Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KOMPLEKSITAS
Suka
Favorit
Bagikan
3. Dhoni dan Dangdut

Dhoni menjalani kehidupan normal bersama Tiara dan teman-teman barunya. Mereka bermain bareng, belajar bareng dan bercanda bareng.

Dhoni pun semasa SD ini sudah tidak menjadi anti-sosial, setidaknya kepada teman-teman sekelasnya.

Setiap pagi pun Tiara berangkat bareng ke sekolah bareng Dhoni.

Suatu pagi Tiara bertemu dengan Paman Dhoni saat akan mengajak pergi ke sekolah.

 

[TIARA] Pagi, Om. Dhoninya udah siap ke sekolah? 

[PAMAN] Dhoninya lagi siap-siap. Paling bentar lagi keluar. (Menyeruput kopi)

 

Dhoni keluar rumah sambil membawa dasi sekolah.

 

[DHONI] Paman. Aku ga bisa pake dasi. Bantuin. 

[PAMAN] (Jongkok dan merapikan dasi Dhoni) Ya, ampun. Kamu ini berbakat main piano tapi ga berbakat pake dasi.

 

Paman memakaikan dasi di kerah seragam Dhoni. Tiara tampak tertawa kecil seperti mengejek Dhoni karena tidak bisa mekakai dasi.

 

[PAMAN] Udah kelar. Tuh, Tiara udah nungguin. Hati-hati, ya. 

[TIARA] Kami pergi dulu, Om. 

[TIARA] (Sembari berjalan) Paman kamu kelihatan baik banget ya orangnya. 

[DHONI] Ya. Pamanku emang baik banget. Bisa dibilang Paman adalah pahlawanku.

 

Mereka pun berangkat sekolah selayaknya dua orang teman. Di sekolah pun Dhoni bermain dan bercanda dengan teman-teman barunya. Kehidupan yang menyenangkan.

Suatu saat ada tugas sekolah untuk membuat karya seni. Tiara mengajak Dhoni dan beberapa temannya untuk mengerjakan di rumah.

 

[TIARA] Kan ada tugas kesenian, nih. Gimana kalo besok kita kerjain bareng di rumahku? 

[TEMAN B] Boleh. Boleh. Ayuk kerjain bareng. Lagian ini susah banget kalo dikerjain sendirian. 

[TEMAN A] Ayuk. Ayuk. Kalo gitu besok, habis pulang sekolah langsung ke rumah Tiara. Jangan lupa bawa barang-barangnya, ya. 

[TIARA] Oke, deh. Kita besok miunta bantuin Papaku.

[TIARA] Papaku kan jago kalo soal beginian. Kebetulan besok Papa lagi libur besok. 

[DHONI] Oiya. Aku belum pernah ngeliat Papa kamu. Papa kamu orangnya gimana? 

[TEMAN A] Wah. Kamu belum pernah ketemu Papanya Tiara?

 

Dhoni bergeleng kepala. Temannya yang lain saling memandang satu sama lain. Mereka tersenyum dan memikirkan sesuatu yang usil.

 

[TEMAN A] Kalo gitu ga usah dikasi tahu dulu Tiara. Biar besok Dhoni liat sendiri.

 

Tiara hanya bergeleng kepala mendengar perkataan temannya. Teman yang lain melihat Dhoni dengan tatapan mengejek, seakan menanti sesuatu seru yang akan terjadi besok.

Sedangkan Dhoni hanya terdiam heran. Ada sedikit rasa takut muncul terpancar dari matanya. 

Keesokan harinya, tepat setelah pulang sekolah. Seperti yang dibicarakan, teman yang lain dan Dhoni membawa peralatan tugas ke sekolah dan bersiap pergi ke rumah Tiara.

 

[TIARA] Loh? Dhoni? Kamu ngapain bawa barang-barang tugas? 

[DHONI] Kan janjinya kemaren gitu. Kamu kok ga bawa? 

[TEMAN B] Bener juga. Mana barang-barangmu, Tiara? 

[TIARA] Kan kita mau ke rumahku. Jadi ngapain aku bawa barang ke sekolah. Kan berat, jadi aku tinggal aj di rumah. 

[TEMAN B] Bener juga. Aku lupa. Sialan juga kamu Tiara. (Tertawa)

 

Setelah mendengar Tiara, Dhoni juga baru sadar kalo rumah mereka sangat dekat dan merasa bodoh membawa barang-barang ke sekolah. 

Sesampainya di rumah Tiara, mereka disambut oleh Papa Tiara.

 

[PAPA TIARA] Wah. Rian, Andi, Rika. Udah lama kalian ga main ke sini. Gimana kabar kalian? Mantap? 

[TEMAN A, B, C] (Menjawab bersamaan) Mantap, Om! 

[PAPA TIARA] (Melihat Dhoni dan menghampiri) Wah. Kalo ga salah kamu yang baru pindah ke depan baru-baru ini, ya.

[PAPA TIARA] Ini pertama kalinya kamu main ke sini, ya. Siapa nama kamu?

 

Perawakan Papa Tiara sangat tegap dan wajahnya yang dipenuhi oleh kumis tipis dan jenggot membuat kesan seram pada Dhoni.

 

[DHONI] (Gugup dan intonasi bertanya) Na-Nama saya Dhoni, Om?

 

Papa Tiara melihat Dhoni yang gugup. Papa Tiara tampak tersenyum tipis, sedang ingin bersikap usil dan menggoda Dhoni.

 

[PAPA TIARA] Loh? Kok malah nanya. Kamu ini ngomongnya yang jelas dong. (Intonasi tegas dan berat)

 

Intonasi suara Papa Tiara yang berat membuat Dhoni ketakutan. Dhoni semakin gugup dan ketakutan. Tiara yang melihat bahasa tubuh Dhoni langsung menghentikan Papanya.

 

[TIARA] Papa. Udah. Papa bikin Dhoni jadi takut tuh. 

[PAPA TIARA] (Semakin gencar menggoda Dhoni) Hah? Kamu takut sama saya?

[PAPA TIARA] Padahal saya ga ngapain-ngapain kamu. Kamu ini cowo kan? Kamu gimana sih.

 

Dhoni semakin menunjukkan ketakutan pada Papa Tiara.

 

[PAPA TIARA] Kalo cowo itu harus kuat, harus tegas. Jangan takut sama hal-hal remeh kek gini. Padahal saya cuman pengen kenalan doang. 

[PAPA TIARA] Kamu harus tegas dan kudu bisa menunjukkan kalo kamu itu cowo. Paham? 

[DHONI] (Berusaha mengendalikan diri dan menjawab) I-I-I-Iya, Om. Paham. 

[PAPA TIARA] Bagus. Kalo udah besar nanti jadi anak buah Om kalo gitu.

[PAPA TIARA] Kita kerja bareng di kepolisian. 

[DHONI] Om polisi? 

[PAPA TIARA] Betul. Dan sekarang bikin sikap tegap.

 

Dhoni langsung mengambil sikap tegap. Karena tahu Papa Tiara polisi, Dhoni berusaha bersikap sesempurna mungkin.

 

[PAPA TIARA] Sekarang ulangi setelah Om. Saya akan menjadi cowo yang kuat. 

[DHONI] (Terbata-bata dan intonasi lemah) Sa-Sa-Saya akan menja-ja-ja-menjadi cowo yang ku-kuat. 

[PAPA TIARA] Masih kurang jelas. Suaramu juga kurang keras. Ulangi.

 

Dhoni dengan segenap kemampuannya berusaha mengendalikan diri dan mengeluarkan suara lantang

 

[DHONI] Saya akan menjadi cowo yang kuat! 

[PAPA TIARA] (Menepuk kepala Dhoni) Bagu. Bagus. Gitu baru cowo, oke?

 

Tiara dan teman yang lain hanya memperhatikan dari belakang Papa Tiara. Mereka tertawa kecil seakan sudah menduga apa yang akan terjadi.

Karena temannya yang lain sudah pernah digoda seperti itu oleh Papa Tiara.

 

[PAPA TIARA] Ya udah. Kerjain tugas kalian dengan rajin, ya. Kalo butuh bantuan Om ada di sebelah. Kalo udah kelar jangan lupa dibersihkan.

 

Papa Tiara pun berpindah ruangan meninggalkan anak-anak tersebut melakukan tugas sekolah mereka. 

Mereka pun segera mengambil tempat, menaruh barang-barang, dan segera bersiap mengerjakan tugas.

 

[DHONI] Kalian semua pernah diginiin sama Om? 

[TEMAN A] Iya. Makanya kemaren kami ga bilang apa-apa ke kamu. (Tertawa) 

[TEMAN C] Tapi ga usah takut. Papanya Tiara orangnya baik banget kok. Terus asik juga.

 

Meskipun dibilang begitu, kesan pertama Dhoni terhadap Papa Tiara adalah seram. Bayangan orang seram langsung lengket di kepala Dhoni. 

Mereka pun mengerjakan tugas kesenian dengan serius. Beberapa kali bercanda ringan seperti anak-anak biasa.

Papa Tiara pun menyajikan minuman dan makanan ringan kepada mereka. Beberapa menit sekali, Papa Tiara menghampiri mereka dan membantu. 

Sikap Papa Tiara sangat ramah dan teman-teman yang lain pun kadang ikut bercanda sama Papa Tiara. Dhoni pun percaya kalo Papa Tiara orang baik namun kesan seram tetap melekat di kepala Dhoni.

 

[PAPA TIARA] (Mengintip dari ruang sebelah) Dari tadi kalian serius amat. Ga asik banget hari ini. Kalo gitu Om putar musik deh kalo gitu. 

[TEMAN C] (Langsung berdiri senang) Mantap Om! Kalo boleh lagu yang biasa Om! Biar asik. 

[TEMAN A] (Ikutan berdiri) Setuju! Lagu biasa ya, Om! Kita asik-asikan bareng.

 

Dhoni tampak heran dengan apa yang mereka bicarakan. Sedang Tiara hanya memutar mata menunjukkan ekspresi lelah sambil menghela nafas.

Tiara tahu apa yang akan mereka lakukan. 

 

[TIARA] Dhoni. Kamu jangan sampe ikut-ikutan mereka, ya. 

[DHONI] Emang Om sama teman-teman mau ngapain?

 

Dari ruang sebelah Papa Tiara menyetel DVD player dan musik pun terdengar. Lagu yang diputar pun lagu dangdut. Goyang Nasi Padang.

Lagu dangdut dengan irama yang membuat seolah ingin berjoget. Teman A, B, C dan Papa Tiara pun berjoget bersama.

 

[PAPA TIARA] Asik! Asik!

[TEMAN C] Ser! Ewer! Ewer! 

[TEMAN A] Ser! Ewer! Ewer!

 

Tiara hanya menepuk jidatnya sambil bergeleng kepala. Dhoni tampak bingung dengan lagu yang didengar.

 

[TIARA] Kalo kek gini, tugas kita ga bakal kelar. 

[DHONI] Ini lagu apa? 

[TIARA] Lagu dangdut. Papaku suka sekali lau dangdut.

[TIARA] Kalo teman-teman datang ke sini terus ada Papa. Pasti selalu nyetel lagu dangdut terus joget bareng.

 

Dhoni baru pertama kali mendengar lagu dangdut. Ditambah lantunan nadanya sangat unik seolah mengajak bergoyang.

Kesan Dhoni terhadap Papa Tiara yang seram pun langsung runtuh. Begitu melihat Papa Tiara berjoget bersama teman-temannya.

Dhoni pun tertawa.

 

[DHONI] Lagunya unik, ya. Ini pertama kalinya aku dengar lagiu kek gini. 

[TIARA] (Kaget) Kamu belum pernah dengar dangdut? Kamu dengerin apa biasanya? 

[DHONI] Kebanyakan lagu yang kudengar itu lagu klasik.

[DHONI] Buat latihan sama belajar piano juga. 

[DHONI] (Mengambil buku not baloknya dari tas) Kira-kira lagu dangdut bisa kumainkan di piano ga ya? 

[TIARA] Kamu ngapain? Nulis lagu ini buat dimainin di piano? 

[DHONI] Iya. Karena unik aku pengen coba di rumah nanti. 

[TIARA] Oh iya! Rumah kamu kan di depan. (Teringat)

[TIARA] Ayuk kita pindah ke rumahmu, aja. Kalo di sini nanti ga kelar-kelar tugas kita.

 

Tiara pun menghampiri teman-temannya yang sedang berjoget.

 

[TIARA] Woi, teman-teman! Kita pindah ke rumah Dhoni.

[TIARA] Kalo di sini nanti kerjaan kalian cuman joget bareng Papaku. Ga kelar ngerjain tugas jadinya.

[TEMAN A] Eh? Padahal lagi asik, nih. 

[TIARA] Udah! Udah! Cepat pindah buruan.

 

Dengan kecewa yang lain pun berhenti berjoget dan mengambil barang-barang untuk pindah ke rumah Dhoni.

 

[PAPA TIARA] Oke! Kalo udah kelar ngerjain tugas, entar ke sini lagi. Lanjut joget, oke?

[TEMAN A, B, C] Oke, Om! 

Mereka pun segera berpindah ke rumah Dhoni yang ada tepat di depan. Sementara Papa Tiara masih lanjut mendengar lagu dangdut dan berjoget.

Di rumah Dhoni sedang tidak ada siapa-siapa.

 

[TIARA] Paman kamu lagi ga ada di rumah? 

[DHONI] Iya. Jadwal kerja Pamanku agak tidak teratur.

[DHONI] Tergantung dari rekan kerjanya sama panggilan sutradara. 

[TEMAN B] Emangnya Pamanmu kerjanya ngapain? 

[DHONI] Pamanku penulis naskah. Nulis naskah buat film, sinetron, atu kadang drama radio. 

[TEMAN C] Terus, Papa sama Mama kamu di mana?

 

Dhoni pun tampak gelisah dengan pertanyaan tersebut.

Namun, Tiara yang tahu bahasa tubuh Dhoni langsung mengalihkan perhatian.

 

[TIARA]Eh, katanya di rumahmu ada piano? Di mana? 

[TEMAN A] Wuih? Kamu punya piano di rumah? Kamu bisa main piano? 

[TEMAN C] Eh? Eh? Kamu bisa main piano? Coba main. Aku pengen lihat.

 

Berkat Tiara pembicaraan pun teralihkan. Dhoni melihat Tiara dengan tatapan terima kasih. Tiara pun hanya membalas dengan anggukan kecil.

Sekarang teman-temannya tertarik ingin melihat Dhoni bermain piano. Piano ada di ruang belakang sebelum dapur.

Dhoni pun bermain piano seperti permintaan temannya.

 

[TEMAN B] Gila! Gila! Keren! Main pianomu bagus banget! 

[TEMAN A] Kok kamu ga kasih tahu sih. Kalo kamu jago main piano. Hebat banget main pianomu. 

[DHONI] (Tampak tersipu malu) Ah.. Terima kasih.

 

Selain Paman, ini pertama kalinya Dhoni dipuji orang karena permainan pianonya.

Dhoni pun memainkan lagu dangdut yang barusan di rumah Tiara. Bakat piano Dhoni memang bukan main-main. Dhoni adalah seorang prodigy piano.

Teman-teman yang lain pun bersorak senang. Mereka pun berjoget lagi diiringi permainan piano Dhoni.

 

[TIARA] (Tampak kaget dan kecewa) Oh, Tidak! Dhoni! Kamu ternyata ketularan mereka!

[TIARA] Tidak! Kalo gini tugasnya kapan kelar! Tidak!

 

Mereka pun hanya tertawa melihat tingkah Tiara.

 

[TEMAN B] Mantap, Dhon! Asik! Asik!

[TEMAN C] Ser! Ewer! Ewer! 

[TEMAN A] Ser! Ewer! Ewer!

 

Setelah dipaksa Tiara untuk berhenti mereka baru menyelesaikan tugas kesenian sekolah. Mereka sampai jam 4 sore di rumah Dhoni.

Ketika tugas mereka sudah selesai, mereka kembali mendegar permainan Dhoni. Dan, teman-teman yang lain pulang dengan perasaan kagum kepada Dhoni.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar