Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. PANDORA ARTS CENTRE – SEKITAR PUKUL 6 PAGI
D-DAY – GRANDE APERTIO
Hari itu cuaca cerah.
Adria dan Pak Brata terlihat sedang koordinasi dengan beberapa crew dari event organizer, yang terlihat sibuk mengatur acara.
Diperlihatkan banyak street banner besar bertuliskan GRANDE APERTIO: PANDORA ARTS CENTRE dan juga banyak buket bunga dari beberapa sponsor dan perusahaan lain berjejer rapi di depan pintu utama.
Cut to:
INT. PANDORA ARTS CENTRE – MAIN HALL (HAMPIR PUKUL 10 PAGI)
Panggung utama didekorasi dengan perpaduan style alam & modern, didominasi oleh warna-warna bumi dengan sentuhan tekonologi canggih dan seni kontemporer.
Adria berganti pakaian formal dengan dress motif bunga selutut dengan sepatu hak tinggi, tatanan rambut digulung sederhana tapi menawan, mengingat dia akan membantu menemani para tamu ketika berkeliling galeri.
CU. Merry go round scene. Adria memasuki hall Utama. Adria dari ujung kaki sampai ujung kepala yang memperlihatkan kecantikannya.
Gayatri dan Pak Brata melihat Adria dan segera menghampirinya dengan heboh.
GAYATRI:
Gilak! Ini beneran sahabat gue bukan sih?
PAK BRATA:
Wah wah.
Saya baru sadar kalau ternyata saya punya
rekan kerja mirip artis Hollywood.
Adria hanya tersenyum ringan karena dia jarang berdandan super feminine.
ADRIA:
Ck. Kalian bener muji atau gimana?
Dasar.
Mereka bertiga saling tersenyum ke satu sama lainnya.
Tak berapa lama, acara dimulai. Para tamu VIP mulai memasuki hall Utama.
Kakek Rajasa memasuki ruangan, bersama sekretarisnya, Pak Akbar. Sedikit efek slow motion dengan suasana para tamu yang juga menyaksikan kehadiran Kakek Rajasa.
CU. Adria melihat sedikit kemiripan Kakek Rajasa dengan Arsa dan begitu mata mereka bertemu, Adria menurunkan pandangannya.
Kemudian, acara demi acara dimulai, dengan pidato dari beberapa orang sebagai acara penyambutan. Kakek Rajasa salah satunya.
CU. Kakek Rajasa, tinggi gagah dengan rambut beruban tersisir rapi ke belakang. Terlihat segar meski umur sudah 70 tahun.
KAKEK RAJASA:
…
Menjadi titik balik dunia seni dimana seni
tak hanya bisa dilihat, dibaca, didengar atau disentuh,
tapi juga berbaur dan berevolusi.
Jadi dengan ini, PANDORA ARTS CENTRE, resmi dibuka.
CU. Beberapa tamu undangan bertepuk tangan dan memperlihatkan kekaguman.
Acara pembukaan selesai, para tamu VIPs tersebut saling berjabat tangan.
Terlihat Pak Gatot mendatangi Adria & Pak Brata.
PAK GATOT:
Kalian berdua tolong urus sisanya.
Temani para tamu VIPs berkeliling.
Mereka berdua hanya mengangguk mengerti.
CU. Adria yang tersadar bahwa itu berarti, Kakek Rajasa juga akan ikut berkeliling.
Suasana ramai tapi terkondisikan, karena banyak pengunjung selain VIPs yang sudah bersiap memasuki gedung tersebut.
Mulailah tur mengelilingi gedung, dimulai dari spot utama seperti perpusatakaan kemudian kafe dan tempat untuk berfoto-foto ala kawula muda.
Kemudian sampailah mereka di galeri lukisan yang letaknya memang paling jauh dari pintu utama.
Galeri lukisan tersebut memiliki dinding kaca yang mengelilinginya dan saat itu hari sudah siang dan matahari sedang cerah-cerahnya. Ruangan tersebut berlimpah cahaya.
CU. Notice board bertuliskan “MAGICAL PAINTING SHOWCASE”
ADRIA(V. O.):
Whoa.
Showcase? Keren juga si rese bikin ginian.
Adria tersenyum sejenak.
Beri sedikit efek dramatis slow motion, ketika Adria melihat Arsa saat itu.
Ia memakai pakaian rapi, kemeja dan celana slim fit berwarna hitam.
CU. Dari sepatu converse hitam bersih yang ia kenakan.
CU. Slim waist yang terlihat cocok dengan slim fit style.
CU. Tangan kokoh Arsa dengan lengan kemeja yang digulung hingga siku.
CU. Dada dan bahu lebar yang kontras dengan pinggang kecilnya.
CU. Leher dengan jakun yang terlihat menonjol setiap ia berbicara.
CU. Garis rahang tegas yang tertutup sedikit brewok halus.
CU. Rambut ikal halus yang tersisir rapi ke belakang.
CU. Beberapa tindik di telinga yang terlihat pas tidak berlebihan.
CU. Tatapan Arsa yang jauh lebih lembut dari biasanya karena ketika berbicara tentang seni lukis, dia seperti orang lain. Ia juga berinteraksi santai dengan para tamu showcase.
CU. Adria yang terlihat susah untuk menelan ludah sendiri.
Kemudian, Arsa juga memperlihatkan beberapa teknik melukis dengan menggunakan para tamu showcase tersebut sebagai obyeknya. Semua terlihat terhibur dan menikmati showcase tersebut, pun Adria dan tamu VIPs lainnya karena memang galeri lukisan tersebut menjadi spot terakhir.
Tamu VIPs lanjut dengan melihat-lihat lukisan yang terpajang di dinding dan beberapa yang terpajang di easel.
Pak Brata mulai membawa rombongan tur VIPs tersebut untuk menemui Arsa sedangkan para tamu sedang asyik melihat-lihat hasil karya ketika showcase tadi.
PAK BRATA:
Bapak dan ibu sekalian,
Mari saya perkenalkan dengan mas Arsa.
Dia adalah seniman berbakat yang
membuat semua lukisan di ruangan ini.
Satu persatu menjabat tangan Arsa.
Arsa menyambut satu persatu jabat tangan tersebut dengan membungkuk sopan.
Begitu giliran Kakek Rajasa mereka berjabat cukup lama.
CU. Sekretaris Kakek Rajasa, Pak Akbar yang terlihat mencuri pandang bergantian dari Kakek Rajasa ke Arsa.
Adria membisiki sesuatu ke Pak Brata.
ADRIA:
Pak, bapak engga bilang kalau
mereka ini kakek sama cucu?
PAK BRATA:
Sstt!
Si mas seniman itu bilang
dia engga mau orang banyak tau kalau
dia ada hubungan darah sama Pak Rajasa.
Adria hanya mengangguk tidak paham.
PAK BRATA:
Baik.
Sudah waktunya makan siang,
Bapak ibu mari kita kembali ke hall utama
untuk makan siang.
Mari.
Semua tamu VIPs mengikuti langkah Pak Brata kembali ke hall utama.
Adria beranjak mengikuti mereka ketika lengannya ditahan oleh seseorang yang membuatnya terpana hari ini.
Yah, meskipun bukan yang pertama kalinya.
ARSA:
Kenapa lo ngga bilang kalau dia
bakal dateng ke acara ini?
ADRIA:
(bingung)
Dia?
Dia siapa?
ARSA:
DIA.
Ada jeda antara mereka berdua yang sekarang sedang berhadapan.
ADRIA:
(berpikir sejenak)
Oh, maksudnya Pak Rajasa?
Arsa tidak menjawab pertanyaan Adria.
ADRIA:
Ehm, beliau kan sponsor utama.
ARSA:
(raut muka sedikit menegang)
Seenggaknya lu bisa kasih tau gue kalo
dia sendiri yang dateng.
Bukan pesuruhnya kaya biasa.
ADRIA:
Ya maaf kalau saya engga
kasih tahu soal ini sebelumnya.
Saya kan gak tahu…
(terlihat bingung)
CU. Air muka Arsa mulai melunak.
ARSA:
Siniin hape lo.
Tiba tiba Arsa mengambil smartphone Adria yang sedari tadi ia genggam bersama pulpen dan note kecilnya.
CU. Adria yang kaget dan penuh tanda tanya.
Arsa memasukkan nomor miliknya dan menelepon ke nomornya sendiri.
Setelahnya tanpa bicara ia mengembalikan smartphone tersebut.
ADRIA:
Ha?
Adria menerima kembali smartphone-nya dengan bingung.
Kemudian Arsa memajukan wajahnya dan jarak mereka kini hanya 2 inci.
BCU. Mata Arsa dan Adria secara bergantian.
ARSA:
Biar gampang.
Arsa keluar dari galeri tersebut meninggalkan Adria yang masih diam di tempat.
CU. Wajah Adria terlihat memerah karena menahan napas.
Cut to:
INT. KAFE INN – SORE
Adria menikmati segelas kopi hitam hangat dengan laptop di depannya.
Seseorang yang terlihat mirip Arsa memasuki kafe.
Adria seperti kena serangan jantung mendadak.
BCU. Mata Adria yang membulat seperti mau keluar.
Tapi ia segera tersadar bahwa orang tersebut bukanlah Arsa.
Cut to flash back:
Ketika Adria terpesona dengan Arsa waktu showcase pembukaan galeri.
Arsa dari atas sampai bawah yang memang saat itu, sangat menawan.
Flash back cut to:
Adria yang kembali ke kenyataan dan tanpa sadar menampar dirinya dengan cukup keras.
CU. Beberapa pengunjung kafe yang bingung dengan apa yang Adria baru saja lakukan.
Tapi Adria tampak acuh dengan reaksi pengunjung lain.
ADRIA (V.O.):
Fokus Yaaa!!!
Yang jatuh cinta duluan
bakal sakit hati!
Sadar woi sadar!
Adria memukul – mukul kepalanya.
ADRIA (V.O.):
Oke.
Lanjut.
Adria lanjut mengerjakan dokumen di depannya.
Tapi ingatan tentang grand opening kembali berputar.
Cut to flash back:
Ketika mata Arsa dan Adria saling bertemu.
Sedikit efek slow motion.
BCU. Ke jarak diantara kaki dan wajah mereka yang hanya 2 inci.
Flash back cut to:
Adria yang kembali tersadar dari lamunan.
CU. Dengan mata membulat dan mulut melongo.
ADRIA:
AHHHHHHHH!!!
Adria mengagetkan pengunjung lain.
CU. Pengunjung lain yang hanya geleng-geleng kepala.
CU. Smartphone Adria yang tiba-tiba berdering. Muncul caller id “SAKIT JIWA”
Adria hampir saja melempar smartphone dari tangannya.
CU. Wajahnya yang terkejut dan ragu untuk mengangkat panggilan Arsa.
Selama beberapa detik Adria hanya memandangi layar smartphonenya tanpa menjawab panggilan.
CU. Panggilan tak terjawab.
CU. Wajah Adria yang merasa seperti 10 tahun hidupnya hilang begitu saja sekarang terlihat amat lega.
Bel lonceng antik pintu kafe bunyi menandakan seseorang masuk, tapi Adria tampak tak memperhatikan karena masih terkejut dengan panggilan mendadak dari Arsa.
Saat itu Arsa yang sudah berdiri di belakangnya, memandangnya dengan tatapan sedikit jengkel, ia memajukan wajahnya melewati pundak Adria dan menatap notifikasi panggilan tak terjawab dari SAKIT JIWA di smartphone Adria.
ARSA:
Jadi lo namain gue SAKIT JIWA?
Adria menengok dan kaget setengah mati karena wajah mereka terlampau dekat.
CU. Kedua bola mata Adria yang seperti mau keluar.
Kemudian Arsa dengan santai mengambil tempat duduk di depan Adria dan kini menatapnya dengan tangan dilipat di depan dada.
ARSA:
Kenapa ga lo angkat?
Adria masih memproses apa yang sedang terjadi.
CU. Arsa yang menghembuskan napas sedikir kasar.
ADRIA:
... Kok bisa…?
ARSA:
Engga sengaja.
Tadinya gue cuma mau beli kopi di sini.
ADRIA:
...terus tadi telpon kenapa…?
ARSA:
Ada beberapa lukisan baru yang uda jadi.
Gue mau kasih liat ke lo.
ADRIA:
…oh…
Aduh, kirain kenapa…
Adria menepuk-nepuk dadanya pelan.
CU. Arsa menatap Adria seperti menyelidik kemudian tersenyum.
ARSA:
Hmph.
Lo kenapa sih?
Syalalalalalalalala ~~~
Merry go round effect.
CU. Wajah Adria yang melongo melihat senyum tulus Arsa untuk pertama kalinya.
CU. Adria yang berusahan mati-matian menjaga jantungnya agar tetap di tempat.
Arsa beranjak dari tempat duduk.
ARSA:
Ya udah.
Mumpung kita uda disini,
sekalian mampir studio.
ADRIA:
Eh, tapi kerjaan saya belum selesai.
ARSA:
Hem, ya uda gue tunggu.
Arsa kembali duduk sambil mengeluarkan iPad dan meletakannya di meja.
Setelahnya ia beranjak menuju barista untuk memesan kopi.
CAMERA PAN TO. Mata Adria mengikuti kemanapun Arsa pergi.
Cut to: