Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC.09-EXT-PANTAI PANDHAWA-MALAM
Terlihat Tanya yang keluar dari kantor dengan wajah mendung. Dia melihat ke sekeliling pantai yang sudah sepi. Angin malam yang berembus membuat Tanya mengusap lengannya. Tanya kemudian berjalan ke bibir pantai dengan pandangan kosong.
TANYA
Sekarang aku harus ke mana?
Tanya berjalan lebih dekat ke bibir pantai. Ia kemudian mengambil sebuah tongkat yang tergeletak di dekatnya dan menulis di atas pasir.
Tanya, apa keputusanmu sudah benar?
TANYA
(Tanya menghela napas dan membuang tongkat itu ke air sekuat tenaga sambil berteriak) Kenapa semuanya nggak ada yang berjalan lancar? Kenapa Tuhan jahat banget sama aku? (Suara Tanya berubah serak) Aku ke sini buat jadi Tanya yang baru. Aku udah ngerubah semuanya supaya bisa terlihat layak bergaul sama orang-orang. Tapi, kenapa kayak gini jadinya? (Tanya mengambil napas dalam) Aku nggak tahu harus gimana lagi sekarang.
Tanya putus asa. Saat itulah air mata Tanya turun dan ia menangis sejadi-jadinya. Ternyata, meski sedikit, Tanya menyesali tindakan gegabahnya dengan menghabiskan semua tabungannya dan kabur ke Bali. Tanya terduduk di atas pasir, memeluk lutut dan menangis sejadi-jadinya. Angin dingin yang berembus menerbangkan rambut Tanya ke segala sisi.
Beberapa saat kemudian...
TANYA
(Mengangkat kepala dan mengusap air matanya kasar) Nggak, Tanya, jangan cengeng! Aku bukan Tanya yang dulu. Aku bukan pengecut! Nggak boleh nyerah sama hal-hal cemen kayak gini. (Tanya mengepalkan kedua tangannya. Kobaran tekad di matanya kembali lagi. Ia mengembuskan napas, membuang kegelisahan) Oke! Sekarang kita mulai dari mana?
Tanya merasakan sesuatu menyentuh kakinya. Ia melihat sebuah selebaran terbawa angin dan mendarat di dekatnya. Tanya mengambil selebaran itu. Ternyata ada sebuah cottage yang lokasinya dekat dengan Pandhawa, sedang mencari pramusaji di restorannya. Pastel Shell Cottage and Resto. Senyum Tanya terlukis sangat lebar. Dia buru-buru bangkit dan mengangkat tangannya ke atas.
TANYA
Tanya, Fighting!
CUT TO
SC.10-EXT-RESTORAN PASTEL SHELL -MALAM
Restoran itu ramai dengan pengunjung. Restoran ini berkonsep terbuka, berada di tengah-tengah cottage dengan nuansa tradisional dan modern. Ada lampu-lampu antik berwarna kekuningan yang tergantung di setiap tiang kayu, memberi kesan romantis. Di tiap meja, ada sebuah lilin kecil yang menambah kecantikannya. Para pegawai yang bekerja memakai pakaian bebas. Yang membedakan mereka ada sebuah scraft cantik berwarna pastel yang melingkar di leher, serta sebuah gelang yang terbuat dari kerang.
Tanya melihat-lihat restoran itu dengan mata berbinar. Kemudian Tanya mengambil napas dalam-dalam, mengepalkan tangan dan berjalan tegap ke arah kasir.
FITRI
Selamat datang di Pastel Shell Resto. Mau pesan apa?
TANYA
(Meringis) Eh, itu. Aku denger di restoran ini lagi nyari pramusaji? Apa masih ada lowongan?
FITRI
Masih Kak. Kakak bisa taruh surat lamaran kerjanya di sini. Besok pagi akan kami hubungi untuk wawancara.
TANYA
(Meringis lagi) Eh, anu Mbak. Aku belum bikin surat lamaran—
Tiba-tiba Sintya datang sambil membawa nampan berisi pesanan dan menghentikan kalimat Tanya.
SINTYA (Pemilik Cottage)
Fitri, tolong bantu bagian dapur dulu. Antar ke pelanggan. (Menghampiri Fitri sambil membawa nampan berisi pesanan) Tamu malam ini rame banget. Mana Ghea nggak bisa dateng lagi. Semua jadi keteteran.
FITRI
(Mengambil alih nampan) Oke Boss. (Berjalan keluar dari kasir)
SINTYA
(Melihat Tanya dan tersenyum) Sudah pesan?
TANYA
Eh, saya ke sini mau melamar pekerjaan sebagai pramusaji (Tanya mengangkat brosur yang dia temukan di pantai tadi) tapi saya belum bikin surat lamaran pekerjaan karena langsung ke sini. (Meringis)
SINTYA
(Memandang Tanya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan sorot menilai, kemudian tersenyum tipis) Penampilan kamu oke juga. Keliatan santai dan bebas. Cocok untuk image Pastel Shell. (Sintya mengulurkan tangan) Oke. Kamu dapat kesempatan magang dulu selama dua bulan. Masalah kontrak kita bicarakan lagi.
TANYA
(Menyambut uluran tangan itu dengan bingung)
SINTYA
Kamu bisa mulai kerja sekarang. Taruh tas kamu di dapur dan pakai scraft sama gelang kayak yang lain. Untuk teknisnya, kamu cari orang yang namanya Ghea. (Menunjuk ke arah dapur) Dia bakal bimbing kamu dan kasih tahu apa yang harus dikerjin. Ah, nama kamu siapa?
TANYA
(Masih kaget dan bingung) Ta—eh, Rachel. Namaku Rachel.
SINTYA
(Menepuk bahu Tanya.) Oke, Rachel. Selamat bergabung dengan Pastel Shell!
TANYA
(Tersenyum dan mengangguk senang) Terima kasih! Aku akan berusaha keras.
CUT TO
SC.11-EXT-COTTAGE-MALAM
Terlihat Sagraha yang baru keluar dari salah satu cottage. Ponselnya bergetar. Ada sms masuk dari Firman dan Sagraha membukanya.
Selamat berlibur, Sa. Nggak usah buru-buru pulang. Restoran nggak akan kabur ke mana-mana.
Sagraha mengetikan balasan
Harusnya lo nyariin penginapan yg ada dapur pribadinya. Dasar nggak guna.
Sagraha menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dia lanjut berjalan ke luar hotel. Wajahnya tampak gelisah karena seharian belum menyentuh dapur. Sagraha kemudian berpasan dengan pegawai hotel yang mengenakan scraft putih dan menghentikannya.
SAGRAHA
Mbak mau tanya.
PEGAWAI 1
Ya, ada yang bisa dibantu?
SAGRAHA
Di sini ada dapur umum nggak? Saya pengin masak sendiri.
PEGAWAI 1
Mohon maaf, Pak. Kami tidak menyediakan dapur umum. Jika bapak lapar, bapak bisa ke restoran kami yang berada di sana (Menujukkan arah restoran pada Sagraha) Bapak juga bisa pesan makanan lewat layanan kamar. Nanti bisa diantar.
SAGRAHA
Ah, begitu ya. (Sagraha menggaruk tengkuk) Yaudah kalau begitu. Terima kasih.
PEGAWAI 1
(Tersenyum) Sama-sama.
Sagraha dengan terpaksa menuju restoran itu karena dia belum makan seharian. Sagraha melihat-lihat sekitar, kemudian duduk di salah satu kursi kosong dan menunggu pelayan mendatanginya. Saat itulah Sagraha melihat Tanya yang sedang melayani pelanggan.
SAGRAHA
Bukannya itu cewek aneh yang ada di pantai tadi? Ternyata dia bekerja di sini?
Terlihat Tanya yang sedang meletakkan pesanan ke meja pelanggan nomor 5. Di nampannya masih ada dua minuman untuk diantar ke meja lain. Tiba-tiba saja, seseorang lewat dan meremas bokong Tanya, membuat Tanya kaget dan refleks berbalik. Minuman di atas nampan seketika jatuh mengenai pria itu dan membuat pakaiannya basah.
Sagraha melihat kejadian itu, agak terkejut, tetapi memilih diam.
PELANGGAN DITO
(Melihat bajunya yang basah dan menatap Tanya marah) Apa-apaan kamu? Sengaja ya?
Tanya menatap Dito kesal dan melemparkan sisa air di gelas itu tepat ke wajah Dito dan seketika memancing perhatian.
TANYA
Saya yang seharusnya bertanya sama Bapak! Apa-apaan tadi? Bapak sengaja meremas bokong saya! Ini namanya pelecehan seksual!
Sagraha mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, masih mengamati.
DITO
Wah. Kamu punya bukti apa nuduh saya? (Dia menatap orang-orang yang ada di sana) Apa kalian melihat saya melecehkan dia? Enggak ada yang lihat, kan? Jangan mengada-ngada. Kamu yang kurang ajar karna numpahin minuman ke baju saya!
TANYA
(Menyugar rambutnya frustrasi) Hidup saya udah berantakan sejak pagi. Bapak jangan nambah-nambahin dong. Perkerjaan ini satu-satunya yang bisa nyelametin hidup saya. Saya bangkit lagi karena ngira masih ada harapan. Tapi Bapak malah seenaknya—
SINTYA
Ada apa ini?
Sagraha masih menimang-nimang apakah akan ikut campur atau tidak. Sebab, Sagraha tidak suka mencampuri urusan orang lain.
DITO
Kamu yang punya restoran? Anak ini numpahin minuman ke baju mahal saya! Udah gitu nuduh saya cabul lagi! (Menunjuk tanya dengan jarinya) Dasar wanita nggak bener!
Oke, cukup. Sagraha menghentikan ketukan jarinya di atas meja, kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan mendekat.
TANYA
(Menatap Sintya dengan putus asa) Mbak, Bapak ini dulu yang—
DITO
Pokoknya saya mau minta ganti rugi. Pecat aja pelayan ini.
Sagraha berdiri di dekat Tanya.
SAGRAHA
Saya saksinya.
Tanya, Sintya dan Dito memandang Sagraha dengan tatapan bingung.
SAGRAHA
Saya ngeliat Bapak ini sengaja melecehkan dia. (Menunjuk Dito dengan jarinya, kemudian Sagraha mengangkat ponselnya ke udara) Saya punya buktinya di sini. Mau ke kantor polisi sekarang?
Wajah Dito seketika berubah panik. Dia mendengus kemudian kembali ke kursinya. Tanya menatap Sagraha dengan pandangan terima kasih. Setelah itu, Sagraha melenggang pergi dengan santai.
SC.12-EXT-HALAMAN DEPAN TEBING-MALAM
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Graha berdiri ditepi tebing yang bagian pinggirnya diberi besi pembatas. Di depan, terbentang pemandangan pantai di malam hari. Angin berembus dingin dan membelai rambut Sagraha lembut.
Di belakang Sagraha, tampak Tanya yang sedang mengembuskan napasnya berkali-kali untuk mengusir gugup. Dia bahkan melompat-lompat dan menepuk-nepuk pipi.
TANYA
Cuma bilang terima kasih dan ngajak kenalan. Kamu bukan Tanya lagi sekarang. Tapi Rachel. Rachel itu orangnya ceria, ramah, bebas dan berani. Nggak boleh bersikap canggung atau minder. Kamu pasti bisa! (Mengepalkan tangan) Rachel, fighting!
Tak lama kemudian, Tanya datang dan menghampiri Sagraha, sedikit canggung awalnya.
TANYA
(Menatap Sagraha, mencoba santai) Hallo, selamat malam. Makasih tadi udah bantuin aku. Ah, ya. Kita belum kenalan kan? Namaku Rachel (Tanya tersenyum ceria dan mengulurkan tangannya) Kalau nama kamu siapa?
Sagraha hanya mengangguk tanpa menoleh, kemudian hening sejenak.
TANYA
(Menurunkan tangannya dengan senyum canggung. Dia ikut memandang laut sambil memegangi pagar pembatas) Aku barusan bikin roti bakar sama jahe anget. Kamu kayaknya belum sempat makan malam dan langsung pergi.
SAGRAHA
Kamu nggak perlu berhutang budi atau berterima kasih.
TANYA
(Memiringkan kepala dan menatap Sagraha) Wah. Ternyata kamu tipe cowok dingin, ya. (Mengangguk-angguk) kalau enggak mau makan bareng, biar rotinya aku anter ke kamarmu aja. Gimana? (Tanya tersenyum ceria) Tinggal di kamar nomor berapa?
SAGRAHA
(Melirik Tanya dari ekor matanya) Emang udah biasa sok kenal sama orang asing ya?
TANYA
(Tertawa renyah) Enggak. Ini pertama kalinya aku ngajak ngomong orang asing duluan. (menatap Sagraha dan tersenyum tipis) Selamat, kamu jadi orang pertama yang menerima keramahan hatiku sejak menginjakkan kaki di Bali. Perlu perayaan pakai confetti nggak ini? (Terkekeh)
SAGRAHA
(Tersenyum sinis. Kali ini sepenuhnya memandang Tanya) Ah, berarti cewek gila yang aku liat di pantai tadi siang itu kembaran kamu ya?
TANYA
(Melotot, terkejut. Sedetik kemudian meringis dan menepuk-nepuk pipinya) Ah, jadi kamu tadi ada di sana, ya? (Tersenyum lagi) Tadi itu aku lagi ngeluarin stres gara-gara ditipu sama orang. (Menghadap ke pantai lagi) Kamu tahu? Terkadang, pergi ke tempat asing di mana nggak ada orang yang kenal kita, bikin kita jadi lebih bebas buat ngelakuin apapun. (Merentangkan kedua tangannya dan membiarkan rambutnya berantakan di tiup angin) Aku bebas menunjukkan sisi lain diriku tanpa ada yang berani berkomentar atau mengolok. Toh, aku nggak bakal ketemu sama bule-bule tadi lagi. Mereka cuma singgah sejenak dan bakal terlupakan akhirnya.
SAGRAHA
(Mulai merasa penasaran) Kalau ternyata bule itu nginep di sini, gimana?
TANYA
(Nyengir lebar) Ya tinggal say hello aja dan bilang: (dangan nada ala-ala Inggris tetapi lucu) sorry, mister. Yang kemarin mister liat di pantai itu kembaran aku. Dia emang agak stres orangnya. Maapin yak!
SAGRAHA
(Sudut bibirnya terangkat, menahan senyum. Dia buru-buru mangalihkan pandangan)
TANYA
Kalau mau ketawa ya ketawa aja Mas. Nanti kalau ditahan-tahan jadi kentut loh (Tanya menyeringai, dan Sagraha terkekeh kecil. Tanya buru-buru mengulurkan tangannya) Jadi, nama kamu siapa?
SAGRAHA
(Tidak membalas uluran tangan Tanya dan hanya menatap ke depan.) Aku... Sagara. Kamu bisa panggil aku Saga.
Mereka berdua, hanya orang-orang yang singgah tanpa menetap, kan? Sebuah kenangan yang kemudian terlupakan? Setidaknya, itu yang dipikirkan Sagraha saat memperkenalkan dirinya sebagai Saga.