba menjerit-njerit dan berteriak “Lunga kowe! Lunga kowe!”
Mona berlari dan berhenti di depan rumah Yu Parti.
Beberapa warga datang dan mencoba menenangkan Yu Sanem dari lubang. Mona memandangi kejadian itu dengan tatapan syok. Seorang ibu menghampiri Mona.
IBU#1
Yu Sanem memang gitu, Mbak. Kalau ada orang baru, dia suka histeris..
MONA
Berarti bukan cuma sama saya, ya, Bu?
IBU#1
Jangankan sama Mbak Mona. Sama warga desa sini saja kadang dia begitu. Dulu ada petugas kecamatan yang datang ke sini dan ingin melihat kondisi Yu Sanem. Tapi Yu Sanem malah menjerit-jerit. Maklum, Mbak..
(membuat tanda miring di dahi)
MONA
(memandangi gubuk Yu Sanem)
31. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. MALAM
Cast: Mona, Yu Parti
Mona dan Yu Parti sedang duduk berdua menghadap tungku. Yu Parti memandangi Mona dan Mona melihat ke arah api yang menyala di tungku..
32. INT. KAMAR MANDI & GUDANG RUMAH MONA (MONA FLASHBACK)
Cast: Mona, Mama, Papa.
Dalam scene ini, ditampilkan MONA KECIL yang sedang dimarahi Mama dan Papa, bahkan ia sampai harus dikandang di kamar mandi atau dikandang di dalam gudang yang kotor dan cukup gelap. MONA KECIL menangis tersedu-sedu.
MONA (VO)
Rumahku udah kayak neraka, Yu. Dari kecil hampir tiap hari aku menangis. Mama dan Papa adalah pasangan yang tak bahagia. Akulah yang jadi korbannya. Entah mengapa aku dituntut harus selalu bisa menuruti apa keinginan mereka. Keinginan Mama dan Papa pun berbeda. Mama ingin aku menjadi atlit, sementara Papa ingin aku pandai berbisnis. Aku sama sekali tak tertarik dengan hal itu. Ketika aku membangkang, aku pasti dimarahi dan kadang, kalau mereka sudah sangat emosi, aku akan dikandang di kamar mandi atau disekap di dalam gudang. Aku tak menceritakan hal itu pada siapa pun. Aku lebih memilih untuk menuliskannya di buku diary. Dari situ, aku pikir kelak aku ingin menjadi seorang penulis, Yu..
FLASHBACK SELESAI.
33. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. MALAM
Cast: Mona, Yu Parti, Titin.
YU PARTI
(matanya memandang jauh ke sebuah arah)
Sungguh orang yang beruntung apabila ia bekerja sesuai dengan apa yang ia sukai
MONA
Beginilah, Yu..
(tersenyum)
Cita-citaku yang sederhana ini akhirnya tercapai..
YU PARTI
Itu cita-cita mulia, Mon. Mana ada anak-anak yang bercita-cita jadi penulis? Pasti mereka ingin jadi polisi, tentara, dokter, guru..
MONA
Suami Yu Parti dan anak Yu Parti ke mana?
(bertanya dengan malu-malu)
YU PARTI
(diam dan mukanya datar)
MONA
(memandang dengan penuh perhatian)
YU PARTI
(menghela nafas dan bersiap menjawab)
Namun tiba-tiba, Titin (14) membuka pintu rumah.
TITIN
Lik Parti..
(Lik [tante] Parti)
YU PARTI
Ana apa, Tin?
(Ada apa, Tin)
TITIN
Dikon meng ngumah, mamake njaluk tulung marutna kelapa
(disuruh ke rumah, ibu minta tolong untuk memarut kelapa)
YU PARTI
Ya, Tin..
TITIN
Ya, Lik..
(menutup pintu dan kembali ke rumah)
YU PARTI
Sebentar ya, Mon. Kalau kamu takut, kunci aja pintunya,
MONA
Enggak kok, Yu. Aku belum mau tidur…
YU PARTI
(memandangi Mona dan tersenyum haru)
MONA
(heran dengan tatapan Yu Parti)
Yu, Yu..
YU PARTI
(masih tersenyum dan keluar menuju rumah Titin)
MONA (VO)
(tersenyum)
Aneh, Yu Parti seperti memendam sesuatu..
34. INT. KAMAR MONA DI RUMAH YU PARTI. MALAM.
Cast: Mona
Mona menghadap laptop, ingin mengerjakan tugasnya. Buku yang penuh catatan lapangannya terbuka di sampingnya. Namun, tatapan mata Mona kosong. Pikirannya tertuju pada kejadian ketika Marko memutuskan hubungan mereka.
35. EXT. PANTAI. SIANG (MONA FLASHBACK)
Cast: Mona, Marko
Mona menangis, sementara Marko memandangi pantai dengan tatapan rasa bersalah.
