Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kamu Orang Seperti Apa Ketika Jatuh Cinta?
Suka
Favorit
Bagikan
7. Tujuh

SC.23-EXT-COTTAGE-PAGI

MONTAGE

1. Tanya dan Graha sedang memasak berdua di dapur. Lebih tepatnya, Graha yang memasak dan Tanya hanya mencekcoki.

2. Tanya mencolek pipi Graha dengan tepung. Mereka berdua tertawa lebar.

3. Sintya lewat di depan mereka dan geleng-geleng kepala.

4. Tanya memperlihatkan hasil masakannya yang berantakan.

5. Sagraha mengambil alih piring Tanya dan memperbaikinya, tetapi Tanya malah mengambil makanan itu dan melahapnya sebelum Sagraha gatal ingin menghiasnya.

6. Tanya terbahak-bahak dan Sagraha hanya bisa menghela napas.

7. Tanya dan Graha berjalan sambil bergandengan tangan di tepi pantai. Mereka berdua saling tatap, mengobrol dan tertawa seru.

8. Tanya melepaskan tangan Graha, berlari menuju air dan melambaikan tangan

9. Begitu Sagraha mendekat, Tanya memerciki Sagraha dengan air laut dan tertawa lebar.

10. Mereka berdua main air dan basah-basahan.

11. Mereka mengenakan pelampung dan bersiap naik ke banana boat

12. Mereka tertawa kencang saat banana boat melintasi laut Pandawa dengan kencang dan membuat mereka terbang.

13. Tiba di cottage sore harinya, Sagraha melambaikan tangan ke arah Tanya yang harus bekerja shift malam. Sagraha menatap Tanya seperti orang yang sedang jatuh cinta.

14. Namun, tiba-tiba Sagraha mengambil alih nampan milik Tanya dan menggantikannya untuk mengantar pesanan. Tanya mendelik dan Sagraha terkekeh kecil.

SC.24.-EXT-TEPI PANTAI-MALAM

Sagraha dan Tanya menggelar kain di atas pasir. Sagraha membawa gitar sementara Tanya bersandar di bahu Sagraha. Angin pantai yang lembut membuat rambut mereka beterbangn ke segala sisi.

SAGRAHA

Bisa nyanyi nggak? Biar aku yang gitarin. (Sambil memetik gitar)

TANYA

Kata orang sih, suaraku merdu banget. (Terkekeh) Saking merdunya langsung disuruh berhenti padahal baru nyanyi sebaris doang.

SAGRAHA

(Terkekeh) Nggak apa-apa. Kupingku kebal kok sama suara cempreng. Nyanyi aja.

TANYA

(Duduk tegak dan menatap Sagraha) Beneran ya? Awas aja kalau sampai mabok. Aku cubit pipinya sampai merah! (Membuat gerakan tangan bersiap mencubit)

SAGRAHA

(Menghindar sejenak, kemudian tersenyum saat Tanya tertawa lepas.) Jadi, mau nyanyi apa?

TANYA

Count on me? (Mengerling) Aku suka banget lagu itu. Nadanya kedengeran enak, bikin adem dan berbunga-bunga.

SAGRAHA

Oke, aku tahu. Siap ya. (Mulai memetik gitar)

TANYA

(Mulai menyanyi dengan suara cempreng) You can count on me like one two three i’ll be there. And I know when i needed i can count on you like four three two you be there. Dah ah. Rusak nanti gendang telinga kamu.

SAGRAHA

(Terkekeh dan mengusap kepala Tanya perlahan) Kalau boleh jujur, nyanyian kamu emang agak mengecewakan sih.

TANYA

(Mendelik, dan Sagraha tertawa) Graha. Kamu punya tujuan hidup nggak?

SAGRAHA

Entahlah. Dulu yang bikin aku semangat hidup cuma Saga. Jadi, liat Saga sembuh adalah tujuan hidupku. (Menoleh dan memandang Tanya lekat) Kalau kamu?

TANYA

Tujuan hidupku... (Tanya tampak seperti sedang berpikir keras, kemudian menatap Sagraha dan tersenyum tipis) Nggak ada. Let it flow aja. Aku masih pengin jalanin hidup aku kayak gini-gini aja. Tinggal di depan pantai, malamnya kerja, terus masih bisa main dan ketawa bareng kamu. Untuk sekarang, itu udah lebih dari cukup.

SAGRAHA

(Tersenyum dan mengacak puncak kepala Tanya. Hati Sagraha menghangat karena Tanya.)

TANYA

Graha. Kenapa kamu nggak buka restoran aja? Menunya yang sehat-sehat. Kayak yang biasa kamu bikin buat Saga. Pasti banyak orang-orang diluar sana yang kesusahan nyari menu bergizi tapi enak buat keluarganya yang sakit. Masakan kamu mantep banget soalnya. Aku aja nggak bisa bedain mana daging mana tempe.

SAGRAHA

(Terkekeh) Ide bagus. Nanti aku bisa saingan sama restoran punya ayah yang menu makanannya berlemak semua. (Terkekeh lebar) Mungkin nanti mereka bisa request dulu bahan apa aja yang mau dipakai. Wah, aku udah bisa bayangin bakal jadi kayak apa.

TANYA

Hm. Aku tahu kalau kamu pasti bakalan sukses. (Tersenyum tipis) Oh iya, Ga, kenapa kamu selalu terobsesi sama masak?

SAGRAHA

Karena memasak adalah cara aku ngerasa lebih dekat sama Saga. Memori-memori indah kita, sering terjadi pas kita lagi masak. Aku sering tiba-tiba denger suara Saga yang komentarin masakan aku.

TANYA

Saga pasti bersyukur banget punya kakak sebaik kamu. (Menepuk bahu Sagraha bangga)

SAGRAHA

(Tersenyum) Besok pagi, ayo kita lihat sunrise bareng. Ada hal penting yang mau aku omongin.

TANYA

(Menguap dan bersandar di bahu Sagraha) Kenapa enggak sekarang aja?

SAGRAHA

(Tersenyum dan mencolek hidung Tanya gemas) Orang kamu lagi ngantuk gini. Enggak fokus. (Diam-diam Sagraha memakaikan sebuah gelang perak di pergelangan tangan Tanya. Satu set dengan kalung yang masih berada di saku celananya)

TANYA

Iya. Mata ini berasa kayak ada lemnya. Berat banget. (Setengah memejamkan mata)

SAGRAHA

(Selesai memasangkan gelang tanpa diketahui Tanya, kemudian tersenyum puas) Jangan tidur di sini. Aku nggak kuat bopong kamu sampai ke atas.

TANYA

Ah, oke. (Sambil menguap, Tanya mulai berdiri dan melambaikan tangan) Kamu yang beresin semua ya. Makasih buat malam ini!

GRAHA

Jangan lupa besok pagi. Liat sunrise! Jam 5!

TANYA

Iya bawel. Nanti aku bangun sejam lebih awal!

GRAHA

(Setelah Tanya pergi, Sagraha merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung perak dengan hiasan kerang. Sagraha tersenyum tipis dan mulai bicara sendiri sambil menatap kalungnya) Rachel. Aku tahu kalau kamu bakal ketawa pas denger ini, tapi, aku beneran serius. (Menghela napas) Aku mau kita nggak jadi orang asing lagi. (Geleng-geleng) Enggak. Setelah pulang dari Bali, aku pengin kita terus kayak gini. Aku nggak mau jadi orang asing di hidup kamu. Bisakah? (Tertawa sendiri dan merebahkan badannya dan menatap langit penuh bintang) Gimana mungkin, kamu bisa nyentuh hati aku dalam waktu kurang dari sebulan, Rachel? Aku janji, besok pagi bakal jadi hari yang nggak akan kamu lupain seumur hidup.

SC.25-EXT-TEPI PANTAI-PAGI

Pagi sudah menjelang, matahari sudah naik dan Tanya tak kunjung datang. Gadis itu mengingkari janjinya. Graha melihat kalung di telapak tangannya, menaruh kembali benda itu ke dalam kotak merah dan berjalan kembali ke atas menuju cottage. Graha kemudian menghampiri Sintya yang sedang menyiapkan sarapan di meja prasmanan.

GRAHA

Liat Rachel nggak Mbak? Kita janjian di pantai liat sunrise pagi ini. Tapi dia nggak dateng.

SINTYA

Lho, kamu nggak tahu? Rachel buru-buru pergi tadi pagi. Semalem kayaknya dia dapat telpon penting. Terus langsung berangkat ke bandara ambil penerbangan pagi.

GRAHA

(Syok, terdiam sejenak) Tanya nggak bilang sama aku kalau dia mau pergi.

SINTYA

Mungkin nggak sempet kali. Soalnya dia kelihatan buru-buru banget. Dia bahkan nggak sempat bawa lukisannya. Masih ada di belakang restoran.

SAGRAHA

Rachel berangkat jam berapa tadi?

SINTYA

Sekitar satu jam yang lalu. Kamu mau nyusul ke bandara?

SAGRAHA

Iya. Aku nggak bisa kehilangan Rachel gitu aja. Nggak banyak yang aku tahu soal dia. Aku bahkan nggak tau nomor telepon atau alamat tempat tinggal dia (Menyugar rambutnya dengan frustrasi) Goblok banget! (Buru-buru berlari menuju parkiran)

SINTYA

(Berteriak) Hati-hati jangan ngebut! Keselamatan diri sendiri lebih penting ya Sa! Inget!

CUT TO

SC.26-INT-BANDARA

Sagraha kehilangan jejak Tanya. Dia berlarian ke sana ke mari, bertanya pada orang-orang apakah mereka melihat Tanya. Saat sudah lelah berlarian, Sagraha mengacak rambutnya frustrasi. Sagraha kemudian bertanya pada bagian informasi dan mengetahui fakta bahwa pesawat yang berangkat pagi itu hanya mempunyai dua rute, yaitu Jogjakarta dan Jakarta.

Sagraha merasa punya harapan jika dia akan menemukan Tanya.

SC.27-RESTORAN SAGARA’S-PAGI

6 BULAN KEMUDIAN

Sagraha akhirnya membuka restoran baru seperti yang pernah dia bicarakan dengan Tanya. Restoran itu berada dikawasan yang ramai dengan gedung perkantoran, bersebelahan dengan kedai kopi hitz yang sering dikunjungi anak-anak muda. Sagraha sedang mengarahkan pegawainya menghias bagian dalam restoran untuk acara pembukaan besok siang.

SAGRAHA

Bannernya taruh sini aja. (Sagraha melambaikan tangan pada seorang petugas yang akan memasang banner) Terus itu. Nggak usah dikasih balon. Terlalu rame. Lagian siapa sih yang suruh beli balon? Emangnya ini pesta ulang tahun anak TK?

Firman tiba-tiba datang dan menepuk pundak Sagraha dari belakang.

FIRMAN

Galak amat boss.

SAGRAHA

(Menatap Firman dengan mendelik) Lo kan, yang nyuruh mereka beli balon? (Sagraha kemudian mengambil balon terdekat dan melemparnya ke arah Firman) Makan tuh balon. Dasar otak bocah.

SAGRAHA

Mas, lukisannya taruh di sini aja (Menujuk sebuah dinding yang memungkinkan untuk dilihat pelanggan yang baru masuk. Itu adalah lukisan milik Tanya, yang ada potret Sagraha di dalamnya)

TUKANG 1

Oh, nggeh Mas.

SAGRAHA

Dipakunya hati-hati, jangan sampai jatuh.

TUKANG 1

Iya Mas. Tenang. Saya udah profesional kok. (Melanjutkan tugasnya dengan palu dan lukisan)

Firman menghalangi Sagraha saat cowok itu hendak protes lagi.

FIRMAN

Jadi itu lukisannya Rachel yang lo bangga-banggakan itu? Lumayan juga. Lo kelihatan setingkat lebih ganteng di sana.

SAGRAHA

(Mendelik) Bukannya gue udah ganteng sejak dulu? (Sagraha teringat Tanya yang pernah meminta pendapat orang asing apakah dia cantik atau tidak)

FIRMAN

(Tertawa keras. Tidak menyangka jika Sagraha bisa narsis juga) Gue beneran berterima kasih sama Rachel. Berkat dia, Sagraha gue bisa bangkit lagi dan jadi orang baru. Ya walaupun maniak masaknya masih belum sembuh dan kadang-kadang suka ngelamun sendiri kayak orang patah hati, sih. (Menyeringai saat melihat raut wajah Sagraha yang berubah kesal) Kasihan, ganteng-ganteng jadi korban ghosting.

SAGRAHA

(Menghela napas lelah) Lagian sejak awal kita emang nggak ada komitmen. Bukan salah dia. Gue yang telat ngomong.

FIRMAN

Yaudah kalo gitu move on, dong. Enggak usah ngabisin duit buat ke Bali sebulan sekali buat nyari Rachel kayak budak cinta. (Duduk di sebuah kursi) Oh iya. Minggu depan Rianda balik. Udah kelar dia kuliahnya.

SAGRAHA

(Sibuk menata bunga di dalam vas) Nggak ada urusan sama Rianda.

FIRMAN

Yaudah kalau begitu Rianda buat gue aja. Lagian Rianda juga pasti udah move on sama bule London. (Membalas santai) Oh iya. Kedai kopi di samping toko lo undang nggak? Yang rukun ama tetangga sebelah, biar enggak diomongin di belakang.

SAGRAHA

Enggak. Besok gue kirim makanan aja ke sana.

FIRMAN

Oh yaudah, terserah lo. Begitu juga boleh. Tapi beneran nggak mau nunggu Rianda pulang dulu baru launching?

SAGRAHA

Gue sama dia udah selesai sejak lama. Tanya sekali lagi, gue usir lo dari sini.

FIRMAN

(Tertawa lebar) Ampun Bang Jago!

SC.28-KEDAI KOPI KOPLO-SIANG

Sagraha masuk ke dalam kedai sambil membawa beberapa kotak bekal yang disusun ke atas. Acara launching toko barunya sudah selesai dan Sagraha berniat beramah tamah.

Tanya bekerja di kedai itu selama lima bulan terakhir dan terkejut saat melihat Sagraha masuk ke dalam kedai. Dia buru-buru sembunyi di balik etalase dan menghalangi temannya yang akan pulang karena pergantian shift.

TANYA

Vin, jangan pergi dulu. Tolong gue pliiss. (Menangkupkan kedua tangannya di atas dada. Vina menatap Tanya sambil menunduk dengan tatapan heran)

VINA

Kenapa sih?

TANYA

Cowok yang baru masuk itu. Lo yang atasin dia ya. Please! Setelah itu lo boleh pulang. Oke? Tolong banget! (Mata Tanya tampak putus asa karena tidak mau terlihat oleh Sagraha)

VINA

(Melihat ke arah Sagraha) Cowok ganteng begini. Bening lagi. Kenapa nggak mau nemuin?

TANYA

Pokoknya jangan sampai dia liat gue. Udah gitu doang.

VINA

(Mengangguk dan menatap Sagraha yang sudah datang) Selamat datang di Kedai Koplo. Mau pesan apa Mas?

SAGRAHA

Ah, enggak. Saya dari restoran sebelah yang baru buka hari ini (Menaruh beberapa kotak makanan ke atas konter) Ini buat kalian, sebagai salam pertemanan. (Tersenyum manis. Sagraha tidak sengaja menjatuhkan kunci mobilnya di atas meja saat menaruh kotak)

VINA

(Mata berbinar) Terima kasih banyak Mas. Semoga restorannya lancar dan sukses.

SAGRAHA

(Mengangguk dan tersenyum) Sama-sama. Silahkan mampir kalau laper. Makanan di sana sehat-sehat semua. Enggak bakal bikin gemuk.

VINA

Tentu.

SAGRAHA

Kalau begitu saya permisi dulu.

Begitu Sagraha pergi, Tanya keluar dari persembunyiannya dan bernapas lega.

VINA

Ada apa sih? Kenapa orang ganteng kayak gitu malah dihindarin?

TANYA

Ada lah pokoknya. Gue nggak bisa cerita. (Melihat kotak makanan yang dibawakan Sagraha. Terlihat merk restorannya; ‘Sagara’s resto’ membuat Tanya menghela napas panjang) Jadi bener restoran baru itu punya Sagraha? (Menjambak rambutnya frustrasi) Kenapa dunia sempit banget kayak daun kelor? Gue pikir dia orang Jakarta. Kenapa tiba-tiba jadi warga Jogja?

Tiba-tiba, tanpa Tanya sadari, Sagraha kembali lagi karena kunci mobilnya ketinggalan saat ia menaruh kotak makanan di atas meja.

SAGRAHA

Permisi. Kunci mobil saya ketingg—(Terhenti karena matanya bertatapan dengan Tanya) Rachel?

TANYA

(Meringis, syok, terkejut)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar