Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
86. EXT. JALAN PERUMAHAN – PAGI.
Text : Tiga minggu kemudian.
Maudy berjalan menyusuri jalanan perumahan sambil menatap surat yang ada di tangannya.
87. EXT. DANAU – PAGI – FLASHBACK
(Sama seperti scene #77)
HANSI
Kalau aku tidak sempat menemui Alya, maukah kamu mengantar suratku untuknya? Mengakulah teman kerjaku.
88. EXT. DEPAN RUMAH ALYA – PAGI - PRESENT
Maudy menatap pintu rumah Alya sambil menarik nafas dalam-dalam, lalu mengetuknya beberpa kali.
MAUDY
Permisi.
ALYA (O.S)
(Menyahut dari dalam rumah)
Sebentar
Maudy mundur dua langkah. Saat pintu terbuka, Alya menatap Maudy dengan wajah bingung.
ALYA
Ada yang bisa saya bantu?
89. INT. RUANG TAMU – PAGI
Maudy duduk di kursi sambil memperhatikan sekitar. Alya meletakan segelas minuman ke atas meja, lalu duduk di hadapan Maudy.
ALYA
Jadi... kamu temannya Hansi? Siapa namamu tadi?
MAUDY
Maudy.
ALYA
Aku Alya... Kalau kamu datang kemari berarti udah tahu, ya?
Maudy mengangguk.
ALYA
Teman sekolah? Kulah? Apa kerja?
MAUDY
Kerja,. Aku dan Hansi rekan kerja.
ALYA
(Mengangguk)
Sebenarnya aku masih kaget waktu anak itu bilang mau menulis novel.
MAUDY
Sejujurnya, tulisan Hansi agak payah.
ALYA
(Tersenyum simpul)
Kalau kamu ke sini berarti Hansi cerita tetangku, ya?
MAUDY
(Tersenyum)
Hansi banyak cerita soal kamu.
ALYA
Ya ampun, dari dulu dia selalu lancang.
Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Tak lama setelah itu terdengar suara ketukan di pintu.
ALYA (CONT'D)
Maaf, apa kamu keberatan kalau membahasnya sambil jalan?
Maudy menatap Alya heran, Alya bergegas membukakan pintu. Tampak seorang laki-laki dengan setelan jas rapi.
CALON SUAMI ALYA
(Mencium pipi kiri dan kanan Alya)
Ada tamu?
ALYA
Iya, kenalanku di tempat kerja. Aku mau mengantarnya ke halte. Kamu istirahatlah dulu.
Calon suami Alya menatap Maudy, lalu Maudy tersenyum.
90. EXT. DEPAN RUMAH ALYA – PAGI
Alya dan Maudy berdiri di depan rumah memandang ke seberang jalan.
ALYA
Kami menikah minggu depan. Dia agak posesif, jadi aku nggak bisa bicara tentang Hansi di depannya. Kamu nggak keberatan kalau kita bicara di luar, kan?
MAUDY
(Mengangguk)
Itu....
Maudy menunjuk ke rumah di seberang jalan. Di situ terdapat rumah dua lantai yang sudah tampak usang, di beberapa bagian catnya sudah memudar. Terdapat papan bertuliskan kata ”DIJUAL” menggantung di depan pagar yang ditumbuhi lumut.
ALYA
Hansi juga cerita? Itu rumah lamanya. Di jual tapi nggak pernah laku.
Maudy dan Alya menyeberangi jalan untuk melihat rumah Hansi dari dekat.
ALYA (CONT’D)
Waktu pertama kali pindah ke sini, aku nggak punya teman, banyak anak yang menjauhiku karena keluargaku bermasalah. Saat itu cuma Hansi satu-satunya temanku. Dia banyak membantuku melewati masa-masa itu. Meski agak bodoh, tapi dia sosok teman yang baik.
MAUDY
Kamu menyukainya?
91. EXT. JALAN PERUMAHAN – PAGI
Maudy dan Alya berjalan beriringan menyusuri jalanan perumahan yang sepi.
ALYA
Ada waktu dimana aku menyukainya, dan kupikir Hansi juga menyukaiku. Tapi beberapa tahun yang lalu sesuatu terjadi, tiba-tiba dia sangat membenciku. Pasti Hansi juga udah cerita, kan?
MAUDY
Iya.
ALYA
(Heran)
Kalian serius cuma teman?
MAUDY
(Bingung)
Ee… iya. (beat) Pertama kali bertemu dia sangat menyebalkan. Seperti yang kamu bilang, dia suka berbuat semaunya. Hidupku sangat berantakan waktu itu, dan Hansi… dia membantuku melewatinya. Aku berhutang budi padanya.
ALYA
(Tersenyum)
Tapi kamu menyukainya?
MAUDY
(Menggeleng sambil tersenyum)
Kami cuma teman, Hansi selalu menyukaimu.
92. EXT. TAMAN – PAGI
Maudy dan Alya duduk di kursi taman. Alya merenung memikirkan perkataan Maudy. Maudy mengaambil surat dan buku Norwegian Wood dari dalam tas, lalu menyerahkannya ke Alya. Alya menerima buku dan surat tersebut, lalu memandanginya selama beberapa saat.
93. INT. PERPUSTAKAAN – SIANG – FLASHBACK
Tangan Alya menyerahkan buku Norwegian Wood ke Hansi.
ALYA
Ambilah, aku janji meminjamkannya padamu kalau berhasil melewati ujian perbaikan, kan?
94. EXT. TAMAN – PAGI – PRESENT
Alya masih memandangi buku terebut.
MAUDY
Sebelum pergi, Hansi memintaku memberikan ini ke kamu.
Alya membuka surat perlahan-lahan, lalu membacanya. (CU) Surat Hansi.
HANSI (V.O)
Aku senang waktu mendengar kamu akan menikah. Mungkin aku tidak bisa datang, tapi aku mendoakan yang terbaik untukmu.
(beat)
Maaf sudah menyalahkanmu atas sesuatu yang tidak kamu lakukan. Sejak hari itu aku selalu mengutuk diriku sendiri. Memang apa yang aku lakukan saat itu sangat jahat dan tidak pantas dimaafkan, jadi aku terima kalau kamu membenciku. Terima kasih. Aku bersyukur bisa mengenalmu. Semoga hidupmu selalu beruntung Ps. Maaf baru sempat mengembalikan bukumu setelah delapan tahun.
Alya hampir menangis, tapi dia menahannya, lalu dia tertawa kecil sesenggukan.
ALYA
Dasar bodoh (Sambil menyeka matanya)
Alya melipat kembali surat tersebut, lalu menarik nafasnya dalam-dalam.
MAUDY
Aku sudah meminta Hansi untuk memberikannya langsung padamu, tapi sepertinya dia takut.
ALYA
(Tertawa lirih)
Aku sudah memaafkannya. Meskipun sakit, tapi aku sudah memaafkannya sejak lama. Hanya saja, hubungan kami memang nggak bisa kembali seperti semula.
MAUDY
Sebenarnya... ada satu hal lagi yang ingin kukatakan.
ALYA
(Menatap Maudy)
Apa?
MAUDY
Sejak menyerahkan surat dan buku itu, Hansi tiba-tiba menghilang. Aku juga nggak bisa menghubunginya. Apa kamu tahu dia dimana?
ALYA
(Terkejut, menatap Maudy lekat-lekat)
Kamu nggak tahu?
Maudy menggeleng pelan.
ALYA (CONT’D)
Kamu rekan kerjanya tapi nggak tahu?
Maudy diam sejenak, lalu menggeleng lagi.
ALYA (CONT’D)
(Menghela nafas)
Maaf, kupikir kamu udah tahu, dan karena itulah kamu datang kemari.
MAUDY
Apa maksudmu?
ALYA
Ee… Aku bingung gimana cara mengatakannya. Tapi Hansi sudah meninggal.
CUT TO BLACK
ALYA (V.O)
Dia korban kecelakaan kereta.
Credit Title