34. INT. RUMAH SANDRA — PAGI
Pintu kamar Sandra terbuka dan terlihat Sandra keluar dari dalamnya dengan berpakaian rapi seperti biasa, tetapi kali ini dia tidak hanya membawa slingbag melainkan sebuah totebag yang cukup besar yang biasanya dibawa ke sekolah. Kemudian Ibu yang sedang membenahi meja makan bekas perabotan membuat kuenya menatap pada Sandra yang berjalan mendekat pada sang Ibu. Di meja makan, ada juga Sindy yang sedang duduk dengan santai.
RANI
Kamu pagi-pagi begini udah mau pergi?
SANDRA
Udah jam 9, Ibu. Udah nggak pagi. Mataharinya udah tinggi.
RANI
Kamu, ini.
Kamu lagian mau ke mana hari Minggu begini? Bukannya udah nggak ngajar privat lagi hari Minggu?
SANDRA
(ikut duduk di atas kursi makan dan mengangguk)
Ada kegiatan lain, Ibu.
SINDY
(menatap Sandra penuh arti)
RANI
Kegiatan lain apa?
Udah sebulan lebih loh kamu keluar terus setiap akhir pekan.
Kamu pacaran?
SANDRA
(mesem-mesem)
RANI
Kalau pacaran ya bilang aja. Toh, Ibu nggak ngelarang. Pakai rahasia-rahasiaan segala.
SANDRA
Bukan maksud rahasia, Ibu.
RANI
Itu kan, yang sering antar jemput kamu kalau akhir pekan? Yang jemput kamu pakai mobil tapi nggak mau mampir dulu pamitan sama Ibu?
SANDRA
(meringis)
Bukan nggak mau, Ibu. Belum. Lagian ini tuh baru awaaaaaal banget. Sandra juga belum kasih izin dia untuk ketemu Ibu.
RANI
Tapi dia baik, kan?
SANDRA
(mengangguk yakin)
Ibu pasti kaget kalau ketemu oragnya.
RANI
Memangnya Ibu kenal?
SANDRA
(tersenyum penuh arti)
Udah ah, Sandra mau berangkat dulu. Dia udah di depan.
(berdiri dari duduknya kemudian mencium tangan Rani seraya berpamitan)
RANI
Kamu tuh mau pacaran tapi kok bawa tasnya gede banget gitu?
Mau nginap?
Nggak, ah. Ibu nggak mau kalau kamu nginep-nginep.
SANDRA
Bukan nginep, Ibu. Ini tuh tas Sandra isinya laptop sama buku-buku. Sandra sekalian mau buat kisi-kisi sama rangkuman materi untuk anak-anak. Bentar lagi mereka UAS jadi Sandra juga nggak bisa santai-santai.
RANI
(menatap heran sekaligus geli)
Kamu nih mau pacaran apa mau kerja, San?
SANDRA
(terkekeh)
Dua-duanya.
Ya udah Sandra pamit ya. Bye Ibu, bye Sindy.
Rani dan Sindy saling pandang penuh arti menatap kepergian Sandra yang tampak lebih ceria dari biasanya. Mereka kemudian geleng kepala merespon akan sikap sandra pagi ini.
cut to
35. EXT/INT. DEPAN RUMAH SANDRA - MOBIL NATA — PAGI
Mobil Nata masih berhenti di depan rumah Sandra. Sedang Sandra, baru saja masuk ke dalam mobil disambut dengan tatapan datar Nata seperti biasanya pagi ini. Wajah Sandra sedikit gelisah saat menatap laki-laki itu.
SANDRA
Aku benar nggak apa-apa, di rumah Oma sambil kerja begini?
Nggak enak nggak sih, kalau aku sambil kerja? Atau aku taruh lagi aja ya kerjaan aku? Ini masih bisa dikerjain sore atau malam sepulang dari rumah Oma, kok.
NATA
(menggeleng)
Nggak apa-apa. Lagian pagi ini Oma nggak ada di rumah.
SANDRA
Loh, Oma ke mana?
NATA
Kemarin pulang dari pernikahan Vina, Oma nginap di rumah Mama.
SANDRA
(mengangguk-angguk)
Oh.
NATA
Nanti siang Oma pulang ke rumah untuk makan siang bareng kita. Oma tau kalau kamu mau datang ke rumah.
SANDRA
Eh. Kalau Oma masih mau di rumah Mama kamu ya enggak apa-apa.
NATA
Nanti siang memang jadwal Oma pulang.
SANDRA
(mengangguk lagi)
Tapi serius, nggak apa-apa aku kerja? Ini kan jadwal kita pacaran juga?
NATA
(tersenyum tipis)
Nggak apa-apa, Sandra. Ini kan emang agenda pacaran kita. Kerja bareng?
Itu yang kamu usulkan semalam di chat, kan?
SANDRA
(tertawa)
Oke. Tetap produktif walau lagi bareng ayang.
NATA
(geleng kepala tersenyum kecil)
Nata pun mulai melajukan mobilnya. Sembari mendengarkan Sandra yang kembali bercerita tentang apa saja seperti biasanya.
cut to
36. INT. RUMAH OMA HANUM - RUANG TENGAH — PAGI
Sandra dan Nata masing-masing duduk lesehan di ruang TV rumah Oma Hanum. Keduanya menatap laptop masing-masing dan sibuk dengan kegiatannya. Namun sesekali, Nata melirik pada Sandra yang tampak serius dengan pekerjaannya. Sesekali tangannya mengetik di laptop, atau juga membuka buku, mencoret-coret di atas buku, atau juga meminum minuman yang tersaji di depannya.
Ponsel Sandra yang ditaruh di atas meja kemudian berbunyi, membuat Sandra dan Nata kompak menengok pada benda itu. Nama kontak 'Lucas' tertera di layar dan Sandra langsung mengambil ponselnya untuk menjawab panggilan itu.
SANDRA
Halo?
(mendengarkan Lucas di telepon)
Wah, syukurlah. Alhamdulillah kalau Nico udah mau sekolah lagi. Dua Minggu lagi udah ujian akhir. minggu ini dan minggu besok pasti banyak guru-guru yang mulai kasih kisi-kisi.
(mendengarkan Lucas di telepon)
Sekarang? Kalau sekarang nggak bisa. Gue lagi di luar.
NATA
(memerhatikan Sandra)
SANDRA
(mendengarkan Lucas di telepon)
Kalau sore gue juga belum tau, nih. Tapi kayaknya nggak bisa juga.
Atau Nico minta tanya dulu ke temannya yang lain ada tugas apa aja dari pelajaran yang lain karena gue juga nggak tau tugas-tugas dari guru-guru yang lain.
(mendengarkan Lucas di telepon)
Hahaha ada-ada aja.
Ya udah Luc, gue masih ada kegiatan. Nanti kabarin lagi ya.
Sandra lalu memutuskan sambungan mereka. Kembali meletakan ponsel di atas meja. Itu semua, tidak luput dari tatapan Nata yang mengikuti gerak-geriknya.
NATA
Mantan kamu?
SANDRA
(menoleh, terkekeh)
Iya, Lucas mantanku. Kakaknya muridku juga.
NATA
Dia ngapain? Ajak kamu ketemu?
SANDRA
Dia kasih tau kalau senin besok Nico udah mau masuk sekolah lagi.
Sebelumnya adiknya ada masalah di rumah sampai nggak mau masuk sekolah dan kabur terus tinggal bareng Lucas di apartemennya.
Tadi Lucas ajak ketemu mau tanya-tanya soal sekolah Nico. Udah ketinggalan apa aja dia karena bolos seminggu ini.
NATA
Kenapa harus ketemu? Di hari Minggu? Kalau memang dia mau tentang sekolah adiknya, bukannya harusnya dia datang aja ke sekolah?
SANDRA
Iya, sih. Aku juga mikir gitu.
NATA
Ya udah, ketemu di sekolah aja.
Lagi pula Saya udah setuju sama penawaran kamu itu artinya kamu nggak perlu bertemu atau pun komunikasi dengan Lucas lagi, kan?
SANDRA
Iya, sih. Tapi kan ini menyangkut murid aku juga.
Kalau di luar soal Nico, aku nggak akan komunikasi sama dia kok.
NATA
Dia cari-cari alasan untuk ketemu kamu.
SANDRA
(menyipit pada Nata)
Cemburu, ya?
NATA
Saya cuman mengingatkan perjanjian kita.
SANDRA
(terkekeh)
Iya, iya. Kamu tenang aja, lagian aku juga udah bilang kalau nggak bisa ketemu.
Nata tidak lagi memperpanjang percakapan mereka. Kemudian keduanya kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
cut to
37. INT. RUMAH OMA HANUM - RUANG MAKAN — SIANG
Sandra, Nata dan Oma Hanum duduk di kursi makan masing-masing. Dengan Oma yang duduk di ujung meja dan juga Nata di sebelah kanannya dan Sandra di sisi Nata. Oma Hanum lalu menatap Nata setelah menelan satu suapan makan siangnya.
OMA HANUM
Kamu ini, Nata. Masa ada Sandra di rumah kamu masih kerja, aja?
SANDRA
(mendahului Nata menjawab Oma)
Eh, enggak kok Oma. Kita emang janjian mau kerja bareng. Tadi Sandra kerja juga.
OMA HANUM
(tampak tidak percaya)
Benar?
SANDRA
(mengangguk)
Bener Oma.
(Menyengir)
Malah Sandra yang punya ide duluan, hehe. Soalnya Nata bilang dia banyak kerjaan terus Sandra keinget Sandra juga masih ada beberapa kerjaan yang belum selesai. Ya udah, jadinya kita kerja bareng, deh.
OMA HANUM
Kalau Nata dari dulu juga pekerjaannya banyak, Sandra.
Nata orangnya sibuk terus. Pulang ke rumah larut malam pergi pagi-pagi. Akhir pekan juga masih kerja. Cuman setelah dia kenalin kamu ke Oma aja Nata jadi punya waktu di rumah kalau akhir pekan.
SANDRA
(menoleh pada Nata)
OMA HANUM
Makanya, Oma takut kamu kabur dari cucu Oma ini karena dia jarang kasih kamu waktu.
(menatap pada cucunya)
Nata, sesekali kamu ajak lah Sandra jalan-jalan. Akhir pekan kamu nggak makan siang bareng Oma juga nggak apa-apa asal kamu ajak Sandra jalan-jalan ke luar.
SANDRA
(meringis tidak enak)
OMA HANUM
Kalau kamu cuek sama pacarmu sendiri nanti diambil orang loh dia.
NATA
(tidak menyahut. Hanya fokus pada makan siangnya saja)
OMA HANUM
Setelah makan siang ini, kamu ajak Sandra keluar jalan-jalan.
SANDRA
Oma, bukannya kita mau merajut lanjutin rajutan yang minggu kemarin?
OMA HANUM
Merajut kapan-kapan aja. Kamu jalan-jalan aja dulu sama Nata.
Oma juga mau nonton TV aja.
cut to
38. INT. RUMAH OMA HANUM - TERAS RUMAH OMA — SIANG
Nata dan Sandra berdiri bersisian di depan teras rumah Oma. Pandangan keduanya lalu bertemu dan menatap satu sama lain.
NATA
Kamu mau ke mana?
SANDRA
(berpikir)
Em, ke mana, ya? Aku juga bingung.
Kamu, ada tempat yang mau kunjungi?
NATA
(menggeleng)
Kamu?
SANDRA
Atau mau cari tempat duduk? Kita ke cafe atau resto?
Lanjutin pekerjaan di sana.
NATA
Boleh.
SANDRA
Tapi pakai motor. Gimana?
NATA
Kamu mau naik motor?
SANDRA
(mengangguk)
Aku lebih suka naik motor.
NATA
Oke.
cut to
39. EXT. PARKIRAN CAFE — MALAM
Nata dan Sandra berada di parkiran cafe. Mereka hendak pulang setelah selesai dengan pekerjaan masing-masing. Nata mengambil helm dan memberikannya pada Sandra yang langsung menerima dan memakainya. Nata juga mengambil helmnya sendiri dan memakainya.
SANDRA
Kalau Oma tau kita keluar bukan jalan-jalan tapi cuman pindah tempat untuk kerja, gimana ya? Mana sampai malam.
(terkekeh)
NATA
(Senyum tipis)
Mungkin saya kena omel lagi.
SANDRA
(tertawa)
Oma tuh sayang banget sama kamu, makanya sering marahin kamu.
Nata tidak menyahut. Laki-laki itu naik ke atas motornya setelah itu diikuti oleh Sandra yang kemudian berpegangan pada sisi jaket hitam yang Nata kenakan. Nata menyalakan motornya dan bersiap untuk melaju.
cut to
40. EXT. JALAN RAYA — MALAM
Motor Nata melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan. Terlihat wajah Sandra yang tampak menikmati perjalanan malam itu. Angin malam yang terasa dingin membelai wajahnya membuatnya tersenyum. Gadis itu lalu memberanikan diri memeluk tubuh Nata dan menyandarkan kepalanya di sana.
cut to