Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kekasih Akhir Pekan
Suka
Favorit
Bagikan
2. Kekasih Akhir Pekan

5. EXT/INT. JALAN RAYA - MOBIL NATA — PAGI MENUJU SIANG

Suasana mobil yang melaju dengan santai tampak sedikit senyap di dalamnya. Terlihat Sandra yang tampak gugup dengan kedua tangannya yang bertaut di atas pangkuan. Pandangannya sesekali melirik pada Nata yang fokus mengemudi juga pada kaca di depannya yang menampilkan kendaraan lain dan suasana langit yang masih mendung dengan hujan rintik-rintik.

Sandra melirik Nata lagi. Berdehem beberapa kali berusaha menarik perhatian laki-laki itu.

SANDRA
Aku baru ketemu Sindy tadi malam. Dia belum banyak bilang aku harus ngapain aja di rumah Oma kamu.
Kira-kira aku harus ngapain ya di sana?
NATA
Makan
SANDRA
Makan?
NATA
(Mengangguk)
Kita makan siang bareng, terus temani Oma ngobrol-ngobrol sebentar setelah itu pulang.
SANDRA
Ngobrol-ngobrol apa?
NATA
(Menoleh lagi)
Apa aja.
Mungkin Oma akan tanya soal pekerjaan kamu. Keseharian kamu, atau bagaimana saya memperlakukan kamu.
SANDRA
Terus aku harus jawab apa?
NATA
Terserah kamu.
SANDRA
(Menggigit bibir bawahnya bingung)
Nan--
NATA
(Memotong kalimat Sandra)
Saya nggak perlu banyak mem-briefing Sindy. Saya harap kamu secerdas saudara kembar kamu.
SANDRA
(Menutup bibirnya rapat-rapat. Terlihat sedikit kesal dan menundukkan pandangannya)


Mereka kembali diam. Sandra yang berkomat-kamit dalam diamnya seraya menumpahkan kekesalannya akan kalimat Nata yang terdengar tidak enak di telinganya. Wajahnya tampak sedikit kesal. Kemudian tidak lama, Sandra tampak berpikir lagi saat mengingat sesuatu.


SANDRA
Di depan Oma, aku panggil kamu apa?
NATA
(Menoleh)
SANDRA
Ya kan kalau ini aku harus tanya. Sindy nggak kasih tau aku harus panggil kamu dengan sebutan apa. Takutnya kalau aku asal panggil, nanti beda sama yang Sindy biasa panggil kamu.
Sindy bilang usia kamu 28 tahun, berarti tiga tahun lebih tua dari aku.
Jadi aku harus panggil kamu apa? Bang Nata? Kak Nata? Mas Nata? Sayang? Honey?

Sandra Meringis kecil merasa tidak yakin.

SANDRA (CONT'D)
Atau ... darling?
NATA
Nata.
SANDRA
Ya?
NATA
Cukup panggil saya Nata.
SANDRA
Tapi kan ...
NATA
(Menyalakan radio mobil dan meninggikan volumenya.
SANDRA
(Cemberut kesal tetapi pada akhirnya ikut diam merasa tahu Nata menyalakan radio agar membuatnya tidak lagi bersuara)


Mobil masih melaju dengan kecepatan konstan. Kemudian berbelok dan berhenti di depan sebuah gerbang rumah yang cukup megah. Gerbang terbuka dan mobil memasuki pekarangan rumah. Berhenti dan Nata mematikan mesin dan bersiap keluar dari mobil.


Sandra
(Grasak-grusuk dan sedikit panik)
Tunggu-tunggu! Masih ada yang harus aku tanyain.
Nata
(Mengurungkan niat membuka pintu mobil)
Sandra
Sindy cuman kasih tau aku biodata kamu. Tapi dia nggak kasih tau aku bagaimana kita bisa ketemu.
Nanti kalau Oma kamu tanya, aku harus jawab apa?
Nata
(Menghela napas)
Saya yang jawab.
Saya benar-benar berharap kamu secerdas saudara kembar kamu.
(Keluar mobil)
Sandra
(Cemberut menatap Nata yang turun duluan dari mobil)


cut to


6. INT. RUMAH OMA - RUANG MAKAN — SIANG

Terlihat sebuah meja makan dengan tiga orang yang ada di sana. Hanum (70), Sandra dan juga Nata. Dengan makanan yang ada di atas meja yang sedang mereka santap. Nata dan Omanya makan dengan santai, berbeda dengan Sandra yang tampak kikuk melahap makanan di piringnya.

HANUM
(Meletakan ayam goreng di piring Sandra)
Nggak usah malu-malu. Makan yang banyak biar sehat.
SANDRA
Terima kasih, Oma.
HANUM
(Tersenyum)
NATA
(Ikut mengambil satu lauk lagi di atas meja dan menaruhnya pada piring Oma Hanun)
(Tersenyum menatap Omanya)
Oma juga harus makan yang banyak, biar sehat.
SANDRA
(Terkesima melihat sikap hangat Nata kepada Omanya, berbeda dengan sikapnya pada Sandra saat di mobil tadi)


cut to


7. EXT. RUMAH OMA HANUM - HALAMAN BELAKANG — SIANG

Sandra dan Oma Hanum sedang duduk di halaman belakang rumah Oma yang sejuk. Pohon-pohon yang rindang terlihat di sana. Mereka duduk di sebuah bangku di teras rumah. Di atas meja yang berada di antara mereka, tersedia dua cangkir teh dan juga buah-buahan di sana. Sandra terlihat duduk masih dengan kikuk dan Oma Hanum yang tersenyum kecil menatap kekasih cucunya itu.


OMA HANUM
Minggu lalu kita belum bicara banyak. Oma masih terkejut melihat Nata benar-benar membawa pacarnya ke rumah.
Sewaktu Nata menolak untuk Oma kenalkan dengan perempuan dan bilang bahwa dia punya pacar, Oma nggak percaya. Dia nggak pernah terlihat punya pacar sampai kemudian dia bawa kamu untuk makan siang bersama.
SANDRA
(Diam mendengarkan)
OMA HANUM
Oma itu sudah tua. Dua minggu lalu Oma ulang tahun yang ke 70 tahun. Oma minta hadiah sama Nata.
Oma bilang, Oma mau punya cucu menantu. Kalau Nata nggak bisa cari sendiri nggak apa-apa, biar Oma yang carikan.
Eh, ternyata dia bisa cari sendiri.
(menatap pada Sandra)
Nata bilang kalian sudah pacaran 2 bulan, ya? Bagaimana Nata? Dia memperlakukan kamu dengan baik, kan?
SANDRA
(sedikit tergagu)
Ba-baik, kok, Oma. Baik. Nata baik banget.
(tertawa kikuk)
OMA HANUM
(Tersenyum kecil)
Nata itu memang jarang senyum orangnya. Apalagi sama orang lain. Padahal waktu kecil, dia ceria sekali. Sama orang lain pun ramah sekali.
Setelah perceraian orang tuanya, Nata sedikit berubah. Dia jadi lebih pendiam.
Tapi walau begitu, dia tetap Nata cucu Oma yang penyayang.
Kalau kamu mengalami kesulitan menghadapi Nata, kasih tau Oma. Biar Oma kasih tips untuk menghadapi cucu Oma yang satu itu.
SANDRA
(Tertawa kecil)
Iya, Oma siap.

Mereka terdiam lagi. Oma Hanum yang mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya sedikit demi sedikit sedang Sandra masih terdiam kikuk di tempatnya dengan kedua tangan yang saling bertautan.

OMA HANUM
(Menoleh pada Sandra)
Diminum tehnya, Sandra.
SANDRA
(Langsung memegang cangkir teh)
Oh, iya, Oma diminum.
(Menyesap tehnya)
OMA HANUM
Oma suka menghabiskan waktu di sini. Kadang sambil merajut.
Kamu bisa merajut?
SANDRA
Nggak terlalu Oma. Tapi bisa sedikit-sedikit.
OMA HANUM
Kalau begitu kapan-kapan Oma ajarin kamu merajut.
SANDRA
(Tersenyum)
Iya, Oma.


cut to


8. EXT. JALAN RAYA - MOBIL NATA — SORE

Nata dan Sandra berada dalam perjalanan pulang setelah menghabiskan waktu di rumah Oma Hanum. Suasana sore itu yang tampak sedikit padat oleh kendaraan motor di jalan raya. Matahari masih terlihat sedikit setelah pagi sampai siang tadi diiringi hujan cukup deras. Jalan-jalan yang mereka lalui dengan kendaraan itu masih terlihat digenangi air di pinggir-pinggir.


SANDRA
Oma kamu baik.
Aku kira Oma kamu bakalan galak dan tanya-tanya detail banget soal hubungan kita. Ternyata Oma kamu ramah banget. Beliau nggak banyak tanya, tapi lebih banyak cerita.
Oma bilang mau ajarin aku merajut.
NATA
(Diam saja di depan kemudinya)
SANDRA
(Menatap Nata seolah berpikir)
Maaf, tapi kenapa ya, setiap aku lihat kamu, kamu kelihatan familiar. Apa kita pernah ketemu sebelumnya?
NATA
(Masih diam menatap jalanan di depannya)
SANDRA
Di rumah Oma kamu juga aku nggak sengaja ngeliat foto kamu waktu kecil. Dan aku makin ngerasa kalau kita pernah ketemu sebelumnya.
(menatap jalanan di depannya sambil masih terus berpikir. Merasa bahwa yang ada di kepalanya tidak mungkin, Sandra geleng kepala)
Apa hanya perasaan aku aja?
NATA
(Menghentikan mobil, menatap Sandra)
Di sini?
SANDRA
(Menoleh ke luar jendela dan menyadari bahwa dia sudah sampai di tempat tujuannya)
Iya di sini aja. Aku mau potong rambut dulu biar besok nggak usah pakai wig. Nggak nyaman pakai wig.
NATA
(Mengangguk)
SANDRA
Rumahku sebenarnya udah nggak jauh dari sini. Jalan kaki juga bisa. Besok kamu jemputnya di sini lagi aja, ya.
NATA
(Mengangguk)
SANDRA
Kalau gitu, aku keluar dulu. Thanks buat hari ini.
NATA
Saya yang terima kasih.
SANDRA
(Tersenyum dan sedikit menahan senyumnya agar tidak begitu lebar)
(Sedikit salah tingkah mendapatkan terima kasih dari Nata)
SANDRA
Kalau begitu aku turun dulu.
(Keluar dari mobil)


cut to


9. INT. RUMAH SANDRA - KAMAR TIDUR SANDRA — MALAM

Sandra tengah duduk di depan meja riasnya. Menatap pantulan dirinya di cermin dengan rambut barunya. Rambut pendek sebahunya dan juga berponi. Gadis itu meniup-niup poninya mencoba membiasakan diri dengan stylenya itu.

Sandra lalu teringat sesuatu. Bangkit dari kursi riasnya dan menuju lemari kayunya yang berada di sisi kamar ini. Membukanya, dan membuka sebuah laci kecil yang berada di dalam lemari itu. Sandra lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan di dalam sana.

Membuka lebar sapu tangan itu, Sandra lalu mengusap sebuah nama 'Sonata' yang terukir di ujung kanan sisi bawah dari sapu tangan yang ada dipegangnya.


SANDRA
(Monolog)
Nata, Sonata. Namanya mirip.
(Geleng kepala)
Nggak. Mungkin cuman kebetulan mirip.


Suara ketukan pintu kamar kemudian terdengar. Sandra menoleh menatap pintu yang kemudian terbuka menampilkan ibunya di sana. Rani berjalan masuk ke dalam kamar mendekat pada putrinya.


RANI
(duduk di ranjang tidur Sandra)
Katanya hari ini libur. Tapi kerja juga
SANDRA
Iya, Ibu. Ada kerjaan mendadak.
RANI
Kamu tuh, udah Ibu bilang jangan terlalu banyak kerja.
SANDRA
(Meringis kecil)
RANI
Bagaimana keadaan Sindy? Ibu tadi belum jadi jenguk, hujan seharian.
SANDRA
Iya, Ibu, nggak apa-apa nanti aja kalau sempat. Ibu kan juga kakinya masih sering sakit. Lebih baik istirahat dulu di rumah. Sindu juga katanya udah mendingan kok Bu. Cuman masih belum bisa beraktivitas seperti biasa.
RANI
Kamu coba bujuk lagi dia. Lebih baik tinggal di sini aja sama kita dari pada tinggal sendiri. Kalau sakit begini jadi nggak ada yang ngurusin.
Kalau di sini kan seenggaknya ada Ibu. Walau Ibu nggak bisa jalan jauh-jauh, tapi Ibu masih bisa masak. Biar dia nggak lewati waktu makannya terus.
Nanti kayak waktu itu, dia masuk rumah sakit kekurangan cairan. Jarang makan.
SANDRA
(Ikut duduk di ranjang bersama ibunya. Mengusap lengan ibunya dan tersenyum)
Iya, Ibu. Nanti Sandra coba bujuk Sindy untuk tinggal sama kita, ya.
Makasih ya, Ibu. Udah perhatian sama Sindy.
RANI
Ibu yang justru minta maaf karena sudah memisahkan kalian waktu kecil.
Kamu jadi harus berpisah sama saudara kembarmu.
SANDRA
Nggak, Ibu. Sandra justru terima kasih karena Ibu udah menjadi Ibu Sandra. Sandra jadi tahu hangatnya sebuah keluarga. Punya Ibu yang baik, Ayah yang hebat.
RANI
(Memeluk putrinya)
Ayahmu pasti senang di atas sana karena putrinya tumbuh menjadi gadis yang baik dan cantik seperti sekarang.


cut to


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar