Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. SEKOLAH - HALAMAN/LAPANGAN - DAY
Keesokan harinya.
Di pinggir lapangan, Marvin duduk sembari memerhatikan teman-teman lainnya (total 10 orang teman) bermain basket. Mereka semua mengenakan baju olahraga, hari ini merupakan jadwal ujian praktek olahraga kelas mereka. Salah satu temannya hendak melemparkan bola basket ke ring-nya, tapi ia melihat Fajri baru saja datang. Siswa itu melemparkan bola basketnya ke arah Fajri yang tidak berminat sama sekali.
SISWA 4
Lemes banget lo kayak orang tipes!
Fajri tersenyum tipis, ia pun menerima bola basket itu dan memasukannya ke ring. Semua siswa di sana bersorak ketika bola itu berhasil masuk, kecuali Marvin yang terlihat tidak bersemangat.
SISWA 5
Sparing yuk.
Siswa yang lainnya menyetujui.
FAJRI
Gue nonton aja.
MARVIN
Sama, gue gak mood.
SISWA 4
Yailah, pada lembek banget jadi laki. (beat) Jangan-jangan kalian baru aja dihukum bersihin toilet karena telat sama guru BK yang baru? Haha.
SISWA 5
Udah, ayo, cepet!
Siswa 5 menarik tangan Fajri dan Marvin. Memaksa mereka untuk bermain basket bersama.
SISWA 5
Tim yang menang bisa minta apapun sama tim yang kalah, ya.
Semuanya menyetujui.
SISWA 4
Oke, sekarang kita pakai koin. Kepala, Tim Marvin. Ekor, Tim Fajri.
FAJRI
Kenapa tiba-tiba gue jadi ketua tim?
SISWA 5
Kan lo atlet sekolah.
MARVIN
Lah, terus kenapa gue jadi ketua tim sih, anjir?!
SISWA 5
Kalo tim kalah, terus minta traktir kan ada lo, hehe.
MARVIN
Dih?
SISWA 4
Oke, jangan banyak bacot, kita mulai pembagian tim-nya.
Siswa 4 melemparkan koin ke udara, lalu adegan langsung menunjukkan Marvin dan Fajri sedang saling memperebutkan bola basket. Fajri mendapatkan bolanya, lalu ia memasukan bola ke ring. Terus begitu sampai berkali-kali.
Tim Marvin mendesah kecewa, sedangkan Fajri perlahan kembali tersenyum.
Pada akhir game, Fajri dan Marvin melakukan high-five dan mereka terbaring di lapangan.
Diana melihat keduanya ketika ia sedang melintasi koridor sekolah bersama beberapa teman sekelasnya, Diana tersenyum tipis. Terlihat Diana dan teman-temanya itu sedang membawa alat kebersihan.
INT. SEKOLAH - KANTIN - DAY
Terlihat 10 teman-temannya sudah memesan bakso di kantin, semuanya dibayari oleh Marvin.
SISWA 4
Makasih ya, Bos.
MARVIN
Emang sengaja lo mau meres gue.
SISWA 5
Sedekah, Vin. Hahaha.
MARVIN
Yaudah. Kalo mau mesen es teh, pesen aja.
Teman-temannya bersorak, lalu dua di antara mereka memesan es teh ke warung. Fajri tertawa melihat teman-temannya berhasil memeras Marvin. Fajri duduk di meja yang berbeda dari teman-temannya, lalu Marvin menghampirinya.
MARVIN
Kurang gak, Ri? Tambah, gih.
FAJRI
Gak usah, Vin.
Marvin dan Fajri tampak ingin berbincang, namun keduanya canggung. Saling menatap, lalu membuang muka. Sampai akhirnya Fajri memulai percakapan.
FAJRI
Gue lagi berantem sama Laura.
Marvin terkejut.
MARVIN
Gue juga lagi berantem sama Nana.
Kali ini Fajri yang terkejut.
MARVIN (CONT'D)
Kok bisa barengan?!
Mereka berdua tertawa.
MARVIN (CONT'D)
Cerita dong, Ri, kenapa? Gara-gara dia lemes lagi? Kan gue bilang, dia itu bocor orangnya. Ya gue tau sih, dia itu anaknya selalu jujur. Gue belum pernah sekali pun dibohongin sama dia.
Fajri mengangguk ragu. Sebenarnya Laura untuk pertama kalinya berbohong untuknya ke Marvin.
FAJRI
Yah, gitu, lah. Kalo lo gimana?
CUT TO :
Mangkuk bakso di depan Fajri sudah kosong, begitupun dengan teman-teman mereka yang sudah tidak ada lagi di kantin. Marvin bercerita cukup lama.
MARVIN
Gue gak ada maksud untuk merubah dia atau gimana. Gue cuma gak mau dia gak nyaman karena pandangan temen-temen gue yang lain. Lo ngerti, kan? Gue gak mungkin bisa mengubah standarisasi mereka, jadi satu-satunya yang bisa gue ubah ya style Nana.
FAJRI
Mungkin dia udah muak kali. Bukan sama lo, tapi sama pandangan orang-orang kaya itu.
MARVIN
Mungkin, sih. (beat) Tapi menurut gue ya, Ri, si Laura juga gak maksud ngejatohin lo. Dia cuma salah dalam pemilihan kata aja.
FAJRI
Gak. Gue tetep gak terima.
MARVIN
(canggung)
Oh, oke.
FAJRI
Btw, gitar lo udah jadi?
MARVIN
(menggeleng)
Belum, mereka masih harus cari spare-part yang agak mirip. Mungkin nanti.
FAJRI
Bokap lo gak curiga?
MARVIN
Curiga? Nggak, sih. Kan dia juga udah ketemu sama lo, dia juga percaya banget sama gue. Paling cuma nanya kok gitarnya lama banget di-service-nya. Gue bilang aja kan kita lagi banyak ujian, yaudah dia percaya.
Fajri menggelengkan kepalanya.
FAJRI
Bener-bener lo, ya, kalo ngebohong.
Marvin tertawa, ia merapatkan kedua tangannya.
MARVIN
Ampun, Bos. Haha. Yaudah, lo mau apa? Gue turutin.
FAJRI
Gila, kali.
MARVIN
Serius, Ri. Gue tulus temenan sama lo. Bilang aja mau apa.
Fajri teringat rencana Dion.
FAJRI (V.O)
Beasiswa.
FAJRI
Gak usah, Vin.
Marvin tertawa.
MARVIN
Pokoknya kalo lo butuh apapun, bilang aja ke gue, ya.
Fajri tersenyum, tapi ia tidak mau melihat mata Marvin.
FAJRI
Oke, Vin.
Di tengah-tengah percakapan mereka, salah seorang teman mereka berlari menghampiri mereka.
SISWA 5
Marvin, cewek lo kambuh lagi!
Spontan Marvin berdiri, sedangkan Fajri langsung berlari.
INT. SEKOLAH - RUANG UKS - DAY
Suasana di dalam UKS ricuh. Para guru berkumpul, begitupun dengan para murid yang mengintip dari jendela. Fajri membelah kerumunan, sedangkan Marvin sedang menelpon Dian.
MARVIN
Tan, Nana ngedrop lagi. Tante langsung ke RS sekarang.
Terlihat Diana terbaring lemah di ranjang. Emosi Fajri sudah memuncak, ia membentak guru, menanyakan alasan tumbangnya Diana. Marvin menggenggam tangan Diana, air matanya berlinang.
MARVIN
(terbata-bata)
Na, tahan sebentar lagi ya. Sebentar lagi ambulans dateng.
Marvin mencium tangan Diana.
FAJRI
Kenapa Nana disuruh bersihin toilet?! Semua guru di sini kan tau kalau Nana punya asma akut!
GURU
Dia guru baru, Nak, gak tau apa-apa. Berdasarkan kesaksian teman-temannya juga Nana gak memberitahu penyakitnya sama sekali.
Fajri menjambak rambutnya, lalu ia berteriak kesal. Satpam sekolah memasuki UKS, menuntun tenaga medis untuk membawa Diana ke dalam ambulans.
SATPAM
(menunjuk Diana)
Di sana, Pak.
Para petugas medis pun memindahkan tubuh Diana ke brankar lipat dan membawanya ke dalam mobil ambulans. Marvin dan Fajri mengikuti mereka.
EXT. SEKOLAH - GERBANG - DAY
Diana sudah berada di dalam mobil ambulans, salah satu perawat menghentikan Marvin dan Fajri yang ingin ikut.
PERAWAT
Siapa walinya?
Fajri membuka mulutnya, tapi Marvin sudah mendahuluinya.
MARVIN
Saya. Saya kerabat dekatnya.
PERAWAT
Baik, ikut kami.
Tanpa basa-basi, Marvin menaiki ambulans. Perawat itu menutup pintu belakang ambulans. Fajri menjenggut rambutnya, ia ingin ikut. Fajri pun menarik diri dari kerumunan, menuju parkiran.
EXT. SEKOLAH - PARKIRAN - DAY
Fajri berjalan menuju motornya, ia memakai helmnya, menyalakan mesinnya. Namun tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari Fitri.
FAJRI
Kenapa, Ma?
FITRI (O.S)
(menangis)
Mas, Adel....
Fajri mematikan ponselnya, lalu berteriak frustasi.
INT. SMP ADEL - RUANG GURU - DAY
Di dalam ruang guru, terlihat sepasang orang tua duduk bersebrangan dengan Fitri yang sedang menangis. Adel tepat berada di sampingnya, seragamnya lecek dan rambutnya berantakan. Tepat sebelum kepala sekolah berbicara, Fajri datang.
FITRI
(menangis)
Mas.
Fajri sedikit terkejut melihat Adel, tapi ia tidak begitu memikirkannya. Ia duduk tepat di samping Adel.
KEPALA SEKOLAH
(ke Fitri)
Boleh saya mulai sekarang?
Fitri mengangguk.
KEPALA SEKOLAH
Jadi, begini...,
IBU AMARA
Adik kamu itu menjambak dan mendorong putri saya!
(ke Kepala Sekolah)
Apa ini kelakuan siswi juara satu tiga tahun berturut-turut?! Sangat tidak berpendidikan!
FAJRI
Maksud anda apa?!
AYAH AMARA
Emang keluarga gak bermoral!
FAJRI
(menunjuk Ayah Siswa)
Jaga lisan anda!
Orang tua siswi itu menggeram, begitupun Fajri yang masih belum tahu permasalahannya.
KEPALA SEKOLAH
Mohon kedua belah pihak untuk tenang!
Semuanya terdiam.
KEPALA SEKOLAH
Jadi, saudara Fajri, tadi pagi ada kecelakaan kecil antara Adel dan Amara.
AYAH AMARA
Kecelakaan kecil? Tangan anak saya patah, Pak!
KEPALA SEKOLAH
Tolong tenang dulu, Pak.
FAJRI
Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi, Pak?
KEPALA SEKOLAH
Adel dan Amara berkelahi di tangga. Mereka saling menjambak, tapi kemudian Adel mendorong Amara hingga terjatuh dari anak tangga.
Fajri melirik adiknya, Adel tidak berkutik. Kepala Sekolah menunjukan rekaman CCTV.
KEPALA SEKOLAH
Kami sudah bertanya kepada beberapa saksi di tempat kejadian, lalu kami juga sudah memeriksa CCTV sekolah. Terlihat jelas kalau awalnya mereka hanya saling menjambak, ketika Amara menyudahi pertengkaran dan ingin kembali ke kelasnya, Adel mendorongnya.
Fitri kembali menangis tersedu-sedu.
FAJRI
(hampir tidak terdengar)
Tapi, kenapa?
KEPALA SEKOLAH
Karena anak laki-laki.
FAJRI
Hah?
KEPALA SEKOLAH
Mantan kekasih Adel berpacaran dengan Amara.
ADEL
Selingkuh.
Kepala Sekolah menggelengkan kepalanya.
Adel menghela napasnya, ia menyilangkan kedua tangannya. Tidak peduli.
FAJRI
(ke Adel)
Lo udah gila, ya?
ADEL
Halah, jatohnya aja cuma tiga anak tangga doang. Itu mah lebay aja dia pake segala bilang patah tulang, paling cuma keseleo.
AYAH AMARA
Kurang ajar! Saya akan menuntut Adel. Dia tidak akan bisa masuk sekolah negeri, bahkan bila perlu, ia akan di-blacklist di PTN manapun.
FITRI
Saya mohon, Pak, tolong jangan lakukan itu. (beat) Adel anak yang cerdas, kejadian ini akan menjadi dosa di masa lalunya. (beat) Saya janji, saya akan mendidik Adel agar menjadi anak yang lebih baik lagi. Saya mohon.
AYAH AMARA
Air mata gak akan membuat saya mundur, Bu! Masih untung saya hanya membuat Adel tidak bisa diterima di sekolah dan perguruan negeri. Lagian, anak dari keluarga kayak kalian juga biasanya nggak lanjut kuliah, lalu mentok jadi karyawan rendahan doang.
Fajri mengepalkan tangannya, ia memejamkan matanya. Kemudian ia berlutut di depan Orang Tua Amara.
Adel berusaha menghentikan kakaknya berlutut.
ADEL
(berbisik)
Ngapain sih, Mas?
Fajri melepaskan tangan Adel.
FAJRI
Saya mohon, Pak, tolong jangan buat Adel di-blacklist di sekolah dan perguruan negeri. Kami yakin Adel masih memiliki masa depan yang cerah dan dia tidak akan hanya jadi karyawan rendahan seperti yang Bapak bilang. (beat) Saya mohon.
Ayah Amara memajukan tubuhnya, membisiki Fajri.
AYAH AMARA
Sepuluh juta.
CUT TO :
INT. RUMAH FAJRI - RUANG TAMU - DAY
Fajri, Fitri, dan Adel sampai di rumah. Mereka bertiga duduk di ruang tamu, tidak ada yang berbicara.
Adel melirik tajam ke kakaknya.
ADEL
Kenapa lo harus berlutut kayak gitu, sih?
Fajri memijit pelipisnya.
FAJRI
Diem, Dek.
ADEL
Biarin aja kalo gue di-blacklist dari sekolah negeri. Toh, nantinya gue juga bakalan masuk swasta.
FAJRI
Lo gila ya, Dek?
ADEL
Kenapa? Bukannya lo mau daftarin gue ke SMK Keperawatan Bougenville.
FAJRI
Tau darimana lo...? (teringat Laura) Bangsat.
Fajri menjambak rambutnya. Semakin lama, ia semakin brutal. Fitri menghentikan tangan Fajri.
FITRI
(menangis)
Sudah, Mas, sudah.
Fajri mencengkram bahu Adel.
FAJRI
Lupain semuanya. Gue akan menggadaikan BPKB motor gue untuk tutup mulut Keluarga Amara. Dan gue, gue akan mengubah status sosial keluarga kita.
Adel menggeleng, ia tidak mengerti maksud kakaknya.
FAJRI
Om Dion bener. Gue harus kuliah, gue harus ikutin rencananya.
ADEL
(suaranya bergetar)
Maksudnya?
FAJRI
Gue harus menghentikan rantai kemiskinan di keluarga kita.
FAJRI (CONT'D)
Apa lo gak muak, Dek? Keluarga kita selalu dipandang rendah terus. Gue akan mengubah keluarga kita. Tugas lo (beat) tugas lo cuma satu: Lo harus bisa masuk SMK Negeri dan kerja setelah lo lulus!
Air mata air jatuh membasahi pipinya. Buru-buru ia memeluk Fajri.
ADELGak, Mas. Gue gak mau. Please.
FAJRI
Mama bener selama ini. Cita-cita lo itu cita-cita orang kaya. Lo harus kaya agar cita-cita lo tercapai!
ADEL
(semakin kejer)
Mas, please, gue gak mau masuk jurusan yang gue gak suka.
FAJRI
Lo harus.
Fajri melepaskan pelukan Adel. Ia keluar rumahnya.
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - DAY
Fajri mengirimkan pesan ke Marvin: Vin, gue tau ini mendadak, tapi gue punya permintaan. Lalu Marvin menjawabnya: Just come and say it.
Fajri pun memakai helm-nya dan menancapkan gas motornya.
INT. RUMAH SAKIT - KORIDOR - afternoon
Fajri dan Marvin duduk bersebelahan. Marvin tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja Fajri katakan mengenai insiden Adel.
MARVIN
Gila. Kenapa lo gak langsung nelpon gue aja sih? Kan gue bisa bayarin visum untuk si Amara itu.
Fajri menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
FAJRI
Lupain aja. (beat) Btw, gimana keadaan Nana?
MARVIN
Dia belum sadar, tapi udah lebih baik, kok.
FAJRI
Lo yang bayarin lagi?
MARVIN
Ya, iya, Ri. Siapa lagi? Hehe. Gue gak tega kalo sampe Tante Dian jual rumahnya yang di Bogor untuk biaya pengobatan Nana. Selama gue masih ada uang, ya kenapa enggak?
FAJRI
Lo jual gitar lagi?
Marvin menyengir.
MARVIN
Iya, Ri.
FAJRI
Pake nama gue lagi?
MARVIN
Sorry ya, Ri. Gitar ini gitar pertama yang bokap gue kasih ke gue, jadi bokap gue gak bakalan ngebiarin gue bawa ke tempat reparasi asal-asalan. Jadi, gue terpaksa minjem nama lo lagi.
FAJRI
Replikas gitar yang kemarin aja belum selesai, sekarang lo nambah lagi?
MARVIN
Mereka janji bulan Juni udah selesai dua-duanya. Mereka bakalan ngirim kedua paketnya ke rumah gue.
Fajri kembali menggelengkan kepalanya.
MARVIN (CONT'D)
Lo gak marah kan, Ri?
FAJRI
Dikit.
MARVIN
Terus kenapa muka lo masih kusut aja?
FAJRI
Gue stress banget, Vin. Kepikiran omongan bokap Amara. Seakan-akan semua orang seenaknya nginjek keluarga gue mentang-mentang gue miskin. Gue pengen banget naikin derajat keluarga gue.
MARVIN
Apa ada yang bisa gue bantu? Lo mau gue bantuin uang damai?
FAJRI
Lebih dari itu, Vin. Permintaan gue sedikit lebih berat. Apa lo bisa bantuin gue?
MARVIN
Lo sahabat gue, Ri. Apapun itu, gue pasti usahain.
FAJRI
Gue pengen kuliah, Vin, tapi gue juga harus kerja.
Fajri mendekatkan bibirnya ke telinga Marvin. Perlahan ekspresi Marvin berubah menjadi pucat.
FAJRI
Lo bisa kan usahain permintaan gue?
Marvin memalsukan senyumnya, ia mengangguk canggung.
INT. RUMAH SAKIT - KAMAR INAP DIANA - AFTERNOON
Dari jendela kamar inap Diana, Dion memerhatikan Marvin yang berada di parkiran. Marvin masuk ke mobilnya dan mobilnya pun meninggalkan rumah sakit.
DION
Kamu udah bilang, kan?
Tepat di samping ranjang Diana (tapi Diana sedang berada di toilet), Fajri mengangguk.
FAJRI
Sudah, Om.
Tatapan Fajri kosong, tangannya bergetar.
Diana keluar dari toilet, ia menghampiri Fajri. Mereka saling menatap, lalu tersenyum.
INT. RUMAH MARVIN - RUANG TAMU - NIGHT
Marvin menghampiri Rico yang sedang menikmati teh dan menonton berita di TV. Rico menoleh ke arah Marvin.
MARVIN
Pa, apa boleh aku minta sesuatu?
Rico meletakkan tehnya di meja.
RICOApapun.
Marvin memberitahu ayahnya perihal permintaan Fajri. Rico tersenyum.
RICO
Tentu, Papa bisa melakukan itu untuk sahabat kamu. Tapi, apa yang Papa dapatkan dengan mengabulkan permintaan kamu?
MARVIN
Aku setuju untuk mengambil Associate's Degree selama dua tahun.
RICO
Perfect.