Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kamu Orang Seperti Apa Ketika Jatuh Cinta?
Suka
Favorit
Bagikan
2. Dua

SC.04. EXT-DEPAN KONTRAKAN BALI-PAGI MENJELANG SIANG

Terlihat Tanya yang sedang mencocokkan tulisan di secarik kertas dengan plang di depannya. Raut wajahnya tampak bingung karena ini pertama kalinya dia bepergian jauh seorang diri.

TANYA

Memang benar ini kan, alamatnya? Kos-kosan permata hijau. (Memandang plang dan kertasnya bergantian, berdiri dengan canggung dan mengusap tengkuknya)

Seorang pemuda berusia sekitar tiga puluhan, BLI AGUS, menghampiri Tanya. Dia memakai ikat kepala dan sarung kotak-kotak. Pembawaannya tampak begitu ramah.

BLI AGUS

Ada yang bisa dibantu?

TANYA

Permisi mau bertanya. Ini benar indekos permata hijau kan?

BLI AGUS

Benar.

TANYA

(Mengangguk) Nama saya Avanitanya. Saya kemarin sudah booking kamar di sini lewat website untuk satu minggu ke depan. (Tanya mengeluarkan kertas berisi bukti transfer sewa kamar dan menyerahkannya pada Bli Agus)

BLI AGUS

(Melihat kertas itu dengan kening berkerut dalam) Mohon maaf, tapi kos-kosan kami tidak pernah pasang iklan apapun lewat website atau melakukan pembayaran secara online (Dia menunjuk rumah di sebelah kos-kosan dengan ibu jarinya) Kalau mau pesan kamar, bisa langsung bicara sama pemiliknya. (Bli Agus tersenyum tipis dan mengembalikan kertas itu dengan sopan)

TANYA

Tapi Pak, saya sudah transfer uang ke rekening atas nama Bli Ketut. Katanya dia pemilik kosan ini. Sebentar, saya punya fotonya. (Mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan wajah Bli Ketut) Bapak kenal sama orang ini kan?

BLI AGUS

(Melihat foto itu sekilas, kemudian menggeleng) Wah, saya nggak tahu. Dan kamu bukan orang pertama yang ketipu. Dari kemarin sudah ada sekitar tiga orang yang datang dan kasusnya sama seperti kamu. (Dia menunjuk foto di hape tanya.) Ya orangnya sama. Yang ini. Saya baru mau ke kantor polisi untuk membuat laporan (Raut wajah Bli Agus tampak bersalah)

TANYA

(Bahunya terkulai lemas. Jatah uangnya untuk bertahan hidup di Bali sudah lenyap)

BLI AGUS

Kalau boleh, saya minta bukti transaksi dan nomor rekening pelaku untuk tambahan barang bukti.

TANYA

(Mengangguk dengan lemas dan menyerahkan kertas bukti transfer) Ini Pak. Semoga penjahat itu cepat ketangkap dan enggak meresahkan.

BLI AGUS

(Menerimanya dan mengangguk sopan) Kalau begitu saya permisi dulu. (Berjalan menjauhi Tanya)

TANYA

Tunggu! (Tanya menghentikan langkah Bli Agus dengan canggung.) Kalau boleh tahu, harga sewa kamar di sini per malamnya berapa?

BLI AGUS

(Berbalik dan memandang Tanya) Yang paling murah sekitar seratus ribu per malam. Bisa dapat diskon dua persen kalau menginap lebih dari sebulan.

TANYA

(Kening berkerut, tampak putus asa karena sisa uangnya tidak banyak. Dia harus berhemat supaya bisa hidup di Bali lebih lama) Ah. Kalau begitu terima kasih, Pak.

BLI AGUS

(Tersenyum tipis dan mengangguk) Sama-sama. Kalau begitu saya permisi. Lain kali hati-hati ya. Jangan gampang percaya sama orang.

Bli Agus pergi dan Tanya mengacak rambutnya frustrasi.

TANYA

Ah, sial. Uangku Cuma tinggal tiga ratus ribu buat hidup. Kalau dibuat nginep cuma dapat dua hari dan sisa seratus ribu buat makan. Belum lagi uang transport. (Tanya mengusap wajahnya dan berjongkok. Wajahnya tampak begitu kesal dan putus asa.) Kenapa aku bisa ketipu sama harga murah, sih? Kenapa juga aku nggak cross check dulu sebelum transfer? Tanya, Tanya. Baru sampai di Bali udah kena sial.

CUT TO

SC.05-EXT-BANDARA NGURAH RAI-BALI

Terlihat Sagraha sedang menyeret kopernya ke tempat kedatangan. Di barisan depan, orang-orang membawa papan nama di kepala mereka. Sagraha segera menemukan namanya dan mendekat dengan wajah datar.

PAK YANTO

(Melihat Sagraha dan tersenyum) Dengan Mas Sagraha?

SAGRAHA

(Mengangguk) Ya.

PAK YANTO

Perkenalkan, nama saya Yanto. Saya dari Black rose agent and travel. Selama Mas Sagraha di Bali, saya yang bertugas mengantar Mas Sagraha ke mana pun. Dulunya saya juga tinggal di Jogja lho Mas. Tapi sekarang menetap di Bali sama istri. (Tersenyum lebar. Tetapi saat melihat wajah datar Sagraha, senyumnya berubah canggung) Mari Mas saya antar ke hotel. Biar kopernya saya bawakan. (Mengambil alih koper milik Sagraha)

SAGRAHA

(Mendahului jalan Pak Yanto) Anter saya ke pantai Pandawa dulu.

PAK YANTO

Baik Mas.

Mereka berdua berjalan menuju mobil yang terparkir.

CUT TO

SC06-EXT-TEPI PANTAI PANDHAWA-SIANG

Tanya berjalan dengan kaki telanjang di hamparan pasir halus pantai Pandhawa. Rambut cokelat terang sebahu dengan ombre berwarna pastel lembutnya berantakan tertiup angin, begitu pula dress bekas di bawah lutut keluaran channel yang dipakai Tanya. Tanya membawa kardigan kebesaran berbahan sifon, dan tas ransel berisi beberapa potong pakaian.

TANYA

(Merentangkan tangan menikmati angin, kemudian tersenyum dan memejamkan mata. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka mata) Oke, lupain dulu soal duit dua ratus ribu yang hilang. Tujuanku ke sini buat menjadi Avanitanya yang baru kan? (Tanya mengepalkan kedua tangannya dan sorot matanya berubah penuh tekad) Fighting, Tanya! Kamu pasti bisa! Kamu sudah sejauh ini!

Tanya tersenyum lebar, kemudian berlari di bawah terik matahari sambil menenteng sepatu. Dia berteriak, menari dan berputar tanpa peduli dengan pandangan orang-orang sekitar. Tanya di sini adalah orang asing. Meskipun mereka berbisik-bisik di belakang Tanya dan menyebutnya gila, Tanya tidak akan peduli karena mereka tidak saling mengenal.

TANYA

(Menghampiri beberapa bule yang sedang berjemur di pantai sambil tersenyum lebar. Ia membungkuk sedikit. Tahu bawa bule itu tak akan paham dengan ucapan Tanya, ia berujar sesukanya) Uang dua ratus ribuku hilang gara-gara ketipu. Dan aku nggak tau mau tinggal di mana hari ini, atau apa yang bakal kulakuin besok pagi. (Tanya mengepalkan kedua tangan, sorot matanya tampak membara) Tapi meskipun begitu... Tanya! Fighting! Kamu bisa ngelaluin ini!

Tanya menghampiri beberapa bule lain dan berujar dengan kalimat yang sama. Sebagian dari mereka menatap Tanya dengan pandangan aneh, dan sebagian lagi ikut tertawa terbawa suasana meski tidak paham, dan beberapa membalas Tanya dengan bahasa Indonesia beraksen British.

BULE 1

Kamu sudah gila, ya?

TANYA

(Menangkupkan kedua tangannya, masih dengan senyum lebar.) Sorry, Om. Aku bukannya gila. Tapi cuma lagi gabut aja. (Tanya nyengir lebar) Semangat Om berjemurnya. Semoga lekas cokelat! (Tertawa kemudian berlarian menjauh)

MONTAGE

1. Tanya berputar-putar dengan riang

2. Tanya mencelupkan kakinya ke dalam air pantai dan mencipratkan air ke segala sisi, mengenai orang lain yang kebetulan lewat.

3. Orang-orang yang berada di sekitar Tanya menjauh dan tampak terganggu dengan tingkah Tanya.

4. Tanya tetap tertawa riang dan main air hingga dress-nya basah.

5. Seorang penjaga pantai menghentikan Tanya karena dianggap mengganggu ketertiban dan membuat keributan.

PENJAGA PANTAI

Selamat siang. (Dia memberikan sikap hormat) Saya hari ini bertugas untuk menjaga pantai Pandhawa agar tetap kondusif. Bisakah Anda ikut saya sekarang?

TANYA

(Mata membulat) Tapi Pak. Saya nggak ngapa-ngapain. Kenapa harus ikut Bapak?

PENJAGA PANTAI

Saya menerima laporan jika kamu mengganggu ketertiban pantai. Sekarang ikut saya ke kantor. (Menyiapkan borgol untuk Tanya)

TANYA

(Mata membulat panik, berusaha melepaskan diri) Tapi, Pak!

CUT TO

SC.07-EXT-TEPI PANTAI PANDHAWA-SIANG

Sagraha tiba di bibir pantai Pandhawa, memakai kacamata hitam untuk melindungi dari sinar matahari. Dia teringat bahwa dulu, Saga pernah berkeinginan untuk mengunjungi pantai Pandhawa jika sudah sembuh.

SAGRAHA

Saga... ternyata pantai Pandhawa indah sekali. Airnya begitu tenang dan damai. Orang-orang berlarian sambil tertawa dan mendayung canoe. Kamu pasti bakal suka. (Sagraha kemudian melihat Tanya yang sedang bicara pada bule, kemudian tertawa dan menari seperti orang gila. Jarak mereka cukup dekat hingga ia bisa melihat Tanya dengan jelas. Sagraha melepaskan kacamatanya) Ah, ternyata enggak se-tenang itu Ga. Ada cewek gila yang lari-larian dan gangguin orang.

Sagraha sayup-sayup mendengar ucapan Tanya: Uang dua ratus ribuku hilang gara-gara ketipu. Dan aku nggak tau mau tinggal di mana hari ini, atau apa yang bakal kulakuin besok pagi. Tapi meskipun begitu... Tanya! Fighting!

SAGRAHA

(Geleng-geleng kepala. Masih mengamati segala tingkah Tanya dari jauh, hingga Tanya dihampiri penjaga pantai dan ditarik, tetapi Tanya gigih tidak mau diseret) Dia kenapa sih? (Sagraha tiba-tiba tertawa. Tawa pertamanya setelah kepergian Saga dua tahun lalu)

CUT TO

SC.08-INT-KANTOR PENJAGA PANTAI-SORE

Tanya duduk di depan ketua penjaga pantai (BASTIAN) yang mempunyai wajah garang dengan kumis yang tebal dan badan berotot, namanya Bastian. Pria itu menatap Tanya dengan tatapan tajam. Tanya meremas kedua tangannya di atas lutut, tampak begitu cemas dan takut. Di kursi besi yang berjejer dan menempel di dinding, ada beberapa orang yang duduk di sana. Orang-orang bermasalah seperti Tanya. Mulai dari gelandangan, penjual kaset keliling ilegal, hingga pengamen yang membawa sound system. Pakaian mereka tampak kumal. Tanya pasti sudah gila karena bisa sampai di sini.

BASTIAN

Sebutkan nama dan alamat.

TANYA

Nama saya Avanitanya Sahwahita. Tinggal di Jogjakarta.

BASTIAN

Coba lihat KTP kamu.

TANYA

(Menyerahkan KTP dari dompetnya) Ini Pak.

BASTIAN

(Mengangguk dan mencatat data diri Tanya di sebuah kertas) Avanitanya Sahwahita. Lahir 23 Januari 2003, alamat Jogjakarta. (Dia kemudian mengangkat kepala dan menatap Tanya) Apa ada kontak yang bisa dihubungi? Orangtua atau kerabat?

TANYA

Buat apa Pak?

BASTIAN

Kamu perlu seseorang yang bisa menjamin kamu untuk keluar dari sini. (Menyerahkan kembali KTP-nya pada Tanya)

TANYA

(Agak panik. Tanya sengaja berganti nomor agar tidak bisa dihubungi keluarganya.) Keluarga saya di Jogja semua, Pak. Saya ke sini sendirian. Jadi nggak ada yang bisa menjamin saya.

BASTIAN

Mereka tidak perlu datang. Saya bisa bicara sama mereka lewat telepon.

TANYA

(Menggigit bibir dan menggoyang-goyangkan kaki karena gugup. Matanya bergerak-gerak) Ponsel saya dicopet, Pak. Dan saya nggak ingat nomor ponsel keluarga saya.

BASTIAN

(Menaikkan sebelah alisnya, kemudian menunjuk kursi tunggu dengan dagunya) Kalau begitu kamu bisa menunggu di sana sampai jam enam sore.

TANYA

(Mata melotot tak percaya) Tapi Pak! Saya janji nggak bakalan gangguin orang-orang lagi. Tolong lepasin saya!

BASTIAN

Kamu bisa duduk di sana atau biarkan saya menelpon keluargamu. (Dengan nada tegas) Masa nomor telepon keluarga sendiri aja nggak ada yang ingat satu pun.

Bahu Tanya seketika terkulai lemas, dan dia duduk di bangku itu sambil menunduk. Sudah kena tipu yang dua ratus ribu, sekarang Tanya juga harus menanggung kesialan lainnya. Apa ini karma karena meninggalkan rumah tanpa pamit? Tanya hanya bisa menunduk dan memikirkan semuanya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar