Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC.29-EXT-JALAN GANG-MALAM
Tanya berjalan menyusuri gang dengan tergesa-gesa setalah pulang kerja. Sementara itu, Sagraha mengikuti dari belakang. Tanya yang sudah mulai kesal karena sejak tadi diikuti, akhirnya menoleh ke belakang.
TANYA
Berapa kali gue harus bilang kalau gue bukan Rachel yang kamu maksud? Nama gue Avanitanya. (Tanya menunjukkan nametag di dadanya) Lo bisa baca nggak sih?
SAGRAHA
Dengan kamu ngerubah penampilan kamu layak sekarang, kamu pikir aku nggak bisa ngenalin kamu? Udah jelas-jelas kamu adalah Rachel.
TANYA
(Memutar bola mata dan menatap Sagraha dengan tatapan kesal) Lo punya bukti apa kalau gue ini Rachel yang lo maksud? Di seluruh dunia ini, ada tujuh orang yang punya wajah mirip kayak gue. Ngerti?
SAGRAHA
(Menggeleng) Cuma ada satu Rachel. Dan itu kamu. Kenapa jadi kamu yang marah, Rachel? Padahal kamu yang tiba-tiba ninggalin aku gitu aja. Setelah apa yang udah kita lakuin.
TANYA
(Mendengus) Oke fine. Kalau aku emang beneran Rachel, terus sekarang apa? Bukannya kita udah sepakat buat jadi orang asing untuk satu sama lain? Hal-hal yang pernah terjadi di Bali, Cuma kenangan nggak penting. Lo bisa lupain semuanya mulai dari sekarang. Dan itu juga yang udah gue lakuin. Kenapa lo tiba-tiba jadi sok kenal sama gue?
SAGRAHA
Gimana mungkin aku bisa lupain semuanya? Kamu udah ngerubah hidup aku, Rachel. Kamu udah jadi sosok spesial di hidupku.
TANYA
Aku bukan Rachel yang kamu kenal, Sagraha. Aku bukan Rachel. (Berbalik) Jangan ikutin aku lagi. Kita udah selesai. (Tanya berjalan cepat meninggalkan Sagraha di belakang)
SAGRAHA
Rachel! Aku belum selesai ngomong.
Tanya makin mempercepat langkahnya, setengah berlari.
SC.30-INT-RUMAH SAGRAHA-PAGI
Sagraha sedang berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Sementara itu, Firman duduk di sofa sambil mengamati. Tahu jika Sagraha tidak akan berhenti dalam waktu dekat, Firman menarik tangan Sagraha dan mendudukkan cowok itu ke sofa.
FIRMAN
Mau lo mondar-mandir seribu kali juga, si Rachel itu nggak bakal tiba-tiba ada di sini dan bilang kalau kenangan kalian di Bali itu berharga, oke? Dia nggak bakal meluk lo dan bilang kalau semua cuma prank.
SAGRAHA
Gue nggak tahu salah gue di mana. (Menyugar rambut frustrasi) Oke. Dia emang pernah bilang kalau kita bakal jadi orang asing lagi pas udah pulang dari Bali. Tapi gue (Mendesah, mengacak rambut) Gue bahkan baru mau nyatain perasaan gue sama dia. Gue nggak mau kita Cuma jadi orang asing untuk satu sama lain. Tapi dia pergi ninggalin gue gitu aja. Tanpa pamit. Dan sekarang apa? Dia malah marah-marah sama gue. Emang salah gue apa?
FIRMAN
(Menepuk pundak Sagraha prihatin) Salah lo karena jatuh cinta sama dia yang bahkan nggak nganggap lo penting. (Menepuk pundak lebih keras)
SAGRAHA
(Menunduk dn menutupi wajahnya dengan telapak tangan) Untuk pertama kalinya dalam hidup, gue ngerasain perasaan kayak gini. Cuma buat Rachel. Tapi, kenapa takdir bahkan nggak ngasih kesempatan buat gue bilang ke Rachel waktu itu? Bahwa kebersamaan singkat kita di Bali udah ngerubah hidup gue? Bahwa gue pingin dia terus sama gue?
FIRMAN
Mungkin lo harus berusaha lebih keras lagi. (Tersenyum tipis) Tuhan mempertemukan lo lagi sama Rachel, pasti ada alasannya.
SAGRAHA
(Menatap Firman dengan sungguh-sungguh) Ajarin gue, Man. Lo yang paling ahli soal naklukin cewek.
FIRMAN
(Menepepuk dadanya bangga) Mulai sekarang, panggil gue Master. Gue bakal ajarin kiat-kiat menaklukkan hati cewek dengan baik dan benar. Lo tenang aja.
SAGRAHA
Jadi, gue harus mulai dari mana?
SC.31-INT- KEDAI KOPLO-MALAM
Hari ini, Tanya shift malam lagi. Dia sedang sibuk melayani tamu saat segerombolan orang datang memasuki kafe dan membuat mata Tanya membelalak lebar. Mereka adalah orang-orang yang pernah menoreh luka dan trauma di hati Tanya. Kejadian saat pesta kelulusan SMA dua tahu lalu, masih terngiang jelas di otak Tanya.
ARDI
(Mendekat bersama Prita) Gue mau pesen latte—loh, Tanya. Lo kerja di sini? Ternyata udah pindah dari kedai sebelah, toh? Pantes aja gue cariin nggak ada.
TANYA
(Mencoba tersenyum meski kedua tangannya gugup)
MONOLOG (TANYA)
Kamu bukan Tanya yang dulu. Kamu pasti bisa ngadepin mereka, oke? Mereka cuma sekumpulan sampah yang pernah bikin hidup kamu menderita.
TANYA
(Berhasil mengendalikan diri) Coffe latte-nya satu. Mau ditambah double krimer?
PRITA
(Mendengus geli) Pekerjaan kayak gini, emang yang paling pantes buat lo Nya. (Memegangi lengan Ardi) Ah, ya. Cuma mau ngasih tahu kalau sampai sekarang, hubungan gue masih langgeng sama Ardi. Lo pasti selalu berdoa supaya gue putus sama Ardi. Iya kan?
TANYA
(Mencoba bersabar) Silahkan kembali kalau tidak berniat memesan. Antrian di belakang kalian masih panjang.
PRITA
(Mendengus sinis dan memutar bola mata) Orang kayak lo, Nya. Nggak usah berharap bisa pacaran sama Ardi yang lebih segala-galanya dari lo. Percuma selalu dapat rangking satu pararel kalau akhirnya cuma jadi pelayan kafe. Mana yang katanya dapat beasiswa di ITB?
TANYA
(Bola matanya memerah menahan amarah. Topik sensitif mengenai mimpi dan cita-cita, selalu berhasil menoreh garam pada lukanya yang belum sembuh. Kedua tangan Tanya mengepal erat)
FLASH BACK 2 TAHUN LALU, PESTA KELULUSAN SMA
Hari itu, Tanya merasa menjadi orang paling bahagia di bumi. Dia mendapat beasiswa untuk kuliah di Bandung, punya pacar seorang Ardi yang merupakan mantan OSIS dan kapten tim basket sekolah yang tampan dan memesona. Di hari kelulusan, orang-orang di pesta itu, semuanya, memberi selamat pada Tanya.
ARDI
Kenapa keliatan gugup? (Memegangi tangan Tanya dengan lembut) Malu diliatin orang-orang karena pacaran sama aku?
TANYA
(Menggeleng) Nggak kok. Cuma nggak nyangka aja kalau hidupku bisa sesempurna ini. Bisa kuliah di Bandung bareng kamu, jadi pacar kamu, dapat perhatian dan kasih sayang dari kamu juga. Nggak ada yang lebih baik dari ini.
ARDI
(Tersenyum misterius, kemudian memberikan sebuah kado untuk Tanya) Buat kamu. Makasih udah jadi little fairy di hidupku. (Mengecup kening Tanya) Aku ke belakang dulu ya. Masih ada yang harus diurus.
TANYA
Oke. Sampai ketemu lagi.
Ardi meninggalkan Tanya seorang diri. Dan Tanya hanya bisa berdiri di sana seolah salah tempat. Tanya kemudian melihat Ardi menaiki panggung bersama Prita.
ARDI
Selamat malam semuanya! Gimana pesta perpisahan kali ini? Seru?
MURID-MURID
Seru banget!
ARDI
Jadi gue sekalian mau buat pengumuman penting. (Memegangi bahu Prita) Jadi, mulai hari ini, gue resmi pacaran sama Prita. Tepuk tangan dong! (Memeluk Prita erat dan memasangkan flower crown di atas kepalanya)
Semua orang bertepuk tangan, tetapi dengan wajah bertanya-tanya. Mereka jelas tahu jika selama ini Ardi berpacaran dengan Tanya.
MURID 1
Bukannya Ardi sama Tanya? Udah putus ya? Kapan? Kayaknya tadi baik-baik aja deh.
MURID 2
Masa lo nggak tahu sih? Kabarnya si Ardi taruhan sama gengnya buat pacarin Tanya. Nggak tanggung-tanggung. Taruhannya motor sport! (Sambil melirik Tanya yang mendengarkan mereka)
MURID 3
Gue juga heran sih sebenarnya pas tahu Ardi mau pacaran sama Tanya. Ya meskipun Tanya emang pinter sih. Tapi kepribadian dia nggak banget.
MURID 1
Bener juga. Tanya itu udah pendiem, jarang senyum, suka canggung pula kalau dideketin orang. Kayak sibuk sama dunianya sendiri. Dia bahkan nggak pernah ikut organisasi apapun. Gue jadi ngerasa aneh sendiri kalau didekat dia.
TANYA
(Merasa jika semua orang sedang berbisik-bisik dan menatapnya kasihan sekaligus menghakimi. Tanya merasa semua yang berada dalam dirinya salah. Kepercayaan dirinya runtuh seketika. Dia merasa seperti sampah)
Tanya akhirnya lari saat melihat Ardi memeluk Prita. Dia menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak jatuh.
Ketika sampai di rumah, hati Tanya bertambah hancur berkeping-keping. Ketika itu, Tanya sedang membuka pintu dan ibunya berujar,
IBU
Tanya, kamu jangan kuliah dulu, ya. Kuliah tahun depan saja. Adikmu tahun ini masuk SMA, biayanya banyak. Kakakmu juga lagi skripsian, mau wisuda dan ngeluarin banyak uang. Meskipun kamu dapat beasiswa, tapi tetap aja, ibu nggak bisa biayain kost-an dan biaya hidup kamu. Perekonomian keluarga lagi buruk.
TANYA
(Tidak bisa menahan air matanya lagi untuk luruh. Hidup Tanya, hancur dalam waktu satu malam. Kerja kerasnya selama bertahun-tahun untuk dapat beasiswa, tidak ada artinya lagi. Tanya tidak menjawab perkataan ibunya dan berlari ke dalam kamar)
Tanya menutup pintu, bersandar dibaliknya, melipat lutut dan menangis sejadi-jadinya.
FLASH BACK END
TANYA
(Tersenyum sinis, kemudian dengan tenang menuangkan latte ke dalam cup sambil menatap Prita) Gue selalu pengin ngelakuin ini sejak dulu. (Dengan cepat menyiram isi minuman itu ke wajah Prita) Lo pikir lo siapa bisa berbuat kayak gitu sama gue? Kejahatan yang kalian lakuin pas kelulusan SMA, nggak akan ngerubah apa-apa di hidup gue! Nggak usah ngerasa menang seolah kalian punya segalanya!
ARDI
Sialan. Berani-beraninya lo! (Hendak menampar Tanya tapi ditahan oleh Sagraha yang tiba-tiba datang)
SAGRAHA
(Menatap Ardi tajam) Mending lo pergi sebelum gue hajar.
ARDI
Gue nggak akan tinggal diam. Gue bakal aduin kejadian ini sama manajer toko. Sialan! Jalang kayak dia nggak pantes perlakuin cewek gue kayak gini (Mencoba melepaskan tangan Graha, tapi dengan cepat Graha menonjok rahang Ardi hingga terjatuh ke lantai)
Graha bersiap melayangkan pukulan lagi, tetapi Tanya menarik tangan Sagraha agar berdiri.
TANYA
Graha udah! Orang kayak dia bahkan nggak pantes untuk sekadar ditonjok!
Tanya menarik tangan Graha dan menyeretnya keluar dari kafe dan meninggalkan kekacauan itu.
SC.33-EXT-TAMAN KOTA-MALAM
Tanya dan Graha duduk berdampingan, tetapi ada jarak di antara mereka. Hening yang cukup panjang, sampai kemudian, Tanya berujar.
TANYA
Ngapain kamu tadi ada di sana?
SAGRAHA
Cowok yang tadi. Dia cowok brengsek yang udah permaluin kamu di pesta kelulusan SMA kan?
TANYA
(Menyandarkan punggung ke kursi) Gue nggak nyangka bisa ketemu lo lagi di sini, Sagraha. Gue pikir, gue bisa nganggap lo sekadar orang asing yang numpang lewat. Tapi, kenapa lo malah buka restoran di samping tempat kerja gue? Takdir emang kadang suka lucu.
SAGRAHA
(Menatap Tanya) Karena takdir yang lucu itu, gue memutuskan buat nggak nyerah sama lo. Gue memilih nggak peduli sama alasan lo pergi tanpa pamit. Jadi, sekarang, bisa lo lupain soal teori lo tentang orang asing dan memulai sebuah hubungan sama gue?
TANYA
(Terdiam sejenak) Lo... suka sama Rachel?
SAGRAHA
(Mengangguk) Ya. Aku suka sama sifatnya yang ceria, periang, bebas dan nggak takut apapun. Aku belajar banyak sama kamu, Rachel. Kamu udah ngerubah hidup aku jadi lebih baik.
TANYA
Gue bukan Rachel (Tanya menjawab dingin) Lo nggak tahu apa-apa soal gue, Sagraha. Jadi, pergi aja dan anggap Rachel sebagai kenangan yang bisa bikin lo kuat buat bertahan. Rachel lebih cocok untuk peran itu di hidup lo.
SAGRAHA
Maksud kamu apa? Kamu berkata seolah-olah Rachel itu orang lain.
TANYA
Segala tentang Sagraha dan Rachel udah berakhir sejak mereka meninggalkan Bali. (Menoleh dan memandang Sagraha) Kamu harus tahu itu, Sagraha. Udah enggak ada harapan lagi.
SAGRAHA
Kalau begitu kita bisa tinggal lagi di Bali. Berdua. Kayak dulu. Hidup bebas tanpa perlu repot-repot mikirin besok mau kayak gimana.
TANYA
Jangan konyol, Sagraha. Hidup ini bukan kisah dongeng kayak fairy tale yang berakhir happy ending.
Tanya kemudian berdiri dan menepuk-nepuk celemeknya.
TANYA
Gue nggak akan bisa kerja di kafe lagi setelah kejadian ini. (Menatap Sagraha dan tersenyum tipis) Selamat tinggal, Sagraha. Semoga hidup lo terus baik-baik aja.