Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT/INT. RUMAH LAURA - TOKO FOTOCOPY LAURA - NIGHT
Fajri membelakangi Laura yang terduduk di balai depan tokonya. Suasana cukup sepi di sana.
FAJRI
Menurut lo, gue harus jujur atau gimana? (beat) Kalau gue jujur, gue bisa kehilangan sahabat gue. Tapi kalo gue bohong, gue ngerasa bersalah banget. (beat) Marvin tuh tulus banget temenan sama gue selama tiga tahun ini.
LAURA
(tidak berminat menjawab)
Jujur aja.
FAJRI
Tapi Marvin pasti gak bakalan terima.
LAURA
Kalo dia sahabat lo, dia pasti terima.
FAJRI
(menggeleng)
Marvin orangnya ambisius, Ra. Sekali dia nentuin sesuatu, sampai mati bakalan dia kejar.
LAURA
Ya lo kasih taunya dikit-dikit. Jangan langsung dateng ke dia terus bilang, 'Vin, gue jadian sama Nana'.
FAJRI mengangguk, menyetujui ide LAURA. Ia menghampiri LAURA dan terduduk persis di sampingnya.
FAJRI
Gimana? Gimana caranya?
LAURA tampak tidak bersemangat sama sekali.
LAURA
Ya lo kasih tau orang tuanya dulu, kek. Minta si Nana kenalin lo sama orang tuanya.
FAJRI tampak bersemangat.
FAJRI
(berdiri)
Lo bener, Ra! Selama ini keluarga Laura kenalnya cuma Marvin. Mereka harus kenal gue sebagai pacarnya!
Namun kemudian ekspresi FAJRI murung kembali.
FAJRI (CONT'D)
Tapi, Ra, gimana kalo misalkan Nana milih gue karena dia gak sadar kalau Marvin suka sama dia?
LAURA mendecih.
LAURA
Maksud lo, Nana gak peka gitu? Nana gak sepolos yang lo pikir, Mas.
FAJRI
(bingung)
Maksud lo, Ra?
LAURA berdiri, melangkah masuk ke tokonya.
LAURA
Yang jelas dia tau apa yang dia pilih. (beat) Justru yang gak peka di sini itu lo. (beat) Udahlah, gue mau belajar dulu.
FAJRI mengangguk, ragu-ragu.
FAJRI
Oh, oke.
LAURA pun masuk ke dalam rumahnya.
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI sudah mengganti bajunya menjadi kaus polos dan celana pendek selutut. Dia berjalan sedikit ke jalanan di depan rumahnya. Ponselnya ia taruh di telinganya. Kita bisa mendengar nada bersambung, lalu berubah menjadi suara DIANA.
FAJRI
Hallo.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA sedang tertidur di ranjangnya sembari menggambar seseorang di halaman terakhir buku tulisnya.
DIANA
Hm.
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI tersenyum mendengar suara kekasihnya.
FAJRI
Jutek banget, sih.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA masih sibuk menggambar.
DIANA
Aku males ngomong sama pacar orang.
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI mengernyit, tidak mengerti.
FAJRI
Pacar orang? Maksudnya?
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA mengembuskan napasnya sebal. Ia menghentikan kegiatan menggambarnya, lalu terbaring telentang menatap langit-langit kamarnya.
DIANA
Laura, lah. Jelas-jelas Laura bilang kamu sama dia pacaran ke Kak Marvin!
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI terdiam beberapa detik, ia sedang memikirkan apa maksud Diana. Lalu ia tertawa.
FAJRI
Oh, maksud kamu omongan Laura pas kamu mata-matain aku di tempat kerja waktu itu?
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA tampak terkejut. Ia membalikkan posisi tidurnya menjadi tengkurap kembali.
DIANA
Lho, kamu tau? Kok gak keluar?
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI menunduk, ia menendang batuan kecil yang ia lihat di jalan.
FAJRI
Sebenernya pas aku masuk ke ruangan staf, aku emang denger suara, tapi gak jelas. Waktu aku tanya ke Laura, dia juga gak bilang kalo itu kamu dan Marvin. Yaudah aku lanjut ngepel di lantai atas, tiba-tiba aja aku denger suara kamu. Dan akhirnya aku perhatiin kalian dari balkon.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA menutup mulutnya dengan tangan satunya lagi.
DIANA
Kamu denger apa aja?
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
Wajah FAJRI berubah jadi muram.
FAJRI
Semuanya. (beat) Bahkan pas kamu mau mutusin aku karena berpikir aku sumber masalah.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA meringis, memukul pelan keningnya.
DIANA
Aku ... gak bermaksud gitu. (beat) Aku emosi banget pas lihat kalian pegangan tangan. Aku...,
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI memotong.
FAJRI
Stop, Na. (beat) Aku serius sama kamu, aku sayang sama kamu. Aku tetep mau kita rahasiain hubungan kita dari Marvin, tapi ... gimana kalo besok kita saling ngenalin satu sama lain ke keluarga kita?
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA terkejut, ia mengubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk seketika.
DIANA
(tersenyum)
Kamu serius?!
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI ikut tersenyum.
FAJRI
Iya. (beat) Mama aku juga penasaran sama pacar aku, haha.
INT. RUMAH DIANA - KAMAR DIANA - NIGHT
DIANA terlihat bersemangat.
DIANA
Mama aku juga! Haha. Ternyata orang tua kita gak ngelarang anaknya pacaran, ya? Haha.
EXT. DEPAN RUMAH FAJRI - NIGHT
FAJRI pun kembali melangkah ke teras rumahnya.
FAJRI
Kata Mama aku, yang penting gak ganggu pekerjaan.
(mendengarkan)
Tau kamu dari mana? Ya tau dari Laura. Dia bocor ke adek aku. Terus adek aku bocor ke Mama aku.
(mendengarkan)
Seriusan? Mama kamu penasaran soal aku? Hm, pas aku dateng nanti, Mama kamu mau aku bawain apa? Haha.
(mendengarkan)
Kok malah bahas masalah Laura lagi sih? Lagian bagus dia ngebohong gitu, jadinya Marvin gak begitu curiga sama kita berdua.
(mendengarkan)
Udah, sih. Gak usah dipikirin. Kan yang penting aku nya juga gak macem-macem?
(mendengarkan)
Yaudah, kamu istirahat, ya. Good night.
FAJRI mematikan sambungan teleponnya. Ia menggenggam ponselnya. Lalu tersenyum tipis.
FAJRI masuk ke rumahnya.
INT. RUMAH FAJRI - KAMAR - NIGHT
FAJRI berjalan masuk ke kamarnya, kemudian ia melihat ADEL yang tertidur dengan posisi tengkurap. Setengah kepalanya tertutup buku paketnya. Di telinga ADEL terdapat earphone.
FAJRI tersenyum getir, ia merasa sangat kasihan dengan adiknya. Ia pun menyingkirkan buku paket dari kepala ADEL. Namun, FAJRI sangat terkejut ketika melihat di balik buku itu terdapat ponsel yang masih menyala. Kita bisa lihat layar ponsel ADEL menunjukan video youtube yang durasinya 1 jam dan titik merahnya sudah hampir di akhir. Yang berarti ADEL menonton video itu, bukannya belajar.
FAJRI
(bergumam)
Ya ampun ini anak.
ADEL terbangun. Ia melihat kakaknya sekilas, awalnya tidak peduli. Sampai akhirnya ia melihat ponselnya berada di genggaman kakaknya.
ADEL meraih ponselnya.
FAJRI
Maksudnya apa, Dek?
Adel tampak berpikir keras, mencari alasan.
ADEL
Itu..., gue capek banget belajar mulu. Yaudah gue bosen dan nonton youtube.
Fajri menghela napasnya, ia membuka mulutnya hendak mengomeli adiknya, tapi ia menutupnya kembali.
FAJRI
Jangan gitu lagi.
Adel mengangguk menurut.
Fajri mengacak rambut adiknya pelan dan berlalu ke dapur. ADEL memerhatikan punggung kakaknya yang menjauh, lalu ia bernapas lega. Adel memukul pelan kepalanya, tanda ia mengutuk kecerobohannya. Adel tampak cemas, ia mengecek ponselnya, lalu ia bernapas lega. Fajri tidak mengotak-atik aplikasi chatnya.
Sebelum perpindahan scene, terlihat chat Laura di ponsel Adel. Yaitu: 'Jangan sampai ketahuan Mas Fajri. Kalau sampai ketahuan, gue gak bisa bantuin lo lagi.'.
INT. RUMAH DIANA - RUANG TAMU - DAY
DIAN menyiapkan sirup dan beberapa camilan di meja ruang ruang tamu. Rumahnya terlihat sangat rapi.
DIANA turun dari tangga, mengenakan dress putih selutut. Ia sedikit berdandan hari ini.
Dari arah dapur, Dion berjalan hendak duduk di sofa, tapi langkahnya terhenti ketika melihat Diana yang berpenampilan ekstra.
DION
Cantik banget anak, Om.
Dian pun menoleh ke arah tangga. Ia mengerutkan dahinya.
DIAN
Lho, itu bukannya dress yang dibeliin Marvin untuk acara ulang tahun Tante Mia besok, ya?
Diana mengangguk. Ia menaruh telunjuk di depan bibirnya.
DIANA
Sshhh, Mama diem aja.
Dian menyilangkan kedua tangannya.
DIAN
Gak sopan dong, itu kan dibelikan khusus untuk acara itu. Gimana kalo Marvin tau?
DIANA
Kak Marvin gak akan tau, asalkan Mama gak cerita.
Diana tertawa girang. Ia segera turun dari tangga.
DIANA
Ma, Om ... dia itu orangnya agak pemalu, jadi kalau misalnya dia agak susah membaur di awal-awal, tolong dimaklumin, ya.
Dian dan Dion saling melirik, lalu menghela napasnya.
DION
Kamu udah ngomong seribu kali, Na. Om sampe bosen dengernya.
DIANA
(tertawa)
Soalnya aku deg-degan.
DION
(ke Dian)
Cinta monyet. Haha.
Dian ikut tertawa.
Bel rumah mereka berbunyi.
DIANA
Ah, dia udah dateng! Mama dan Om tunggu di sini, ya.
Diana berjalan menuju pintu rumahnya. Dian dan Dion beralih ke depan sofa, berdiri berdekatan sembari menengok ke arah pintu Tak lama kemudian terlihat Fajri dan Diana berjalan mendekat ke arah mereka.
Fajri mengenakan kemeja dan celana jeans. Dian dan Dion saling bertatapan, lalu tersenyum. Fajri terlihat sangat tampan dan rapi.
Fajri salim ke Dion dan Dian.
FAJRI
Pagi, Om dan Tante. Nama saya Fajri, temannya Diana.
Lagi-lagi Dion dan Dian saling melirik. Diana memukul pelan lengan Fajri.
DIANA
(berbisik)
Temen doang?
FAJRI
(berbisik)
Gak enak, Na.
Dion dan Dian tertawa.
DIAN
Yaudah, duduk dulu, Fajri. Tante udah siapin minuman dan camilan. Makanan utamanya bentar lagi siap.
FAJRI
Iya, Tante.
Mereka berempat duduk di sofa, saling berhadapan. Dian dan Dion, lalu Fajri dan Dian.
DIONDiminum dulu sirupnya.
FAJRI
Baik, Om.
Fajri mengambil segelas sirup di meja yang membatasi antara ia dan Diana dengan Dian dan Dion.
DION
Kalau gak salah kita pernah ketemu di rumah sakit, ya?
Fajri menaruh kembali gelasnya di meja.
FAJRI
Benar, Om. Waktu itu saya memang ingin menjenguk Diana bersama Marvin, tapi kebetulan ada panggilan pekerjaan mendadak. Jadi, saya langsung pulang.
DIAN
Oh, kamu udah kerja?
FAJRI
Cuma sampingan, Tante.
DION
Emang kamu kerja apa?
FAJRI
Saat ini sih jadi pelatih badminton untuk anak SD sampai SMP dan part-time di restoran.
Dion tersenyum.
DION
Wah, pekerja keras ya kamu.
Fajri mengangguk, tersenyum.
DIAN
Iya. Padahal kamu masih sekolah. Kamu sekelas sama Marvin, kan?
FAJRI
Benar, Tante.
DIAN
Berarti kenal Diana dari Marvin?
FAJRI
(ragu-ragu)
Iya, Tante.
DION
Oh, berarti kalian dicombaling sama Marvin? (ke Dian) Wah, tebakan kita salah berarti, Mbak!
DIANA
Nggak. Bahkan Kak Marvin gak tau kalo kita pacaran.
Raut wajah Dian dan Dion berubah, bingung.
DIAN
Kenapa Marvin gak tau, Nak?
Diana menoleh ke arah Fajri, seolah-olah menyuruh Fajri yang menjawab. Dian dan Dion pun beralih fokus ke arah Fajri.
Tiba-tiba saja suara nyaring teko terdengar. Begitupun dengan bau khas sop ayam.
DIAN
Kayaknya sop udah mateng.
(ke Diana)
Bantu Mama dulu, yuk.
DIANA
(ke Dian)
Oke, Ma.
(ke Fajri)
Bentar dulu, ya.
Fajri mengangguk.
Diana dan Dian berjalan ke dapur, meninggalkan Fajri dan Dion.
Wajah Dion berubah serius ketika Diana dan Dian meninggalkan mereka. Fajri tersenyum canggung.
DION
Setelah lulus, kamu kuliah?
FAJRI
Nggak, Om. Saya mau langsung kerja.
DION
Ada niatan untuk kuliah?
FAJRI
Ada, Om. (beat) Tapi setahun atau dua tahun lagi.
DION
Oh, jadi kamu mau nabung dulu, ya.
FAJRI
Benar, Om.
DION
Emangnya kenapa gak langsung kuliah? Keluarga kamu masih bekerja, kan?
FAJRI
Udah nggak, Om.
DION
Kamu punya adik?
FAJRI
Punya, 1.
DION
Kelas berapa adikmu?
FAJRI
Baru mau lulus SMP, Om.
DION
(terkejut)
Oh, kamu tulang punggung keluarga?
Fajri mengangguk.
Dion memajukan badannya, ia semakin serius.
DION (CONT'D)
Kenapa Marvin gak tau kalau kalian pacaran? Jawab jujur.
Fajri menarik napasnya, ia mengepalkan tangannya, lalu memalsukan senyumannya.
FAJRI
Karena Marvin suka dengan Nana.
Dion menyeringai.
DION
Dan kamu tau hal itu?
FAJRI
Iya.
Dion mengangguk paham, ia tertawa sinis, lalu ia kembali bersandar.
DION
Yah, apa boleh buat? Nana ternyata lebih milih kamu.
Fajri pun menyeringai, ia memandang ke sembarang arah. Ia merasa direndahkan.
DION (CONT'D)
Jujur, ketimbang kamu ... Kami prefer Marvin.
Fajri mengangguk, ia mengangkat kedua alisnya.
DION (CONT'D)
Kami pikir Marvin lebih mampu menjaga Nana ketimbang kamu. Kamu tau alasannya kenapa? Karena anak dari keluarga miskin cenderung tetap miskin. Kamu mau tau lagi alasannya? Karena tidak ada yang menopang biaya pendidikan mereka. Tentu, banyak di antara mereka yang memiliki otak yang cerdas, tapi apa fungsinya otak cerdas tanpa uang?
FAJRI
Saya bisa kerja, lalu kuliah. Saya yakin saya mampu menjaga Nana lebih baik ketimbang Marvin.
DION
Tau apa kamu soal kehidupan pekerjaan jaman sekarang? (beat) Apa kamu punya saudara yang bekerja di perusahaan besar sebagai Manajer?
Fajri terdiam.
DION (CONT'D)
Jaman sekarang kalau mau bekerja, setidaknya kamu harus S1. Kamu cuma lulusan SMA? Jangan harap karirmu bisa naik.
FAJRI
Masih ada kok lulusan SMA yang bisa naik jabatan.
DION
Tentu. Asalkan kamu punya orang dalam atau atasan kamu suka sama kamu secara personal, (penekanan) bukan professional.
Napas Fajri tidak beraturan, pundaknya naik-turun menahan amarahnya, tangannya terus mengepal.
Diana datang dari dapur, tapi bukan ke arah mereka, tapi ke tangga. Diana tersenyum lebar sekali ke arah Fajri. Dion menatap senyuman Diana.
DIANA
(ke Fajri)
Sebentar dulu, ya.
Fajri mengangguk, memalsukan senyumnya. Diana pun terus melangkah ke lantai atas.
DION
Kamu tau, Fajri? Meskipun saya dan Dian mendukung Nana dengan Marvin, tapi kami tidak akan memaksakan perasaan Nana. Semenjak dia dekat dengan kamu, dia selalu bercerita tentang kamu. Senyumnya saat dia bersama Marvin berbeda dengan senyumnya ke kamu. (beat) Jadi, gimana kalau kamu dengarkan solusi dari saya?
Fajri tampak sangat malas untuk mendengarkan, tapi ia juga penasaran dengan usul Dion.
Dion menggoyangkan jari telunjuknya ke arah Fajri, menyuruhnya mendekat. Fajri pun mendekat.
DION (CONT'D)
Kamu tetap harus kuliah.
Fajri kehilangan kesabarannya.
FAJRI
Nggak bisa, Om. Saya...,
DION
(terpotong)
Sshhtt, dengerin saya.
Fajri kembali menutup mulutnya. Terlihat Dion tengah membisiki Fajri, namun tidak terdengar apa yang mereka bicarakan. Perlahan wajah Fajri berubah, ia bahkan menarik tubuhnya kembali.
FAJRI
Tapi, Om, gimana kalau Marvin tau?
Dion menggoyangkan jarinya lagi. Ia membisikan sesuatu.
DION
Yah, itu sih saran saya. Terserah kamu mau ikutin atau nggak. Di hidup ini, kamu gak bisa dapat semua yang kamu mau, kan? Coba kamu pikirin rencana saya. Kamu nantinya bisa sekolahin adik kamu, menjadi tulang punggung keluarga, dan menjaga Nana tanpa harus pikir panjang soal biaya pengobatannya.
Fajri terdiam. Ia memikirkan rencana Dion yang cukup bagus.
FAJRI
Tapi, kalo gitu, saya akan kehilangan...,
Omongan Fajri terhenti. Diana terlihat sedang menuruni tangga. Fajri menoleh ke arahnya.
Dion bisa paham kalau Fajri bimbang.
DION
Yah, kamu pikir aja dulu. Tapi jangan kelamaan. (beat, bercanda) Nanti diambil orang. Hahaha.
Dian muncul dari dapur.
DIAN
Ngomongin apa sih sampe serius banget? Yuk, makan dulu. Duduknya pindah ke meja makan, ya.
Diana merangkul tangan Fajri.
DIANA
Ayo. Kok malah bengong?
Fajri tersadar.
FAJRI
Eh, iya, Na.