Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH SAKIT - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA AGNESIA (24) membuka matanya. Kamera memperlihatkan perspektif mata Diana, seorang pria membelakangi cahaya (wajahnya tidak terlihat) sedang menangis sembari menciumi tangannya.
INT. KAMAR RS - DAY
FAJRI (V.O)
Semuanya bermulai ketika dia lahir.
Ibu Diana, DIAN (24), berusaha keras untuk melahirkan putrinya. Suara bayi nyaring terdengar. Ayah Diana, DIMAS (27), terharu. Lalu dokter membaringkan Diana di dada Dian.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
Di luar sedang hujan. Kita bisa lihat Diana yang masih bayi (4 bulan) menangis, menjerit kesakitan. Bibirnya biru. Dian mengangkat Diana, menggendongnya ke dalam pelukannya. Dimas membawakan kain gendongan. Dian hampir menangis karena Diana tidak mau berhenti menangis. Dimas merangkul Dian dan menuntunnya pergi ke luar rumah.
INT. RUMAH SAKIT - RUANGAN DOKTER - NIGHT
Tanpa suara, kita bisa melihat kedua orang tua Diana mendengarkan dokter dengan seksama. Dahi mereka mengerut, raut khawatir terpancar dari wajah mereka. Ketika dokter selesai menjelaskan, mereka langsung menangis dan memeluk Diana yang baru berusia 4 bulan.
FAJRI (V.O)
Diana menderita penyakit jantung bawaan. Gue kurang ngerti, tapi kata orang tuanya, jantung dia enggak terbentuk sempurna setelah lahir. Ada celah di katup atas dan bawahnya.
INT. RUMAH DIANA - RUANG TAMU - NIGHT
(4 TAHUN KEMUDIAN)
Seorang teman dekat Dian, MIA (27), datang berkunjung. Mereka duduk di sofa. Dian menceritakan kondisi kesehatan Diana kepada Mia sambil menangis.
Dari dapur yang terhubung langsung dengan ruang tamu, Diana (5) memerhatikan diam-diam curhatan ibunya. Tiba-tiba saja seorang anak laki-laki MARVIN ALAMSHAH (7) menutup kedua telinganya.
MARVIN
Enggak sopan, Tau!
DIANA
Pasti Mama lagi ngomongin aku lagi ya, Kak?
Marvin terdiam.
DIANA
Padahal aku sehat-sehat aja.
CUT TO :
INT. RUMAH SAKIT - KORIDOR - NIGHT
Keesokan harinya, Diana dibawa ke RS karena kekurangan oksigen.
FAJRI (V.O)
Enggak, tentu Diana enggak sehat-sehat aja. Semalam sebelumnya, ia didiagnosa mengalami hipoksia. Hari ini, ia hampir mati karena asma saat ia tertidur.
EXT. LAPANGAN BOLA SD DIANA - DAY
(3 TAHUN SETELAHNYA)
Diana (7) sudah mengganti seragamnya menjadi baju olahraga. Ia bersemangat untuk bermain lomba lari bersama teman-temannya. Namun, Marvin (9) menarik tangannya.
MARVIN
Jangan!
Seminggu setelahnya, di jam pelajaran yang sama, Diana hendak ikut bermain lompat karet dengan teman-temannya.
MARVIN
Jangan!
Minggu depannya lagi, Diana sudah bertekad untuk bermain beneteng bersama teman-temannya. Ia memastikan keadaan sekitarnya. Setelah yakin Marvin tidak ada dimana-mana, ia mulai berlari untuk memegang benteng musuh.
Tiba-tiba saja, langkah Diana melambat. Wajahnya pucat pasi, tangannya meremas bajunya. Dadanya sesak, kita bisa mendengarkan bunyi detak jantungnya tiap kali Diana melangkah. Pandangan Diana kabur, samar-samar kita bisa mendengar suara Marvin.
MARVIN
Udah aku bilang jangan!
INT. RUMAH SAKIT - KAMAR INAP DIANA - NIGHT
Diana terbangun dan mendapati Dian sedang menangis.
DIAN
Kamu udah mendingan, nak? Aduh, ibu takut banget kalo kamu kenapa-napa!
FAJRI (V.O)
Yah, akhirnya Diana terbangun di rumah sakit lagi. Untung aja saat itu ayahnya kerja di perusahaan asuransi swasta. Kalo enggak, mungkin keuarganya juga enggak sanggup bayarin pengobatan dan perawatannya.
EXT. SD - LAPANGAN BOLA SD DIANA - DAY
Diana terduduk di pinggir lapangan. Tidak seperti biasanya, ia tidak ingin mencuri kesempatan lagi. Ia sudah bertekad untuk tidak membuat jantungnya terkejut lagi.
EXT. SMP - LAPANGAN BOLA SMP DIANA - DAY
Diana (14) menghabiskan waktu olahraga di SMP-nya dengan hanya memerhatikan teman-temannya berlarian, main bola, dan bermain.
TEMAN SMP DIANA #1
Na, titip raket gue, ya. Gue mau ambil bola basket dulu
DIANA
(mengangguk)
Oh, oke.
Diana sangat ingin bermain badminton. Diana teringat Marvin yang selalu datang menghentikannya ketika ia SD dulu. Namun sekarang ia sudah kelas 3 SMP, tidak ada Marvin yang bisa menghentikannya. Diana mengeluarkan inhaler dari tas kecil yang ia bawa, lalu ia menghirupnya. Diana menggenggam raket di tangannya dengan erat, lalu ia maju ke tengah lapangan.
TEMAN SMP DIANA #2
Lho, Nana mau ikut main?
Diana mengangguk antusias. Teman-teman Diana yang lainnya terlihat ragu, tapi salah satu temannya mengiyakan keinginan Diana untuk bermain bersama. Teman SMP #2 itu bersiap memukul kok ke arah Diana, tapi suara familier kembali terdengar. Dia adalah Marvin (16)
MARVIN
Na, jangan!
Diana mengepalkan tangannya, ia kesal. Namun ekspresinya berubah ketika melihat wajah sembab Marvin.
INT. RUMAH DIANA - RUANG TAMU - AFTERNOON
Diana berjalan perlahan, menerobos para tamu yang datang melayat. Diana bisa mendengar bisik-bisik tetangga yang mengasihaninya. Di antara semua bisik-bisik itu, ada dua tetangga yang mengasihani Dian.
TETANGGA #1
Duh, kasian banget ya Bu Dian. Udah ditinggal suami, anaknya juga penyakitan. Biasanya orang yang penyakitnya udah parah gini umurnya gak lama.
TETANGGA #2
Yang bener, Bu? Aduh, gak kebayang kalau nanti Bu Dian juga ditinggal anaknya. Gak gila aja udah bagus.
Air mata Diana membasahi pipinya, tapi ia tetap berusaha tegar dan terus melangkah ke jenazah ayahnya di tengah-tengah ruang tamu. Langkah Diana terhenti ketika ia melihat kaki jenazah ayahnya. Tubuh Diana bergetar. Marvin yang berjalan di belakang Diana langsung merangkulnya.
MARVIN
Na?
DIANA
Aku gak kuat, Kak. (memukul pelan dadanya) rasanya sakit banget, lebih sakit daripada asma di tengah tidur.
Marvin menarik Diana ke pelukannya.
DIANA (CONT'D)
(menangis)
Aku harus apa tanpa Papa, Kak? Gimana Mama (beat) kalo aku...,
MARVIN
Hey, Na, kan ada aku. Aku akan pastiin kamu terus sehat selama ada aku di sisi kamu. Aku janji.
EXT. LAPANGAN BOLA SMA DIANA - DAY
Diana (15) kembali memerhatikan teman-temannya dari pinggir lapangan. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi, ia lapar. Ia berjalan mendekati guru olahraganya.
DIANA
Pak, saya izin ke kantin dulu, ya.
GURU OR
Oh, oke. Jangan lupa kirim video senam kamu, ya, Na. Untuk nilai UAS kamu.
DIANA
(mengangguk)
Baik, Pak.
GURU OR
Kamu kalo mau langsung pulang, gapapa kok, Na. Ini udah jam pelajaran terakhir juga.
DIANA
Eh, iya, Pak, saya bareng temen-temen aja pulangnya.
GURU OR
Oh, yaudah.
CUT TO :
EXT. KANTIN SMA DIANA - DAY
Diana memesan makanan di warung kantinnya.
FAJRI (V.O)
Gue mungkin bukan orang hebat, tapi gue yakin gue cukup kuat untuk mengabulkan harapan lo yang sangat berat.
