Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
65. Scene 65. Ext. Taman - pagi
STELLA
Kaila, akhirnya kamu dateng juga.
KAILA
Hihi iya kak. Mau lihat gambar kakak – kakak juga.
STELLA
Eii.. kita mah gak seberapa. Yuk duduk – duduk di sana. Udah ditunggu lain.
KAILA
Iya! (bersemangat).
Anak – anak perkumpulan mulai menggambar apapun objek yang dilihatnya. Kaila duduk di sebelah Devin. Seperti biasa dia asik menggambar pohon.
DEVIN
Kenapa liatin mulu? Mau kugambarin?
KAILA
Haha.. gak usah. Take your time aja.
Ada dua orang perempuan datang mengganggu pembicaraan mereka.
PEREMPUAN 1
Maaf, apa kami bisa request buat gambarin kami?
DEVIN
Tentu, silahkan duduk.
PEREMPUAN 1 DAN 2
Terimakasih.
DEVIN
Kalian sudah berteman lama ya?
PEREMPUAN 1
Iya kami sudah berteman dari SMA, hampir 5 tahun ya?
PEREMPUAN 2
Iya..
DEVIN
Wahh.. bagaimana menjaga pertemanan selama itu?
PEREMPUAN 2
Kami juga tidak tahu, awalnya kamu cuek banget ya.. tapi ternyata anaknya lucu banget..
Devin menanyakan hal basa – basi sambil menggambarkan mereka berdua. Mengajak tanya jawab agar mereka tidak bosan menunggu.
DEVIN
Ah maaf kalau menyita waktu anda terlalu lama. Ini gambarnya.
PEREMPUAN 1
Wahh keren banget.. terimakasih ya kak..?
DEVIN
Devin. Sama – sama.
Para perempuan itu pergi dengan wajah puas.
KAILA
Mereka kan lebih tua.
DEVIN
Biar..
Setelah para perempuan itu, ternyata ada orang lain juga ikut terkesan dengan gambar Devin sehingga mengantre untuk minta digambarkan. Di tengah – tengah itu ada anak perempuan yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke arah Devin.
IBU PARUH BAYA – O.C
Nik! Kamu gak papa? Aduh maaf ya mas.. anakku terpleset tadi.
Suara yang familiar di telinga Devin. Kaila yang melihat keributan ini mencoba menenangkannya.
KAILA
Ah gak apa – apa bu. (membangunkan anak perempuan yang jatuh) kamu gak apa – apa dek?
IBU PARUH BAYA – O.C
Makasih mbak. Ayo nik minta maaf ke mas, mbaknya.
Devin berdiri dari tempatnya. Dia melihat ke arah ibu tersebut. Ibu paruh baya yang membungkuk minta maaf itu membangunkan dirinya dan melihat wajah Devin. Mata mereka bertemu. Devin seketika pergi dari tempat itu meninggalkan peralatannya.
KAILA
Eh Vin! Mau kemana? Ah maaf ya bu.. sepertinya dia kebelet.
Ibu itu mengambil gambar milik devin yang jatuh. Dia melihat lekat – lekat watermark gambarnya Devin.
IBU PARUH BAYA
Apa anak tadi namanya Devin?
KAILA
Iya bu, apa ibu mengenalinya? Ah ibu mau minta digambarin juga? Tunggu sebentar ya bu. Dia nanti kembali kok.
IBU PARUH BAYA
Sepertinya tidak mungkin.
Kaila yang melihat raut wajah ibu yang kecewa menjadi tidak enak.
KAILA
Bagaimana jika saya menggambar untuk ibu? Ah tapi jika anda tidak berkenan juga tidak apa kok..
IBU PARUH BAYA
(Tersenyum) ah kamu temannya Devin kan? Tidak apa. Tolong ya.
KAILA
Iya.. silahkan duduk bu.
Mereka berdua kembali duduk. Para orang yang mengantre untuk digambarkan oleh Devin sudah pergi. Kaila mulai mengambil kertas kosong milik Devin.
KAILA
Ibu ke sini cuma sama anak berdua?
IBU PARUH BAYA
Oh tidak.. sama suami ke sini, tapi kami pisah di tengah jalan karena suami ketemu sama temannya dulu. Anak ini ngebet mau jalan – jalan.
KAILA
Ohh hahaha.. anaknya kelas berapa bu?
IBU PARUH BAYA
Udah kelas 6.
KAILA
Wahh pintarnya.. namanya siapa?
ANAK KECIL
Nikki..
KAILA
Wahh.. cantiknyaa seperti ibunya.
IBU PARUH BAYA
Hahah makasih.
ANAK KECIL
Ka-kak.. juga cantik.
KAILA
Aku? Ahh makasih.. anak satu – satunya ya bu?
IBU PARUH BAYA
Oh tidak. Ada satu lagi cowok.
KAILA
Wah.. pasti dia juga tampan.
IBU PARUH BAYA
(Senyum tipis) iya dia jadi anak yang tampan.
KAILA
Ah ini.. sudah jadi.
Kaila menyerahkan gambar itu dengan memperlihatkan wajah perempuan paruh baya itu bermata sedih.
IBU PARUH BAYA
Oh.. apa ekspresi saya sekarang bersedih?
KAILA
Ah maafkan saya! Tapi itu tidak menutupi wajah cantik anda..
IBU PARUH BAYA
Hahaha.. Saya suka kok atas kejujuran anda, semoga lain waktu kita akan bertemu lagi dan saya akan menunjukkan wajah bahagia saya yaa.
KAILA
Iyaa baik bu. Terimakasih atas waktunya!
IBU PARUH BAYA
Ah apa tadi kalian berdua pacaran?
KAILA
Aah tidak kok.
IBU PARUH BAYA
Sayang sekali padahal kalian serasi. Ah iya namanya tadi siapa?
KAILA
Kaila!
IBU PARUH BAYA
Kaila, saya akan menyimpan gambar ini baik – baik.
KAILA
Iya terimakasih bu. Selamat bersenang – senang.
66. Scene 66. Int. Kelas - siang
Kaila mulai kembali senyum – senyum sendiri. Dia mencoba menggambar lagi. Semangat dia tumbuh karena dia bertemu satu orang lagi yang menyukai gambarnya. Kaila yang asik dengan dunianya sendiri, tidak sadar bahwa dilihati oleh Devin.
DEVIN
Sepertinya proporsimu salah.
KAILA
Ha?
DEVIN
Kepalanya terlalu besar. Dagunya juga gak simetris. Ini juga tangan kecil banget daripada kepalanya. (Tangannya diarahkan ke muka Kaila) Lihat aku bisa menutup mukamu dengan satu tanganku.
KAILA
Oh iya juga ya..
DEVIN
Sepertinya kamu terlalu fokus pada wajah. Ketika menggambar yang lain jadi buyar. Latihan aja terus.
Kaila mengamati gambarnya lama.
DEVIN
Oii kamu nangis? Itu gak buruk kok.
Tangan devin ingin menyentuh kepala Kaila, tapi Kaila menengadah dan memegang tangan itu.
KAILA
Jadilah mentorku!
DEVIN
Ha?
KAILA
Ah enggak.. selama ini aku cuma dibilang bagus dan suka. Tidak ada yang berkomentar tentang gambarku. Aku juga tidak tau mereka bener – bener suka atau asal saja. Makanya aku senang dengan komen jujurmu.
DEVIN
Oke (Senyum).
67. Scene 67. Int. Kamar - sore
Kaila kembali lagi ke rumah Devin. Dia tanpa henti menggambar berbagai macam pose tubuh manusia.
DEVIN
Kenapa akhirnya mau gambar lagi?
Kaila menghentikan kegiatan menggambarnya. Sekalian mengistirahatkan pergelangan tangannya. Dia memijat sedikit.
KAILA
Masih kaku sih.. tapi akhirnya aku sadar ternyata bener katamu. Aku selalu denial. Aku harus suka dengan gambarku dulu agar orang – orang juga suka gambarku kan?
Devin hanya mengusap kepala Kaila pelan dan tersenyum ke arahnya.
68. Scene 68. Int. Rumah - pagi
Hari berikutnya, Devin membawa sebuah pen tablet.
DEVIN
Gimana kalo kamu pake pen tablet aja?
KAILA
Pen tablet? Belum pernah pegang.
DEVIN
Sini coba punyaku. Daripada kamu habis – habisin kertas. Sekalian kamu belajar coloring.
Devin memulai memasang perangkatnya dan menyalakannya untuk memudahkan Kaila langsung memakainya. Kaila mencoba memegang pen tersebut.
KAILA
Ah ini gimana pakenya yaa.
Tangan Kaila sedikit jauh dari layar tablet untuk menggambar. Kemudian Devin dari belakang memegang tangan Kaila mengarahkan. Tangan Devin yang besar dengan mudahnya bisa menyelimuti tangan Kaila yang mungil. Devin sedikit menekan tangannya dengan maksud memegang pen tersebut.
DEVIN
Tanganmu kejauhan. Sini. Gak usah khawatir kalo kegores. Kamu pegang pen-nya kayak mouse aja.
Devin mengajari dengan menggambar sketch orang untuk contoh.
DEVIN
Pertama dari lingkaran dulu kemudian tarik garis ke sini..
Devin yang fokus pada layar tidak menyadari bahwa Kaila tidak bisa berkonsentrasi.
DEVIN
Gampang kan?
Devin menoleh ke arah Kaila.
KAILA
Biar aku coba sendiri.
DEVIN
Oh oke (melepaskan tangannya).
KAILA
Uwahh.. asik banget. Wah lihat garisnya gak bisa lurus!
DEVIN
Pfft.. latihan aja yang banyak.
KAILA
Kamu tau tempat dimana beli pen tablet?
Dia menunjukkan harga tablet itu.
KAILA
Hah 32 juta? Ternyata memang tidak murah ya kalo sekolah itu.
DEVIN
Makanya kalo kamu benar – benar niat, harus berlatih sekeras mungkin. Jangan kebanyakan maju mundur.
KAILA
Iya! Seperti katamu. Hidupku masih panjang. Aku akan berlatih terus.
DEVIN
(Senyum) ulang tahunmu sebentar lagi kan? Akan kuberikan itu.
KAILA
Beri? Gak beli?
DEVIN
Ditunggu aja.
69. Scene 69. Int. Kelas - siang
Kaila seenaknya mengambil bangku dan disatukan dengan bangku Devin agar dia bisa duduk sebelahan dengannya.
FX. MENCORET – CORET BUKU
Kaila sibuk mencoret – coret sebuah buku
DEVIN
Lagi ngapain?
KAILA
Nulis.
DEVIN
Kenapa di mejaku?
KAILA
Sekalian nyalin PR-mu hehe.
DEVIN
Cih dasar.
Kaila tidak menggubrisnya dan fokus membuat PR fisika. Banyak cara pengerjaan yang perlu dicatat. Tiba – tiba tangannya yang terlalu dia tekan untuk menulis terasa kesemutan.
CLOSEUP – TANGAN
Dia melepaskan pena. Tangannya dia coba renggangkan tapi terasa sakit. Kaila kaget dan menarik tangan kanannya. Dia sembunyikan di bawah meja. Tangan kirinya memijat pelan. Kepalanya yang menunduk membuat rambutnya ikut turun ke bawah dan menutupi muka Kaila. Devin yang tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia hanya menyibakan rambut Kaila ke telinganya. Hal itu membuat Kaila terkejut dan menoleh ke arah Devin.
DEVIN
Kamu mau belajar melukis?
70. Scene 70. Int. Ruang tamu - siang
Devin mengeluarkan semua cat yang biasa dia pakai dan meletakkannya di meja.
DEVIN
Ini cat yang gak kupake.
KAILA
Haa? Masih banyak loo.
DEVIN
Gak kepake.
Devin tidak menggubrisnya, dia langsung menuangkan cat air dan menambahkan dengan air.
DEVIN
Ini kan cat air, jadi kamu campurin dulu ini sama air, banyak juga gak papa. Kalo catnya kurang kukasi.
Devin juga mengambil kanvas yang sudah ada gambar miliknya, namun belum sempat diselesaikan.
DEVIN
Ini contoh yang udah kugambar. Kamu arsir dikit – dikit aja dulu. Kalo mau ada shade nya, tambah lagi warna ke sini..
Kaila merasa aneh dengan sifatnya Devin akhir – akhir ini.
KAILA
Devin..
DEVIN
Ini yang paling penting, kalo kamu gak dengerin, kamu gak bakal bisa.
KAILA
Kamu gak mau ngelukis lagi?
Devin terdiam, kemudian meletakkan kuasnya.
DEVIN
Iya.
KAILA
Ha?
Suasana menjadi hening.
71. Scene 71. Int. Kamar - malam
Kaila menubrukkan lagi badannya ke kasur. Dia mulai mengambil note dan membuang pikiran yang mengganggunya dengan menggambar. Tiba – tiba tangannya merasa nyeri di bagian pergelangannya.
KAILA
Ah! Sakit banget.
72. Scene 72. Int. Ruang praktek dokter - siang
DOKTER
Tolong istirahatkan tanganmu paling tidak seminggu ya.
KAILA
Baik dok.
IBU KAILA
Anak saya kenapa begini dok?
DOKTER
Anak ibu saraf tangannya terjepit. Kamu overworked menggunakan tangan kanannya ya? Apa gejala awalnya senut – senut?
KAILA
Iya dok. Awalnya pegal – pegal terus kesemutan gitu saya pikir karena kecapekan jadi saya abaiin. Gak tahu separah ini.
DOKTER
Tidak apa – apa untungnya bisa disembuhkan. Kamu pakai pembebat itu selama kamu tidur juga ya. Ini saya beri resep dokter, obatnya bisa diambil di apotek depan. Supaya tidak semakin buruk, jangan lupa istirahat ya.
KAILA
Baik dok.
Kaila memegang tangannya yang diberi sarung tangan CTS.
73. Scene 73. Ext. Ruang praktek dokter - siang
Keluar dari ruangan dokter, kaila masih bersedih dengan apa yang dialaminya.
IBU KAILA
Nanti mama bilang ke sekolah, tanganmu cedera.
KAILA
Iya ma.
IBU KAILA
Kata dokter, walaupun sudah lepas CTS, tapi rasa sakitnya bisa kambuh lagi. Jadi kamu harus hati – hati ya.
Kaila terdiam. Ibunya yang merasa kasihan padanya, memegang tangan Kaila yang sakit dengan hati – hati.
IBU KAILA
Mama senang kamu mau menggambar lagi. Tapi jangan terlalu dipaksain ya.
KAILA
Iya ma.
74. Scene 74. Int. Kamar - malam
Kaila merasa terpukul. Kaila hanya bisa termenung dekat meja belajarnya karena masalah yang beruntun terjadi pada Kaila. Dia mengambil beberapa cat pemberian Devin.
CLOSEUP – PERALATAN MELUKIS
KAILA – O.C
Aku sudah gak bisa bergantung lagi sama dia.
CLOSEUP – TANGAN
KAILA – O.C
Sekarang tanganku pun mulai sakit – sakitan. Hahh (menghela napas panjang).
CLOSEUP - LANGIT
KAILA – O.C
Aku lagi – lagi tertinggal sendirian.
Dia kembali merasa sendirian.
FADE OUT