MONA
Jika kau tak ingin lagi denganku, mengapa harus kau katakan sekarang? Mengapa tak sejak dulu saja? Tiga tahun bukan waktu yang sebentar bagiku. Aku sudah terlalu mencintaimu.
MARKO
(diam dan menghela nafas)
Aku berpikir sejak kau menjadi jurnalis, setahun lalu, kau berubah. Kau terlalu sibuk. Aku ingin kau anggap aku sebagai kekasihmu yang seutuhnya. Di depan umum, kau merasa malu untuk bemesraan denganku. Kau sering memarahiku ketika aku melakukan kekeliruan..
MONA
What? Apa katamu? Ke mana kau saat aku sedang susah? Siapa yang selalu ngalah ketika kita sedang bertengkar?
MARKO
(tertunduk)
Aku minta maaf. Yang jelas tiga tahun waktu yang cukup lama, aku setuju itu. Namun bagiku tiga tahun sudah cukup. Tak perlu lagi kita menjalin hubungan baru dengan komitmen baru..
MONA
Bi, tolong..
MARKO
Sudah cukup..
MONA
Kau juga berubah, Bi. Kau tak pernah lagi meneleponku. Kau pun jadi lebih tertutup sekarang..
MARKO
Bi, please.. aku pikir kita udah cukup
MONA
(tertunduk dan makin terisak)
MARKO
(berdiri, mengusap kepala Mona dan pergi)
FLASHBACK BERAKHIR.
36. INT. KAMAR MONA DI RUMAH YU PARTI. MALAM.
Cast: Mona, Yu Parti
Mona menangis tersedu. Suara Yu Parti mengunci pintu terdengar. Yu Parti lalu mematikan lampu dan berjalan menuju kamar Mona.
YU PARTI
(mendekatkan telinga ke pintu kamar Mona)
Udah tidur, Mon?
MONA
(diam tak menjawab)
Yu Parti masuk ke kamarnya.
37. INT. RUANG TAMU RUMAH MONA. MALAM.
Cast: Papa, Mama
Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu. Papa membuka-buka ponsel, dan Mama sedang membuka-buka majalah.
PAPA
Marko. Marko pasti tahu di mana Mona berada..
MAMA
(masih fokus dengan majalahnya)
PAPA
(menyerobot majalah yang dibaca Mama)
Mona menghilang. Kamu malah asyik baca majalah tak berguna ini!
(melempar majalah itu ke lantai)
MAMA
(diam, memandang kesal pada Papa)
PAPA
(menelepon Marko namun tak bisa karena nampaknya nomornya sudah diblokir oleh Marko)
Sial..
MAMA
Kau tak tahu kalau Marko sudah tak berpacaran dengan Mona?
PAPA
Apa katamu?
MAMA
Marko dan Mona sudah berakhir. Jelas?
PAPA
Dari mana kau tahu?
MAMA
Kemarin tak sengaja aku bertemu dengan Marko. Ia bersama seorang perempuan.
PAPA
Arrghh!
MAMA
Kalau saja kau tak mandul…
Hening
PAPA
Apa?! Kalau aku tak mandul?!
MAMA
(memandang lurus dengan tatapan kesal)
PAPA
Apa?!
(berdiri di hadapan Mama)
Kau mau bilang dengan aku mandul, aku bisa bebas tidur dengan siapa pun?!
MAMA
(menangis)
Mona sudah tahu kalau ia bukan anak kita. Kau bisa bayangkan masa tua kita harus merana karena kita tak punya cucu?
PAPA
(duduk di sofa)
MAMA
Takdir bekerja dengan kejam pada kita
PAPA
(menangis)
MAMA
(diam sejenak)
Kalau saja kau tak mandul, mungkin ceritanya tak akan seperti ini. Aku heran kenapa kita tak bercerai saja dari dulu
(menangis)
Aku tak tahu apakah masih ada cinta di rumah ini
(pergi ke kamar)
38. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. PAGI.
Cast: Mona, Yu Parti
Yu Parti sedang menyiapkan makanan dan Mona datang dari kamar lalu duduk di kursi. Mata Mona sembab dan kantung matanya sangat mencolok.
MONA
Maaf Yu, aku enggak ikut masak..
YU PARTI
Enggak papa..
(melihat muka Mona)
Kamu nangis, Mon?
MONA
Enggak kok, Yu..
(tersenyum)
YU PARTI
Sudah, kamu enggak bisa bohong..
MONA
(tersenyum malu)
Ya, Yu..
YU PARTI
Sudah, jangan menangis. Pasti gara-gara cowok, ya?
MONA
Kok Yu Parti tahu?
YU PARTI
Aku juga pernah muda, Mon. Patah hati memang sangat-sangat menyakitkan..
(mengambil nasi ke piring lalu diberikan pada Mona)
MONA
(menerima nasi itu)
Begitulah cinta, Yu..
YU PARTI
Sudah, makan dulu..
MONA (VO)
(tersenyum)
Coba Mama kaya gini..
(memandangi Yu Parti yang sedang mengambilkannya lauk – gambar diperlambat)