Diana menoleh ke sumber suara yang cukup keras. Ia melihat Marvin dan teman sekelasnya, (Fajri, 17), sedang berbincang. Kamera fokus ke Marvin dan Fajri.
MARVIN
Lo tau PT Enka Group, kan?
FAJRI
Oh, perusahaan retail yang punya Fast Mart dan temen-temennya itu?
MARVIN
(mengangguk)
Bener. Sekitar sepuluh tahun lalu mereka kan buka yayasan tuh, yayasan pendidikan sama kesehatan. Namanya Enka Gold Foundation. Semacam lembaga penyelenggara beasiswa untuk siswa kurang mampu dan berprestasi, mereka juga aktif mengadakan imunisasi gratis ke masyarakat menengah ke bawah. Nah, bokap gue ditunjuk jadi kepala asosiasinya. Beberapa tahun setelahnya, PT Enka mendirikan perusahaan asuransi swasta umum untuk masyarakat menengah ke atas gitu, namanya Enkassurance. Nah karena nyokap gue dan nyokap doi temenan, akhirnya bokap gue rekomendasiin bokap doi kerja jadi manager di salah satu departemen yang ada di perusahaan itu. (pause, tertawa) Eh, belibet ya? Tapi lo ngerti kan intinya?
FAJRI
Hahaha, ngerti kok. Intinya lo kenal karena orang tua kalian, kan?
Diana memutuskan untuk mendekat. Posisi Fajri membelakangi Diana. Fajri berdiri dari kursinya.
FAJRI
Vin, gue mau beli es teh dulu. Lo mau?
MARVIN
Boleh, gula batu, ya.
Marvin bisa melihat Diana dengan jelas setelah Fajri pergi. Diana melangkah ke meja mereka, lalu duduk di samping Marvin.
MARVIN
(terkejut)
Eh, Na? Udah mau pulang?
DIANA
(menggeleng)
Nanti, tunggu bel pulang dulu.
MARVIN
(mengangguk)
Oh, gitu.
Fajri kembali duduk di tempatnya.
FAJRI
(Menyerahkan es teh ke Marvin)
Nih. Gula batu, kan?
Ia terkejut melihat Diana yang ikut nimbrung bersama mereka. Mata mereka bertemu.
MARVIN
Ri, kenalin, ini dia...,
Diana menjulurkan tangannya kepada Fajri, matanya berbinar.
DIANA
(Memotong ucapan Marvin)
Hai, gue Diana dari kelas X-1. Biasa dipanggil Nana, hehe.
FAJRI (V.O)
Dimulai dengan cerita cinta kita yang cukup penat.
FAJRI
(menatap tangan Diana)
Diana?
FAJRI (CONT'D)
(menatap Marvin)
Diana yang lo...?
Marvin tertawa sembari menyedot es teh gula batu miliknya, lalu mengangguk. Diana merasa canggung.
FAJRI (CONT'D)
(menjabat tangan Diana)
Gue Fajri, temen sekelas Marvin. Salam kenal, ya. Gue banyak denger tentang lo dari Marvin, lho. Haha.
DIANA
(Melirik sinis Marvin)
Wah, ngomongin apa aja lo tentang gue?
MARVIN
Kepo!
DIANA
Pasti ngomongin yang baik-baik kan? Lo kan sayang banget sama gue. Hahaha.
MARVIN
(mencubit hidung Diana)
Dih, ge-er.
Mereka bertiga tertawa bersama
EXT. GERBANG SMA - NIGHT
Diana memakai helm dari ojek online yang ia pesan. Marvin mendekati Diana. Di belakang mereka ada Fajri yang memerhatikan keduanya.
MARVIN
Lo yakin enggak mau gue anter?
DIANA
(mengangguk)
Udah, lo main aja.
Diana terlihat kesulitan mengunci pengaman helm-nya.
DIANA (CONT'D)
Duh, ini susah banget, sih.
Marvin mendekat, membantu Diana.
MARVIN
(memberi sekotak inhaler baru)
Kalo udah sampe, kabarin gue, ya?
DIANA
(menunjuk apotik di depan sekolah mereka)
Beli di sana, ya? Haha.
Diana mengambil kotak inhaler yang diberikan Marvin, tapi tiba-tiba saja kotak inhaler itu terjatuh dari tangannya.
FAJRI
(segera mengambilnya dari tanah dan menyerahkannya)
Ini.
Selama beberapa detik Fajri dan Diana saling bertatapan.
DIANA
(tersenyum lebar)
Makasih, lho!
Tanpa sadar, Fajri membalas senyuman hangat Diana.
MARVIN
Nah, helm-nya udah ke kunci, nih. Hati-hati ya, Na. (Ke Ojek) Bawa motornya pelan-pelan ya, Bang.
DIANA
Iya, abangku sayang. Btw, inget ya, jangan ngerokok! Jangan bandel! Awas aja!
MARVIN
(tersenyum tipis)
Iya.
DIANA
(melambai)
Dadah!
Marvin dan Fajri membalas lambaian tangan Diana.
FAJRI
Jadi ke rumah gue?
EXT. BALAI DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT.
Fajri datang setelah mengganti pakaiannya. Ia membawa air putih dan beberapa gorengan. Kita bisa lihat Marvin tengah merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit balai.
FAJRI
Maaf, ya. Cuma ada ini doang.
MARVIN
(menoleh)
Santai.
Fajri mengeluarkan sekotak rokok dan pemantik.
FAJRI
Sebatang dulu, lah.
MARVIN
(menggeleng)
Gue mau berhenti, Ri.
FAJRI
(tertawa)
Palingan cuma seminggu.
MARVIN
Nana sensitif banget sama asap nikotin.
FAJRI
Ya kalo emang dia sayang sama lo, dia pasti bisa nerima lo yang perokok. Yang penting lo gak ngerokok di sekitar dia.
MARVIN
(menggeleng)
Nana punya penyakit jantung bawaan, Ri, sekarang penyakitnya merambat ke paru-parunya. Dari kecil, dia bahkan gak bisa ikut pelajaran olahraga karena masalah jantungnya itu.
FAJRI
(terkejut)
Serius? (bergumam) Wah, kasian banget. Itu sekali berobat berapa, ya?
MARVIN
Kebanyakan gratis.
FAJRI
Gratis? (mengingat percakapan tadi sore) oh, asuransi, ya?
MARVIN
(menjentikkan kedua jarinya)
Exactly! Lebih tepatnya itu bagian dari kontrak kerja ayahnya. Istri dan 3 anak gratis berobat gitu, hehe.
Marvin bangkit dari posisinya, kini duduk saling berhadapan dengan Fajri. Wajahnya sumringah sambil mengambil salah satu gorengan.
MARVIN
Menurut lo gimana?
FAJRI
Gimana apanya?
MARVIN
Diana. Gimana kesan pertama lo?
Fajri tersenyum tipis. Ia menyesap rokoknya dan mengembuskannya.
FAJRI
Cantik (beat) dan periang. Gak kayak Laura yang betean.
MARVIN
Hehe. Menurut lo, mungkin gak ya dia terima gue sebagai gue? Secara dia deket sama gue karena dia mandang gue sebagai kakak laki-lakinya doang.
FAJRI
Lo nanya gue, Vin? Apa gue keliatan punya pacar?
Marvin tertawa lepas, cenderung tawa yang meledek.
MARVIN
Ya setidaknya lo kan udah punya mantan, Ri, yah meskipun akhirnya diselingkuhin dua kali. Hahaha.
FAJRI
Setan lo. (beat) Yah, gue gak pernah sih suka sama temen sendiri. Tapi berdasarkan pengalaman gue yang selalu ditembak duluan sama cewek (nada songong), cewek yang tipenya kayak Nana tuh kalo suka bakalan keliatan banget, Vin.
MARVIN
Apa tuh, Ri?
FAJRI
Pertama, dia bakalan sering stalking lo di sosial media.
Fajri dan Marvin mengambil swafoto dan membagikannya di akun Marvin dengan caption 'Mabar'.
FAJRI
Lo gak bisa bikin caption yang lebih gak kayak jamet, Vin?
Marvin
(bingung)
Emang kayak jamet banget, ya?
Fajri mengangguk.
INT. RUMAH MARVIN - KAMAR - NIGHT
Kita bisa lihat Marvin sedang tiduran di kasurnya sembari memainkan ponselnya. Terlihat buku pelajarannya berserakan di lantai kamarnya. Di layar ponselnya ia memerhatikan setiap akun yang melihat status/cerita miliknya di Instagram dan Whatsapp. Namun, ia tidak menemukan nama Diana, padahal Diana sedang online.
MARVIN
Kok gak ada, sih?
INT. RUMAH FAJRI - KAMAR - NIGHT
Fajri sedang terduduk di kasurnya sembari membuka buku pelajaran. Ia beranjak untuk mematikan lampu kamarnya dan hendak tidur, tapi bunyi notifikasi ponselnya menghentikan langkahnya.
Kita bisa lihat notifikasi 'Follow' dari akun Diana yang muncul di layar ponselnya. Tak lama kemudian, muncul beberapa notifikasi 'suka' pada semua postingan di akun Fajri yang hanya berjumlah 3 foto. Jari Fajri membuka kotak pesan yang menunjukan ada satu permohonan pesan. Pesan itu dari Diana.
DIANA (O.S)
Kak, follback ya.
Samar-samar, Fajri tersenyum tipis, lalu mengikuti balik akun instagram Diana.
CUT TO :
INT. SEKOLAH - KELAS MARVIN & FAJRI - DAY
Suasana kelas sedang jam kosong. Ada banyak murid yang sedang bergosip, ada yang sedang melawak di depan kelas, ada yang sedang mendengarkan musik dengan tenang, ada juga yang memilih tertidur di kursi belakang. Di tengah-tengah suasana itu, kita fokus ke percakapan Marvin dan Fajri yang berada di meja nomor satu barisan kedua dari pintu kelas.
MARVIN
Gagal, bro!
Fajri tampak berpikir keras, kemudian ia tersenyum sambil menjetikan kedua jarinya, ia mendapatkan ide.
MARVIN (CONT'D)
Apa?
Marvin memasang wajah serius mendengarkan fajri.
FAJRI
Coba aja chat-an! Tanya yang simple-simple aja. Kalo udah buntu, cari topik baru!
INT. RUMAH MARVIN - KAMAR - NIGHT
Marvin sedang terduduk di meja belajarnya, namun pandangannya tertuju pada ponselnya. Ia gelisah menunggu jawaban dari Diana.
INT. RUMAH FAJRI - KAMAR - NIGHT
Fajri tertawa sembari memandangi layar ponselnya. Diana mengirimnya pesan berkali-kali.
DIANA (O.S)
Kak, gunting di rumah lo bau indomie, gak?
FAJRI
(tertawa)
Sinting nih cewek, hahaha.
FAJRI (CONT'D)
Ada-ada aja lo, Dek. Btw, lo gak main sama Marvin? Malming, lho.
DIANA (O.S)
Gue baru aja mau berangkat ke RS buat check up, Kak. Btw, udah dulu, ya. Nanti gue chat lagi. Hehe.
Fajri terdiam sesaat. Ia teringat perkataan Marvin yang mengatakan kalau Diana memiliki penyakit jantung bawaan.
FAJRI
Semangat ya, Dek!
Diana membalas pesannya dengan stiker lucu bertuliskan 'Terima kasih'.
EXT. KORIDOR SMA - DAY
Fajri sedang berjalan ke kelasnya, namun ia melihat Marvin berlari keluar dan menuju kelas Diana. Fajri bisa melihat Marvin menggendong Diana ke keluar kelasnya menuju UKS. Sedikitnya ia mendengar bisik-bisik murid lainnya yang bergosip.
SISWA 1
Kambuh lagi ya si Nana?
SISWA 2
Iya, asma katanya.
SISWA 1
Emang UKS kita provide inhaler, ya? Kain kasa aja udah pada mau abis.
Fajri terkejut. Ia ikut berlari, tapi ia tidak menuju UKS. Ia menembus satpam yang mencoba menahannya pergi dan membuka gerbang yang belum digembok. Fajri mendatangi apotik yang berada di depan sekolahnya, mengeluarkan semua uang jajannya, dan membeli sekotak inhaler.
INT. SEKOLAH - RUANG UKS - DAY
Fajri tiba di ruangan UKS dengan napas yang tidak beraturan. Namun ia mendapati Diana sudah pulih dan Marvin tepat di sampingnya sambil memegang inhaler juga.
MARVIN
Eh, Ri? Kenapa?
Fajri terpaku, ia menyembunyikan inhaler yang baru saja ia beli di belakang tubuhnya.
FAJRI
(gagap)
Gak apa-apa.
Diana tersenyum, ia melihat jelas inhaler yang sudah disembunyikan Fajri. Kamera fokus ke inhaler yang Fajri sembunyikan.