Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kekasih Akhir Pekan
Suka
Favorit
Bagikan
1. Kekasih Akhir Pekan

1. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS — SIANG

Kamera menyorot sebuah ruang kelas di sekolah berisikan siswa-siswa yang sedang duduk di kursi masing-masing mendengarkan seorang guru yang menerangkan di depan kelas. Kemudian papan tulis yang dipenuhi rumus-rumus matematika dan Sandra (25) yang berdiri di depannya.

SANDRA
Kita lanjut ke contoh soal berikutnya.
(Menulis di papan tulis)
Diketahui fungsi f dirumuskan dengan f(x) = 2x + 5. Jika f(a) = 23, tentukan nilai a.
Ada yang mau coba jawab?
(Beberapa siswa angkat tangan)
Mika yang pertama. Silakan maju.

Sandra duduk di kursinya mengamati muridnya yang sedang mencoba memecahkan soal. Tersenyum sembari menunggu siswanya mengerjakan soal.

MIKA
(Balik badan menghadap Sandra sembari menyerahkan spidol)
Udah, Bu.
SANDRA
(Menerima spidol)
Oke Mika terima kasih.
(Berdiri di depan kursinya sembari menumpukan kedua tangan di atas meja, tatapan bangga menatap murid-muridnya)
Kayaknya udah pada ngerti semua ya sama materi hari ini.
Atau ada yang masih bingung? Yang masih bingung boleh angkat tangannya.
(Tidak ada yang angkat tangan)
(Sandra tersenyum)
Jadi, gimana matematika? Mudah, kan?
MURID-MURID
Sulit
SANDRA
(Tertawa)
Materi hari ini cukup sampai di sini. Kita ketemu lagi minggu depan ya. Jangan lupa tugas yang tadi Ibu kasih dikumpulkan di meja Ibu paling lama hari Senin jam 9 pagi.
Kalau masih ada yang belum mengerti sama materinya, langsung ketemu Ibu. Ke kantor atau telepon Ibu, chat Ibu. Pokoknya tanya, jangan diem aja.


cut to


2. INT. RUMAH SANDRA — SORE

Sandra keluar dari kamarnya. Membawa totebag di lengannya dan berjalan menuju dapur mengambil air minum di gelasnya. Berjalan menuju Rani (60) yang sedang merajut di ruang tamu bersiap untuk pamit.

RANI
(Menghentikan kegiatan merajutnya, menatap putrinya)
Udah mau pergi lagi?
SANDRA
Iya, Bu. Hari ini kan ada jadwal les di rumah Yura.
RANI
Kamu ini jangan terlalu banyak kerja, Sandra. Baru pulang ngajar udah mau ngajar lagi.
SANDRA
Ya kan biar uangnya makin banyak, Bu. Gaji guru di sekolah cuman dikit. Nggak bisa ajak Ibu keliling dunia.
RANI
Ibu nggak perlu kamu ajak keliling dunia. Ibu cuman mau kamu jangan terlalu banyak kerja. Senin sampai Minggu ngajar nggak ada istirahatnya. Di rumah juga kamu masih kerja.
Kalau sibuk terus gimana mau cari jodohnya?
SANDRA
Ya ampun Ibu. Jodoh mah nanti dateng sendiri kalau udah waktunya.
Lagian Sandra udah nggak ngajar di rumah Erika. Jadi Sabtu-Minggu besok, Sandra nggak ada jadwal ngajar.
Ibu mau Sandra temenin ke mana besok?
RANI
Ibu nggak mau ke mana-mana. Kalau ada waktu senggang kamu pergunakan untuk istirahat aja nggak usah pergi-pergi.
SANDRA
Iya, Ibu.
Sandra pamit dulu, ya. Udah telat. Yura pasti udah nungguin, nih. Hari Senin besok katanya dia ada ulangan harian.
(Menyalami tangan ibunya--berpamitan)


3. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR RAWAT SINDY — MALAM

Sindy (25) sedang bersandar di atas brangkar pasein. Memainkan ponsel dengan tangan kanannya dan tangan kirinya di gips. Kemudian memperlihatkan kaki Sindy yang juga di gips.

Suara pintu kamar terbuka keras dan Sindy langsung menoleh. Layar memperlihatkan sosok Sandra yang datang dengan ngos-ngosan di depan pintu yang terbuka.

SINDY
(Melambaikan tangan dengan santai)
Hai, twins. Nggak nyasar, kan?
SANDRA
(Menerobos masuk dan memerhatikan kondisi Sindy dengan khawatir)
Kenapa bisa begini? Lo lagi ngapain sampe tangan, kaki di perban begini?
SINDY
Lagi nyebrang, terus ketabrak ojek. Ya, salah gue juga sih. Nyebrangnya nggak liat-liat.
SANDRA
Terus kata dokter gimana? Kondisi lo gimana? Kaki, tangan, ini parah ya, sampai di gips begini? Ada yang lain nggak? Kepala lo? Kepala lo gimana? Nggak kenapa-kenapa, kan?
Dokternya di mana? Biar gue tanya langsung sama dokternya
(Sandra berniat pergi namun Sindy lebih dulu menahan tangannya)
SINDY
Chill, Sis. Gue nggak kenapa-kenapa. Cuman ini doang geser sedikit tulang kaki sama tangannya kepelintir. Selain tangan dan kaki dokter bilang nggak ada masalah.
SANDRA
Tapi masih bisa sembuh kan, tangan dan kaki lo?
SINDY
Ya masih, lah. Ini kan masih perawatan. Dua mingguan juga udah bisa jalan.
SANDRA
(Menghela napasnya sedikit lega)
Ya, ampun Sindy ... lo bener-bener bikin jantung gue copot tau, nggak. Gue sampai tinggalin murid gue yang lagi les.
SINDY
Sorry, deh. Nggak niat bikin lo khawatir.
Tapi ada yang lebih darurat dari kondisi gue, San.
SANDRA
Maksudnya?
SINDY
Kerjaan gue.
SANDRA
Kerjaan lo?
SINDY
(Mengangguk)
Tiga hari di RS gue kelupaan satu hal. Gue lupa besok jadwal gue ketemu klien eksklusif.
SANDRA
(Terperangah)
Lo udah tiga hari di RS dan baru telepon gue malam ini?
Dan apa-apaan itu klien eksklusif?
SINDY
Ada yang nyewa jasa gue di setiap sabtu-minggu selama 3 bulan. Bayarannya mahal dan gue nggak bisa izin sama sekali. Makanya, gue mau minta tolong sama lo untuk gantiin kerjaan gue besok.
SANDRA
Tunggu, tunggu, tunggu. Jangan bilang, lo belum berhenti dari pekerjaan konyol lo itu?
SINDY
(Meringis)
Uangnya banyak, San. Gue nggak bisa berhenti gitu aja.
SANDRA
(Menghela napas panjang)
Sindy ... pekerjaan lo itu nipu orang. Udah gue bilang, please, cari kerjaan lain.
SINDY
(Geleng kepala, memegang tangan Sandra dan menatapnya dengan memelas)
San, please, jangan bahas itu sekarang. Ada bahasan yang lebih penting, San. Tolong, bantuin gue, sekali iniiii aja.
Gue janji, setelah selesai kontrak sama klien yang ini, gue akan berhenti jadi pacar sewaan dan cari pekerjaan yang lain.
SANDRA
(Menatap Sindy penuh pertimbangan)
SINDY
(Masih menatap Sandra memelas)
Please, San. Bantu gue kali ini aja. Klien eksklusif ini bener-bener yang terkahir, San. Gue janji ini bakalan jadi klien terakhir gue.
SANDRA
Bener?
SINDY
(Mengangguk serius)
SANDRA
(Menghela napas pasrah)
Oke, gue bisa bantu apa?
SINDY
(Senyum sumeringah)
Besok jadwal gue untuk jadi pacar pura-puranya dia. Gue mau minta tolong sama lo untuk gantiin gue ketemu dia besok.
SANDRA
(Berniat akan protes)
SINDY
San, please. Ini klien penting banget dan gue nggak bisa untuk mangkir dari jadwal besok. Kerjaan lo nggak susah, kok. Cuman temenin dia ketemu sama neneknya doang. Lo cuman makan siang di sana dan ya paling ngobrol-ngobrol sebentar sama nenekn
Klien gue ini namanya Nata. Orangnya nggak banyak omong. Bener-bener nggak banyak omong. Lo nggak perlu repot basa-basi atau cari topik pembicaraan apa pun sama dia. Tugas lo cuman nemenin dia makan siang di rumah neneknya hari Sabtu sama Minggu.
SANDRA
Tunggu! Dua hari?
SINDY
(Mengangguk)
Cuman dua hari doang, kok, San. Sabtu-Minggu kan lo nggak ngajar.
SANDRA
Ya ampun, Sin. Gue baru aja bernapas dengan lega karena akhirnya Sabtu-Minggu gue bisa sedikit leha-leha. Masa akhir pekan gue yang singkat itu gue harus pura-pura jadi pacar orang?
SINDY
San, please. Sampai gue bisa jalan doang, kok. Nggak ada lagi orang yang bisa gue mintain tolong kecuali elo, San. Neneknya udah pernah ketemu gue dua kali minggu kemarin. Kalau gue minta tolong orang lain untuk gantiin gue, nggak akan bisa. Neneknya udah tahu wajah gue. Harapan gue satu-satunya cuman lo, kembaran gue. Kita kembar identik. Tinggal samain style lo sama gue, gue yakin Neneknya nggak akan curiga.
Dan juga, gue pakai identitas lo saat perkenalan sama neneknya.
SANDRA
(Kaget)
Maksudnya?
SINDY
(Meringis)
Gue nggak bisa sembarangan pakai identitas. Gue juga nggak mungkin kasih tau pekerjaan gue sebagai pacar sewaan. Jadi gue bilang sama neneknya kalau gue guru SMP. Ngajar di SMP lo sekarang.
Dan gue bilang ... nama gue Sandra.
SANDRA
Sindy lo bener-bener ya!
(Berkacak pinggang bersiap marah)
Lo kasih tau nama sekolah tempat gue ngajar kalau tiba-tiba neneknya ke sana nemuin gue yang dia kira elo gimana?
SINDY
Nggak akan se-ekstrim itu, sih, San. Ngapain juga neneknya ke sana, kan?
Pokoknya, lo harus bantu gue. Nggak lama, kok. Sampai gue bisa jalan lagi aja dan bisa balik kerja lagi.
Oke, twin?


4. INT. RESTORAN — PAGI

Kamera menyorot seorang laki-laki yang duduk di bangku cafe seorang diri. Terdapat segelas minuman di atas meja. Nata (28), laki-laki itu, berkali-kali melihat jam di tangannya yang detiknya terus bergerak. Kemudian tidak lama, lonceng pintu berbunyi menandakan kedatangan seorang pelanggan. Nata menoleh pada pintu dan mendapati seorang gadis berambut hitam panjang dengan kuncir kuda yang berjalan cepat menuju mejanya. Rambut dan pakaian gadis itu tampak sedikit basah.

SANDRA
(Ngos-ngosan, berdiri di depan meja)
Sorry, ya, hujan. Kejebak macet.
(Mengulurkan tangan pada Nata)
Sandra, saudara kembarnya Sindy. Kamu Nata, kan?
NATA
(Menerima uluran tangan dan mengangguk)
SANDRA
Boleh duduk?


Nata mengangguk dan Sandra langsung duduk. Sandra duduk di bangku, mengusap lengan bajunya yang sedikit basah. Kemudian tersenyum menatap Nata yang diam memerhatikannya tanpa suara. Membuat Sandra salah tingkah di tempatnya.

SANDRA
Sorry, ya. Telatnya lama. Tadi soalnya nggak tau kalau pagi-pagi bakalan hujan begini. Nggak bawa payung, terus tadi soalnya naik kendaraan umum juga. Eh malah macet.
NATA
Rambut Sindy pendek sebahu. Dan berponi.
SANDRA
(Mengerjap beberapa kali mencoba menerka pembicaraan Nata yang melenceng dari topik yang semula ia bawa, Sandra kemudian mengangguk)
Iya, maaf lagi ya. Saya belum persiapan. Sindy baru kasih tau tadi malam. Tapi saya bawa wig, kok. Ada di dalam tas.
(Sandra menepuk-nepuk tasnya)
NATA
(Mengangguk singkat)
SANDRA
(Tersenyum kecil, terkekeh pelan. Terlihat sedikit bingung harus bagaimana lagi dengan Nata yang minim respon)



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar