Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KERETA
Suka
Favorit
Bagikan
2. Seq #1

5. INT. MINIMARKET – GUDANG – PAGI

Maudy duduk di kursi, sementara Manajer berdiri di depan Maudy dengan kedua tangan terlipat.

MANAJER

Kamu yakin mau berhenti?

MAUDY

(Menunduk)

Iya.

MANAJER

Keputusanmu udah bulat?

MAUDY

Iya.

MANAJER

Sejujurnya, aku sangat menghargai kalau kamu mau mempertimbangkannya lagi.

Maudy menggeleng pelan.

MANAJER (CONT’D)

Dengar, selama dua tahun di sini kerjamu bagus. Kita juga sedang kekuragan orang. Akan sangat berat kalau kamu juga pergi. Kalau masalahnya uang, aku bisa menaikan....

MAUDY

(Mendongakan kepala, memotong ucapan manajer)

Saya ingin berhenti.

Manajer menarik nafas, lalu mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya. Manajer menunduk lalu memberikan kartu namanya pada Maudy.

MANAJER

Hubungi aku kalau perlu sesuatu. Sekali lagi aku turut berduka atas kematian Ibumu.

 

6. INT. MINIMARKET – KASIR – PAGI.

Maudy meletakan dua kaleng kopi ke atas meja kasir.

GADIS PENJAGA KASIR

Jadi Kak Maudy beneran berhenti?

MAUDY

(Mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar)

Iya.

GADIS PENJAGA KASIR

Sayang sekali, (Menatap tas jinjing Maudy) Emangnya Kakak mau pergi kemana?

MAUDY

Belum pasti.

GADIS PENJAGA KASIR

(Memberikan uang kembalian)

Aneh sekali… Berapa lama?

MAUDY

Belum tahu. (Mengambil satu kaleng kopi, lalu memberikan sisanya ke gadis penjaga kasir) Satunya untukmu

GADIS PENJAGA KASIR

(Heran)

Kakak baik-baik aja, kan?

MAUDY

(Tersenyum tipis)

Di depan kamarku ada kipas angin nggak terpakai. Barang tua, tapi masih bagus. Kalau kamu mau ambil saja. (Lalu pergi meninggalkan minimarket)

GADIS PENJAGA KASIR

(Senang, Agak berteriak)

Beneran? Makasih, kak! Semoga perjalannya lancar!

7. EXT. DEPAN MINIMARKET – PAGI

Di depan minimarket Maudy membuang kartu nama manajernya ke tong sampah yang ada di sampingnya.

8. INT. STASIUN KERETA API – PAGI

Stasiun ramai. Maudy berjalan melewati kerumunan orang. Maudy mengantre, lalu menunjukan tiket dan kartu identitasnya pada konter pengecekan tiket.

 

9. INT/EXT. KERETA – PAGI

Kursi kereta berhadap-hadapan. Maudy mencari kursi tempat dia duduk. Namun, Maudy kesal saat melihat kursinya sudah ditempati oleh seorang laki-laki (HANSI, 25 th). Maudy meletakan tas jinjingnya ke bagasi atas, mengambil buku dan air mineral, lalu menegur Hansi yang sedang asik menulis sesuatu di kertas.         

MAUDY

Permisi.

Hansi mendongakan kepalanya menatap Maudy.

MAUDY (CONT’D)

Itu kursiku.

Hansi menunjuk kursi kosong di depannya.

MAUDY (CONT’D)

Bisa minggir?

Hansi tetap tidak menanggapi, hanya menatap Maudy. Maudy yang kesal menarik nafas, lalu menengok ke kiri dan ke kanan mencari petugas kereta api,

MAUDY (CONT’D)

(Mengangkat tangan memanggil petugas)

Pak!

HANSI

(Terkejut)

Eh, tunggu-tunggu.

Hansi membereskan barang-barangnya, lalu pindah ke kursi di depannya dengan segera.

HANSI (CONT’D)

Silakan....

Maudy mendengus, lalu duduk di kursi yang ditinggalkan Hansi. Tak lama setelah itu petugas kereta api datang.

PETUGAS KERETA

Ada yang bisa saya bantu?

MAUDY

(Menggeleng)

Sudah beres, makasih.

Petugas kereta api tersenyum, lalu meninggalkan Maudy dan Hansi. Maudy memasang headset ke kedua telinganya. Tak lama kemudian pintu-pintu tertutup. Kereta mulai berjalan meninggalkan stasiun. Maudy melamun memandang orang-orang di luar jendela.

10. INT. RESTORAN KELUARGA – MALAM – FLASHBACK.

Suasanya restoran hening. Maudy dan Ibunya duduk berhadapan. Ibu Maudy menyantap makanan sementara Maudy cuma minum.

IBU MAUDY

Nggak makan?

MAUDY

Baru nggak lapar.

IBU MAUDY

Wajahmu juga pucat. Nggak sakit, kan?

MAUDY

(Menggeleng)

Cuma agak ngantuk. Hari ini kuliah sampai sore.

IBU MAUDY

Tapi kamu keliatan kurusan.

MAUDY

Iya.

IBU MAUDY

Makanlah, biar dikit yang penting makan. Ibu pesenin, ya?

MAUDY

Nggak usah, nanti aja.

Ibu Maudy tampak kecewa, lalu lanjut menyantap makanannya. Maudy menatap jam dinding di belakang Ibu, sudah pukul sembilan malam.

MAUDY (CONT’D)

Jadi… kenapa Ibu tiba-tiba ke sini?

IBU MAUDY

(Menyindir Maudy)

Nggak ada alasan khusus. Hanya saja, ada orang yang nggak bisa Ibu hubungi. Telepon nggak diangkat. Pesan nggak dibalas. Tau nggak? Ibu sangat khawatir sampai-sampai harus menemuinya langsung. (Tertawa lirih)

MAUDY

(Menghela nafas panjang)

Malam ini nginep di mana? Mau kucariin hotel?

IBU MAUDY

Nggak nginep. Jam dua belas nanti Ibu pulang. Tiketnya udah dipesan.

Maudy melirik barang bawaan Ibu. Hanya ada tas selempang kecil di atas meja (Menandakan Ibu Maudy tidak berencana menginap dari awal)

IBU MAUDY (CONT’D)

Besok siang ada rapat. Kantor penerbitan baru sibuk. Bulan depan majalah terbit tapi sampai sekarang belum masuk cetak. Banyak artikel bermasalah yang bikin Ibu pusing.

MAUDY

Kalau sibuk harusnya Ibu nggak usah repot-repot ke sini.

IBU MAUDY

Justru itu, karena stress Ibu pengen jalan-jalan sebentar, sekalian refreshing nenangin pikiran. Lagian… kalau Ibu nggak datang kamu juga nggak ada niatan buat pulang, kan?

Maudy tertawa kecut.

11. INT. KERETA – PAGI – PRESENT.

Beberapa penumpang tertidur. Maudy membaca buku dengan tenang, sementara Hansi tampak sibuk menuliskan sesuatu di kertas. Saat kebingungan harus menulis apa, Hansi melempar pandangan keluar melalui jendela, lalu menatap buku yang dibaca Maudy. (CU) Buku Norwegian Wood yang dibaca Maudy.

HANSI

Lagunya bagus.

Maudy tidak mendengar karena telinganya terpasang headset. Namun, Maudy sadar kalau Hansi menatapnya dan mengajaknya bicara. Karena itu Maudy melepas sebelah headsetnya, lalu menatap Hansi.

HANSI (CONT’D)

Lagunya bagus.

Maudy masih diam, tidak mengerti maksud ucapan Hansi.

HANSI (CONT’D)

Norwegian Wood (Judul buku). Aku pernah membacanya. (beat) Bukunya bagus, lagunya juga. Salah satu lagu beatles favoriku.

Maudy masih tidak menanggapi. Hansi mengeluarkan buku dari dalam tasnya, lalu menunjukannya ke Maudy. (CU) Buku Norweian Wood cetakan lama milik Hansi.

HANSI (CONT’D)

Lihat, kebetulan aku juga bawa bukunya, tapi ini cetakan lama.

Maudy tetap diam mengabakan Hansi. Maudy kembali memasang headset, lalu lanjut membaca buku. Hansi terdiam kikuk. Tak lama setelah itu, Kereta melintasi terowongan yang gelap.

12. EXT. JALANA KOTA – MALAM – FLASHBACK

Maudy menemani Ibunya berjalan kembali ke stasiun.

IBU MAUDY

Menurutmu gimana kalau Ibu berhenti dari kantor penerbitan?

MAUDY

(Heran)

Kenapa berhenti?

IBU MAUDY

Nggak tahu, tiba-tiba kepikiran.

MAUDY

Kalau alasannya nggak jelas lebih baik jangan.

IBU MAUDY

Kenapa jangan?

MAUDY

Tahun depan aku lulus. Habis lulus sibuk bekerja, mungkin nanti juga akan menikah. Aku ingin hidup sendiri. Jadi… kupikir lebih baik Ibu tetap punya kesibukan.

Ibu Maudy tertawa, Maudy menatap Ibunya heran.

IBU MAUDY

Kamu udah kepikiran buat menikah? Beneran udah besar ternyata. (Masih tertawa mengejek Maudy)

MAUDY

(Kesal)

Itu cuma gambaran.

IBU MAUDY

(Menghela nafas)

Carilah orang yang tepat.... jangan sampai kamu berakhir seperti Ibu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar