Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kekasih Akhir Pekan
Suka
Favorit
Bagikan
12. Kekasih Akhir Pekan

51. INT. RESTORAN — SIANG

Nata sedang duduk di kursi. Melirik jam tangannya kemudian melirik ke arah pintu masuk dengan gelisah. Dia juga mengambil ponselnya mengecek beberapa hal, melirik jam tangan lagi, melirik pintu masuk lagi.

Nata menghembuskan napasnya lega saat melihat Sindy yang ia kira Sandra berjalan memasuki restoran. Nata melambaikan tangan, senyum tipisnya muncul tidak lama. Pandangannya meredup saat Sindy berjalan mendekat dan menarik kursi di depannya dan duduk di sana.

SINDY
Kayaknya lo udah tau siapa gue.


Sindy memandangi Nata dalam diam begitu juga dengan Nata. Beberapa detik bertatapan, Nata mengalihkan pandangannya.

SINDY (CONT'D)
Gue yang chat lo pakai nomor Sandra.
Mulai sekarang, sampai sisa kontrak kita berakhir, gue yang akan jadi kekasih akhir pekan lo. Tinggal 3 kali pertemuan lagi, right?


cut to

52. RUMAH OMA HANUM - MEJA MAKAN — SIANG

Oma Hanum, Sindy dan Nata makan siang dalam diam. Suasana yang tampak senyap dan hanya diisi suara sendok bertemu piring. Sindy melirik kecil pada wajah Nata yang tampak suram dan Oma yang makan dengan tenang di tempatnya.

Sindy menghabiskan makanan di dalam piringnya. Mengambil air minum, menenggaknya, dan kembali meletakan gelas di atas meja.


cut to

53. RUMAH OMA HANUM - TERAS BELAKANG — SIANG

Sindy dan Oma Hanum duduk santai di teras belakang. Di atas meja yang terletak di tengah mereka ada dua buah gelas berisi minuman segar. Oma Hanum menoleh pada Sindy.

OMA HANUM
Ke mana Sandra?

Sindy terkejut. Menatap Oma Hanum dengan bingung. Oma Hanum hanya tersenyum dan kembali menatap ke depan.

OMA HANUM
Oma pernah nggak sengaja lihat foto copy KTP kamu di kamar Nata. Dan surat kontrak kalian juga.

Menatap Sindy lagi yang masih terkejut di tempatnya.

OMA HANUM (CONT'D)
Oma sudah menduga dari awal Nata akan melakukan cara apa pun untuk mengabulkan permintaan Oma yang ingin dia punya pacar. Termasuk salah satunya menyewa jasa pacar sewaan.
Oma tadinya ingin membongkar di pertemuan pertama kita. Tapi Oma mau lihat dulu sampai mana rencana Nata berjalan.
Lalu di Minggu kedua, Sandra datang. Dia sangat berbeda dengan kamu. Dia canggung, tapi lebih ramah. Dia bercerita dengan detail tentang pekerjaannya di sekolah, terutama tentang murid-muridnya. Seolah-olah dia benar-benar berprofesi sebagai seorang guru.
(terkekeh kecil)
Entah keceplosan atau bagaimana, tapi Sandra juga bercerita tentang kamu. Dia bilang dia punya saudara kembar identiknya yang nakal tetapi dia sangat sayangi.
Kemudian Oma cari tahu tentang semuanya melalui teman Nata mantan klien kamu dulu juga. Lalu Oma cari tahu juga guru matematika di SMP 23 yang bernama Sandra dan ternyata benar adanya. Ternyata kalian dua orang yang berbeda.
Dan hari ini, bukan Sandra yang datang tapi kamu. Aura kalian, gestur kalian sangat berbeda. Itu yang membuat Oma langsung tahu bahwa gadis yang dibawa Nata hari ini bukan Sandra yang asli, tapi Sindy, saudara kembarnya.

Sindy menundukkan pandangannya, kemudian menatap Oma Hanum yang masih memandang lurus ke depan.

SINDY
Waktu itu saya kecelakaan. Tapi saya sudah terlanjut menandatangani kontrak dengan Nata dan Nata membayar lebih dari yang harus dia bayar. Jadi saya meminta bantuan Sandra untuk menggantikan saya sementara sampai saya sembuh dan bisa kerja lagi.
Saya sudah sembuh sejak beberapa bulan yang lalu. Harusnya pun Sandra hanya menggantikan saya 3 atau 4 kali perempuan.
Tapi--
OMA HANUM
(memotong ucapan Sindy)
Tapi mereka jatuh cinta?
SINDY
(menatap Oma Hanum terkejut)
OMA HANUM
(Santai)
Saya sangat mengenal cucu saya. Wajahnya memang selalu datar tapi kalau ada sesuatu yang sangat membekas untuknya, dia cukup ekspresif. Ya, Oma hanya tahu saja ada yang berbeda di wajahnya.
Dia selalu senyum kalau Oma bertanya tentang Sandra. Dia selalu bersemangat kalau akhir pekan akan datang. Bertanya sama Bibi soal masakan yang akan disajikan untuk makan siang akhir pekan. Dia bahkan request soal menu yang disukai Sandra.
SINDY
Ternyata Sandra nggak bertepuk sebelah tangan.
OMA HANUM
(menoleh pada Sindy)
Sandra mengira begitu?
SINDY
(mengangguk)
OMA HANUM
Mereka berdua sama saja.
Nata memang kurang peka untuk menyampaikan perasaannya. Dia memang orang yang sedikit sulit soal perasaan sendiri.
Anak itu memang harus belajar lebih banyak lagi.


cut to

54. EXT/INT - JALAN RAYA - MOBIL NATA — SORE

Nata dan Sindy berada di dalam mobil yang melaju di jalan raya. Nata yang memandang fokus ke depan juga Sindy yang melakukan hal sama. Mobil kemudian berhenti saat lampu merah dan Nata melirik pada Sindy yang masih asyik menatap ke depan.

SINDY
Biaya jasa selama 12 kali pertemuan lo dan Sandra akan gue transfer lagi nanti malam.
NATA
(menoleh)
SINDY
Sandra yang mau. Katanya dia nggak mau dibayar sebagai pacar pura-pura lo.
NATA
Nggak perlu.
SINDY
Perlu. Gue nggak terima uang gelap. Gue cuman terima bayaran yang udah gue kerjain.
NATA
Kalau begitu minta Sandra yang kasih ke saya langsung.
SINDY
(terkekeh)
Lo gengsian juga, ya?
NATA
(menoleh tidak suka)
SINDY
Sandra cerita ke gue soal siapa lo. Teman masa kecilnya, cinta pertamanya. Dan bagaimana dia yang berdebar setiap ketemu sama lo. Bagaimana dia yang cerita kalau lo meragukan perasaan dia.
NATA
Kalau kamu jadi saya, apa kamu percaya dengan orang yang mengaku suka sama kamu di pertemuan ke empat kalian?
SINDY
Tapi kan kalian saling kenal waktu kecil. Mungkin menurut lo nggak masuk akal Sandra masih terus-terusan mengingat lo dan langsung suka gitu aja padahal saat itu Sandra masih kelas 3 SD.
Tapi kehadiran lo di hidup Sandra saat itu benar-benar menjadi penerang hari-hari dia. Gue dan Sandra kembar tapi kita terpaksa pisah karena Sandra ikut orang tua angkatnya. Orang baru yang sama sekali belum dia kenal sebelumnya. Dia nggak kenal siapa-siapa di sana untuk menghadapi lingkungan barunya sampai dia ketemu sama lo.
Setiap momen antara lo dan Sandra dulu, selalu dia ingat dengan jelas. Bahkan sapu tangan pemberian lo masih dia simpan dengan rapi.


cut to

55. EXT. TAMAN BERMAIN — SORE (FLASHBACK)

Sandra kecil berada di sebuah taman bermain yang dipenuhi anak-anak. Sandra duduk di dekat pohon rindang seorang diri tanpa bergabung dengan yang lain. Gadis kecil itu menyendiri dengan memeluk lutut dan menyembunyikan wajah pada kedua lututnya yang dilipat. Lalu Nata datang, berdiri di depan Sandra kemudian ikut berjongkok menatap gadis kecil itu.

Sandra yang merasakan kehadiran seseorang kemudian mengangkat kepalanya. Menatap Nata dengan wajahnya yang basah air mata.

Nata mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantong celananya dan mengulurkannya kepada Sandra.

NATA
Anak kelas 3 SD nggak boleh nangis.
SANDRA
Kenapa?
NATA
Kan udah besar.
SANDRA
Aku kangen Sindy.
NATA
Sindy siapa?
SANDRA
Kakak kembarku.
NATA
Kamu punya saudara kembar?
(kagum)
Woah. Berarti wajah kalian kembar, dong?
SANDRA
(mengangguk)
NATA
Terus sekarang kakak kembar kamu di mana?
SANDRA
(menggeleng)
Aku mau ketemu Sindy. Aku mau main sama Sindy.
(mewek)
NATA
Eh, eh, jangan nangis lagi. Main sama Sindynya nanti aja. Kamu main sama aku dulu, gimana?
Kita main ayunan yuk?

Nata menarik tangan Sandra untuk ikut berdiri. Kemudian membawanya mendekat pada arena permainan. Sandra yang berjalan di belakangnya itu mengusap air matanya dengan sapu tangan yang Nata berikan.

NATA
(menoleh pada Sandra)
Kamu mau naik ayunan?
SANDRA
(mengangguk)
NATA
Ayok, aku yang dorong.
Tapi kamu jangan nangis lagi, ya. Kamu bisa main sama aku dulu sampai nanti Sindy datang.
SANDRA
(mengangguk)


cut to

57. EXT/INT. RUMAH ORANG TUA ANGKAT SANDRA DULU - DAPUR - HALAMAN — SORE (FLASHBACK)

Sandra kecil dan Nata kecil duduk di meja makan. Memakan es krim sambil saling tertawa dan bercanda. Nata kemudian turun lebih dulu dari kursi dan berlari menuju pintu keluar. Sandra menyusul di belakangnya. Mengejar Nata yang berlari menuju halaman samping rumah Sandra. Mereka bermain kejar-kejaran mengelilingi mobil yang terparkir di sana.


cut to


58. EXT. TAMAN BERMAIN — SORE

Sandra kecil dan Nata kecil sedang bermain pasir di taman.

NATA
Mainan anak kelas 3 SD tuh nggak seru. Mainnya ayunan, perosotan. Eh, sekarang main masak-masakan.
SANDRA
Emangnya kalau anak kelas 6 mainnya apa?
NATA
Banyak. Bisa main gambaran, main kelereng. Adu tamiya.
SANDRA
Tapi kamu mau main ayunan sama perosotan?
NATA
Soalnya kalau aku nggak temenin kamu main, nanti kamu nangis.
SANDRA
(tertawa)
Ya udah kalau gitu, besok aku mau main tamiya. Nanti aku minta Papa beliin tamiya. Papa aku baik, tahu.
NATA
Emangnya kamu bisa main tamiya?
SANDRA
Bisa.
NATA
Oke, besok sore aku ke rumah kamu ya, bawa tamiya.
SANDRA
Oke.


cut to

59. EXT. TERAS RUMAH SANDRA — MENJELANG MAGRIB (FLASHBACK)

Terlihat Sandra sedang berdiri di teras rumahnya. Pandangannya menatap pada luar pagar rumahnya seolah menunggu kedatangan seseorang. Kemudian Rani keluar dari dalam rumah, merangkul Sandra dan mengajaknya masuk ke dalam. Sandra masuk ke dalam rumah dengan wajah sedihnya.

0. EXT. DEPAN GERBANG SEKOLAH — SORE

Sandra sedang mengobrol dengan Pak Nino (28) guru olahraga di sekolahnya. Mereka berbincang tampak seru kemudian mobil yang dikendarai Nata datang dan berhenti di depan mereka. Nata menurunkan kaca mobilnya, menatap Sandra dan Nino dengan tatapan tidak bersahabat.

NATA
(memanggil sedikit keras)
Sandra!

Sandra dan Nino sama-sama menoleh cukup terkejut. Sandra menatap Nata dengan kening mengerut heran.

NATA (CONT'D)
Masuk!

Sandra masih diam di tempatnya. Kemudian menatap Nino yang menatap bingung padanya. Di belakang mobil Nata, beberapa kendaraan sudah membunyikan klakson karena Nata berhenti dan menghalangi jalan mereka.

SANDRA
Saya duluan ya, Pak Nino.
NINO
Oh, ya. Hati-hati Bu Sandra.

Sandra menaiki mobil Nata.

61. EXT/INT. JALAN RAYA - MOBIL NATA — SORE

Nata yang sedang mengemudi menoleh pada Sandra.

NATA
Kalian kelihatan akrab.
SANDRA
(hanya diam memasang wajah ketusnya)
NATA
Masih di lingkungan sekolah. Bukannya harusnya jaga sikap?
SANDRA
(ketus)
Memangnya kami ngapain? Pelukan?

Nata tidak menyahut dan hanya menatap ke depan.

SANDRA
(menunjuk sisi jalan)
Turunin aku di situ.
NATA
(diam)
SANDRA
Kamu denger, nggak? Aku bilang turunin aku di situ.
NATA
Saya mau ajak kamu ke suatu tempat.
SANDRA
Aku nggak mau ikut.
NATA
Saya mau ajak kamu ke rumah Mama.
SANDRA
Kenapa aku? Aku udah bilang sama Sindy kalau aku berhenti gantiin pekerjaan dia. Kalau kamu perlu ketemu Mama kamu dengan mengajak pacar pura-pura kamu, kamu ajak Sindy, bukan aku.
NATA
Saya mau ketemu Mama untuk kenalin pacar saya secara resmi. Bukan pacar pura-pura saya.
SANDRA
(menoleh tidak suka)
Kamu ternyata suka seenaknya, ya? Kamu pikir kamu siapa bisa bawa aku ke mana pun kamu mau tanpa persetujuan aku?

Nata membawa mobilnya berhenti di sisi jalan.

NATA
Saya mau jelasin semuanya ke kamu. Tantang pertemuan saya sama Riani itu nggak ada-
SANDRA
Aku nggak mau dengar.
NATA
Sandra, please?
SANDRA
(menatap Nata sendu)
Kenapa kamu lakuin ini? Untuk apa kamu jelasin terus kamu ajak aku ke rumah Mama kamu?
Bukannya kamu udah memutuskan kalau hubungan kita nggak akan berhasil?
NATA
Kapan saya pernah bicara begitu?
SANDRA
Kamu pesimis dengan hubungan, Nata. Itu yang kamu bilang. Perpisahan orang tua kamu, perselingkuhan mantan kamu. Kamu nggak percaya sama sebuah hubungan dan kamu juga nggak percaya sama hubungan ini.
NATA
Saya nggak pernah bilang kalau saya nggak percaya sama hubungan ini.
Sejak awal saya putuskan untuk mencoba hubungan ini, saya sudah menaruh kepercayaan saya di hubungan ini. Ya, memang saya belum percaya sepenuhnya. Tapi saya berusaha, Sandra. Saya berusaha untuk menghilangkan segala ketakutan dan rasa pesimis saya tentang sebuah hubungan. Saya berusaha sampai akhirnya saya menaruh harapan saya pada hubungan ini. Pada kamu.
SANDRA
(diam menatap Nata)
NATA
Saya tahu saya tertarik dengan kamu setelah beberapa kali kita ketemu dan menghabiskan waktu.
Saya nggak akan memberikan hubungan ini kesempatan kalau saya nggak punya rasa ketertarikan apa pun dengan kamu.
Awalnya memang saya nggak suka kamu berhubungan dengan Lucas karena saya tahu dia bukan laki-laki yang baik. Tapi ternyata, saya juga tahu kalau saya nggak suka kamu berhubungan dengan Lucas karena saya cemburu.
Tapi saya butuh waktu untuk meyakinkan diri saya atas semua itu. Bukan hanya meyakinkan diri saya, tapi saya juga kamu untuk yakin dengan ini. Saya takut kalau perasaan kamu hanya sementara karena saya teman masa kecil kamu.
SANDRA
Ini bukan perasaan sementara karena aku selalu suka kalau sedang sama kamu. Ini bukan perasaan sementara, Nata! Aku selalu berdebar kalau dekat dengan kamu. Aku selalu nggak sabar tunggu hari Sabtu supaya bisa ketemu kamu. Aku benci hari Senin karena aku harus melewati banyak hari-hari lainnya untuk bisa sampai di hari Sabtu dan ketemu kamu lagi.
NATA
(tersenyum, mengangguk)
Iya, saya tahu. Saya juga. Saya juga merasakan yang seperti itu.
SANDRA
Tapi kamu ketemu mantan kamu. Kamu marah aku ketemu Lucas tapi kamu ketemu mantan kamu.
NATA
(mengambil tangan Sandra)
Saya minta maaf. Saya akui saya egois. Saya nggak mau kamu ketemu Lucas tapi saya bahkan nggak memberi tahu apa pun ke kamu soal saya yang ketemu Riani.
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, saya ketemu Riani tiga kali. Pertama saat di rumah Mama dan saya benar-benar nggak tahu dan nggak mau tahu kenapa dia ada di sana. Saya hanya mampir sebentar menyapa Mama lalu saya pulang.
Kedua, saat saya ke rumah sepupu saya. Saya juga hanya sebentar bicara dengan sepupu saya dan nggak sama sekali bicara dengan dia karena saya langsung pulang.
Ketiga, di restoran. Saya janjian sama sepupu saya dan ternyata dia minta ikut. Dia mau minta maaf secara benar karena dia selalu merasa bersalah sama saya.
Dan dia juga kasih saya kalung yang pernah saya kasih ke dia karena dia bilang dia nggak mau menyimpan benda yang terlalu mahal dari saya.
SANDRA
Terus kalungnya?
NATA
Saya buang.
SANDRA
(melotot terkejut)
Kamu buang?
NATA
Itu sudah bukan milik saya lagi karena sudah saya berikan ke orang.
SANDRA
Tapi kan nggak harus dibuang! Kamu bisa jual terus uangnya kamu sumbangin.
NATA
(meringis)
Saya nggak kepikiran.


Mereka saling diam setelahnya. Nata lalu menoleh pada Sandra dan mengambil tangannya lagi.

NATA
Saya minta maaf kalau sudah buat kamu sedih akhir-akhir ini.


Sandra mengangguk kemudian tersenyum malu-malu memandang Nata. Nata menatap gadis itu dengan dalam. Mendekatkan wajahnya tetapi Sandra malah mendorong bahunya.

SANDRA
Kamu nggak boleh cium aku karena kita belum official.
NATA
Belum official?
SANDRA
(mengangguk yakin)
NATA
(tersenyum manis)
Sandra, mau nggak jadi pacar saya? Bukan cuman di akhir pekan tapi di setiap waktu?
SANDRA
(mengulum senyumnya)
Mau. Tapi kalau kamu ganti panggilan saya jadi aku.
NATA
(tertawa)
Oke, aku ulangi.
Sandra, mau nggak jadi pacarku? Bukan cuman di akhir pekan, tapi di setiap waktu?
SANDRA
MAU!!
(memeluk Nata)

Mereka berpelukan beberapa saat. Kemudian Sandra menarik diri dan memandangi Nata dengan senyum manisnya yang terlihat bahagia.

SANDRA
Kita masih punya banyak PR.
NATA
PR? PR apa?
SANDRA
Nomor 1. Kita harus jelasin ke Oma. Itu penting. Aku mau memulai semuanya dari awal dengan benar.
Nomor 2. Kamu juga harus minta maaf sama Lucas karena sudah menuduh dia sembarangan dan buat dia babak belu.
NATA
(ingin menyela)
SANDRA
Eit, nggak boleh membantah. Kamu harus melakukannya karena sebenarnya Lucas nggak bersalah. Biar nanti dia sendiri yang ngejelasin sama kamu.
Dan yang terakhir, nomor 3. Kita harus ketemu Ibu dan kamu harus kenalan ulang. Suasana terakhir ketemu Ibu buruk banget. Aku juga jadi nggak bisa bilang ke Ibu kalau kamu adalah Nata yang dulu, yang suka main ke rumah dan makan kue buatan Ibu.
NATA
(tersenyum)
Nomor 1. Nggak perlu dilakuin lagi karena Oma sudah tahu kebenarannya.
SANDRA
(mengernyit bingung)
Kok?
NATA
Nomor 2. Oke, demi kamu, aku bersedia ketemu sama mantan kamu itu.
SANDRA
(tersenyum)
NATA
Dan nomor 3, aku siap ketemu Ibu kamu kapan aja.
Kalau begitu, kita sekarang ke rumah Mama aku?
SANDRA
(menggeleng)
Sekarang kita harus balik ke sekolah karena motor aku ketinggalan di sana.
NATA
(mengernyitkan kening)
Terus tadi ngapain di luar? Ngobrol sama guru muda lagi.
SANDRA
(menyengir)
Mau jajan cilok. Lagian tadi tuh aku belum mau pulang. Masih mau ngobrol-ngobrol dulu sama guru-guru yang lain. Eh, kamu udah nongol aja.
NATA
Ngobrol sama guru cowok tadi sambil makan cilol, maksud kamu?
Kenapa nggak sekalian aja ngobrolnya malam-malam di pinggir jalan di atas jembatan tol.
SANDRA
(tertawa)
Kenapa sih, tempat-tempat kita nggak pernah romantis?
Kencan pertama di pinggir jalan, jadian di pinggir jalan juga di mobil.
NATA
(terkekeh, mencubit pipi Sandra gemas)
I love you, Sandra.



END



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar