Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kami tidak baik-baik saja
Suka
Favorit
Bagikan
9. KAMI TIDAK BAIK-BAIK SAJA 8
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

8


22. INT. KAMAR ARGA - PAGI HARI

Cast : Arga, ibu Arga


Dari jendela, cahaya matahari masuk dan menyinari ruangan. Arga masih tertidur dibawah selimut.


Ibu Arga datang, membuka pintu kamar. Ia menghampiri Arga, mengguncang badan putranya.


IBU ARGA

Ga, ayo bangun sayang, dah pagi. Telat kamu.


Arga tak mau bangun, tetap menutup diri dengan selimutnya.


IBU ARGA

Ga! Ayo bangun nak,


ARGA

Arga.. Ga mau ke sekolah bu, (mempertahankan selimutnya)


IBU ARGA

Loh? Kenapa?! Sakit? (Tangannya merayap masuk dan menyentuh kening Arga) Ga apa-apa kok, ayo bangun! (Menarik selimut)


ARGA

Ga mau buk, Arga mau dirumah aja hari ini.


IBU ARGA

(Menaikan intonasi)

Terus kamu bolos gitu? Ga sekolah? Eh, mau jadi apa kamu klo bolos?! Ga boleh! Ayo bangun sana! Tuh si Putri juga kamu harus jagain, adek kamu tu sekarang lagi buat masalah terus ma si Dimas. Kamu abangnya, sana kamu dampingin adek kamu!

CUT TO


23. EXT. JALANAN - PAGI HARI

Cast : Arga, Putri, pak Tohar, Nugraha


Arga dan Putri berjalan bersama. Namun Arga tidak memegang tangan Putri seperti kemarin. Arga hanya berjalan, berjalan saja dengan murung.


Putri tiba-tiba meraih tangan kakaknya, menggenggamnya erat. Arga menoleh pada adiknya, kaget karena Putri tak biasanya bersikap seperti itu. Putri tersenyum pada Arga.


PUTRI

Ayah bilang ga boleh ngambek terus. Harus senyum. (Senyum lebar)


Arga tersenyum pada adiknya, senyuman tulus yang tidak dipaksakan. Ia tersentuh dengan sikap manis Putri.


PUTRI

Nah gitu dong, o ya.. Nanti kasih cokelat ke aku lagi ya, soalnya ibuk ga boleh klo aku yang minta.


Arga sontak menghapus senyumnya.


ARGA

Iya,


Tiba-tiba dari kejauhan, terlihat sebuah mobil pick up lewat ke sana. Mobil yang membawa banyak perabotan seperti lemari, meja, kasur dan lain-lain.


Mobil itu berjalan perlahan, karena jalanan tak terlalu lebar dan juga ramai banyak anak sekolah sedang lewat hendak pergi ke sekolah.


CUT TO


24. EXT. JALANAN - DALAM MOBIL - PAGI HARI

Cast : pak Tohar, Nugraha


Dari jendela yang terbuka, pak Tohar sesekali menyapa anak-anak di sekitarnya yang kebetulan bertatap muka dengannya.


PAK TOHAR

Hei, sekolah yang rajin! Biar jadi dokter!

(Melambaikan tangan, berpaling ke anak lain)

Kamu! Kalo main jangan suka cengeng ya!

(Tertawa)


NUGRAHA

(Menyetir)

Udahlah bang, jangan malu-maluin!


PAK TOHAR

Malu-maluin apa, kenal aku semua tu anak-anak sini. Biasa maen di lapangan dan beli es di warungku.


Tiba-tiba, mereka melihat Arga dan Putri berdiri di tepi jalan. Arga cuma memandangi mereka diam.


NUGRAHA

Anak itu anak yang kemarin mergoki abang kan?


PAK TOHAR

(Melihat)

Si Arga? Iya,


NUGRAHA

Untung dia ga cerita sapa-sapa. Nanti di tempat baru abang jaga sikap ya, ga usah obok-obok anak orang lagi. Klo sampe ada apa-apa, urusan sama polisi kau bang. Aku ga mau ikut-ikut.


PAK TOHAR

Iya..

(Hanya menatap Arga ketika mobil mereka telah lewat)


CUT TO



25. EXT. JALANAN - PAGI HARI

Cast : Arga, Putri


Arga dan Putri terus melihat mobil pak Tohar yang sudah makin jauh.


PUTRI

Yah, udah pindah pak Tohar. (Sedih)


Arga diam.


PUTRI

(Melepaskan tangan Arga) nanti kalo kita main di lapangan, kalo pengen jajan gimana ya kak?


ARGA

Ga tau. (acuh, melangkah pergi dari sana meninggalkan Putri, namun kemudian berbalik lagi menyabet tangan Putri dan mereka beranjak dari sana.)


CUT TO


26. EXT - SEKOLAH - PAGI HARI

Cast : Anak-anak sekolah


Anak-anak sekolah SD tampak berdatangan.

CUT TO


27. INT. SEKOLAH - KELAS - PAGI HARI

Cast : Arga, murid-murid lain


Arga berjalan masuk ke kelas. Beberapa murid juga sama. Arga sampai di bangkunya, meletakan ransel hitamnya.

Sejenak, sebelum duduk, Arga memandangi bangku di sebelahnya. Sebuah bangku kosong, bangku milik Guntur.

Bel masuk berbunyi, murid-murid terus berdatangan, kecuali Guntur.

Arga duduk. Ia memandang ke depan, ke seorang guru pria kurus yang masuk sambil membawa buku-buku. Namun, pikiran Arga tetap memikirkan Guntur, tak sengaja ia menoleh kembali ke bangku Guntur.


MATCH CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar