Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kala
Suka
Favorit
Bagikan
10. 10. Mimpi yang Lain

31. EXT. BANDARA - LAPANGAN PARKIR - DAY

PEMBERHENTIAN MEMORI KAFI YANG KE-3. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.

Sinar matahari mulai berwarna kemerahan. Berbagai stan makanan, minuman, cenderamata, dan permainan berjajar di sisi kanan dan kiri lapangan. Para pengunjung tersebar di seluruh penjuru.

Sementara di panggung, klub paduan suara sekolah sedang tampil.

Kafi, Fin, Zakiy, dan Ari sedang menghabiskan makanan mereka di arena bangku. Kafi mengamati sekelilingnya.

FIN

Nasi gorengnya enak juga.

ZAKIY

Tenggorokan lo nggak akan gatal habis makan itu?

FIN

Nanti gue minum jeruk nipis sama kecap. Lagian, jadwal tampil kita masih lama.

ZAKIY

Kalau dipikir-pikir, nggak selama itu juga sih ...

ARI

Nyari siapa, Kaf?

Kafi melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

Dari kejauhan, Nala dan Jen menangkap itu dan menghampiri mereka berempat.

KAFI

Udah pada makan?

NALA

Kita masih nunggu pesenan di stan sebelah sana itu.

JEN

Kalian tampil jam berapa?

ARI

Masih ada sekitar ... satu jam dan beberapa menit lagi. Habis ini ada ice breaking, break, terus bridging ke penampilan teater sekolah, dua band lain yang lolos audisi, baru XXXX.

NALA

Deg deg an?

Keempat laki-laki itu mengangguk dengan serempak.

FIN

Kalau gue fals gimana? Atau tiba-tiba kesetrum kabel terus pingsan -

JEN

Fin. Tarik napas ... buang. Tarik napas ... buang ...

ARI

Anggap aja kita lagi main bareng di studio. Nggak perlu terlalu dipikirin nanti bakalan fals atau salah petik atau salah pukul. Toh kita bukan lagi ikutan lomba atau apa. Di atas panggung nanti, cukup fokus sama satu: enjoy. Kalau kita enjoy, yang nonton juga pasti ikutan enjoy.

JEN

Gue sama Nala nanti usahain bisa dapet tempat di depan. Kalaupun enggak, inget aja kalau kami berdua dan teman-teman yang lain ada di suatu tempat di bawah sini.

Zakiy mengurung Jen di bawah ketiaknya, kemudian mengacak rambutnya.

ZAKIY

Makasih banyak sepupu gue yang paling baik hati dan rajin menabung!

FIN

Cuih! Emang paling bisa ngejilat.

Jen mengajak semua orang untuk tos, diikuti oleh Nala. Ketika Nala melakukan tos dengan Kafi, laki-laki itu menahannya, kemudian memutar dan menggenggam tangannya.

NALA

(beat) Tangan lo keringetan.

KAFI

Hm. Mau ambil pesanan makanan lo sama Jen sekarang? Ayo, gue anter. (beat) Ri, nanti tunggu gue ke backstagenya.

Kafi menarik Nala bangkit. Mereka berjalan ke stan makanan dan minuman dengan tangan yang masih bertaut.

NALA

Kwetiau punya Jen udah siap. Tinggal nunggu punya gue.

KAFI

Oke.

Nala mengamati tautan tangan mereka, sebelum beralih menatap Kafi.

NALA

Ternyata, lo yang impulsif bisa segugup ini juga.

KAFI

Kalau Fin tahu, gue bisa kena ledek seumur hidup.

NALA

You're gonna be okay. This is going to work. Inget apa kata Ari tadi. Waktu di atas panggung -

Sebelah tangan Kafi yang bebas terangkat untuk menyelipkan sejumput rambut perempuan itu ke telinga, lalu mengusap kepalanya lembut. Pandangannya menerawang.

KAFI

Hmm. This is going to work. (beat) Nal?

NALA

Hm?

KAFI

Lo mau nonton sampai akhir atau habis XXXX tampil langsung balik?

NALA

Kenapa emangnya?

KAFI

Ada tempat gurame bakar yang baru buka deket komplek. Pasti lo belum pernah ke sana. Mau nggak?

NALA

Maksudnya ... makan bareng yang lain juga?

KAFI

Enggak lah. Ngapain rame-rame?

Selama beberapa saat, mereka berdua hanya saling bertatapan. Kafi menoleh ke kanan dan kiri, kemudian menggelengkan kepala dan melepaskan genggamannya.

KAFI

Sori. Gue nggak mikir kalau lo mungkin nggak mau jadi pusat perhatian. Nggak di situasi dan tempat kayak gini. (beat) Pengap ya, terus pake masker?

NALA

It's okay. (beat) Oh, kayaknya pesanan gue udah siap. Bentar.

Nala membalikkan tubuh, berjalan ke salah satu stan untuk mengambil pesanan miliknya dan Jen. Kafi mengekor di belakangnya.

KAFI

Nal?

NALA

Hm?

KAFI

Nanti, gue -

KARIN

Kafiar!

Kafi dan Nala menoleh balik bahu Kafi. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, ada sosok Karin - 24 tahun, Hadi - 26 tahun, dan anak mereka Sofia - 2 tahun.

Kafi dan Nala menghampiri mereka.

KAFI

Loh, Mbak ngapain di sini?

KARIN

Katanya kamu manggung hari ini. Mbak dateng dong! Penasaran pengin lihat adik Mbak. (beat) Kalau yang ini ... Kaf, masa gak sopan Mbak gak dikenalin?

KAFI

Mbak, ini Nala. Temen Kafi di sekolah. Nal, ini Mbak Karin. Kakak gue yang itu. Dan suaminya, Mas Hadi.

Nala menurunkan maskernya, lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Karin dan Hadi, serta melakukan tos dengan Sofia.

NALA

Hai, Sofia. Lucu banget bandananya!

KARIN

Semoga Kafi nggak cerita yang aneh-aneh ya, Nala. Anaknya suka agak gak waras.

KAFI

Astaga, Mbak.(beat) Nal, kayaknya gue harus ke backstage sekarang. Gue sekalian panggil Jen ke sini.

NALA

Oke. Good luck -

KAFI

See you nanti malam!

Sebelum Nala sempat menjawab, Kafi setengah berlari kembali ke arena bangku, memanggil Jen, lalu pergi bersama dengan personil XXXX yang lain.

Sementara itu, sembari menunggu XXXX tampil, Nala dan Jen mulai berbincang dengan Karin, Hadi, dan Sofia.

SATU JAM KEMUDIAN --

Keempat personil XXXX sudah stand by di sisi panggung. Ketika MC memanggil nama mereka, keempatnya naik ke panggung satu persatu.

Kafi memastikan kembali posisi gitar miliknya, sebelum mengangkat kepala dan mengamati kerumunan penonton di hadapannya. Tidak begitu banyak yang berdiri di dekat panggung, mayoritas tersebar di sepenjuru area - sedang duduk-duduk atau sekadar menonton dari jauh.

Kafi menoleh. Pada Fin, Ari, dan Zakiy yang ada di belakang. Raut mereka nampak gugup. Keempatnya mengangguk serempak.

FIN

Selamat sore menjelang malam, semuanya! Pada kesempatan kali ini, kami berempat akan menemani Sabtu malam kalian dengan membawakan beberapa lagu. Tapi sebelumnya, ada pepatah yang bilang kalau tak kenal, maka tak sayang! Halo, nama gue Fin!

Sorak sorai dan tepuk tangan pun terdengar.

FIN

Di sebelah kanan gue, ada bassist andalan kita - Ari!

Ari memainkan beberapa petik nada dengan bassnya. Sorak sorai dan tepuk tangan kembali terdengar.

FIN

Nah, di sebelah kiri, ada personil cakep menawan - ya walaupun masih cakepan gue - yaitu gitaris kita, Kafi!

Kafi memainkan beberapa petik nada dengan gitarnya. Sorak sorai dan tepuk tangan kembali terdengar.

FIN

Yang terakhir, yang mojok di belakang situ, ada Zakiy - drummer sekaligus partner in crime gue!

Zakiy menabuh drumnya beberapa kali. Sorak sorai dan tepuk tangan pun kembali terdengar.

FIN

Kami adalah XXXX! Selamat menikmati permainan kami. Tu wa ga ...

Selagi mereka bermain musik, penonton mulai banyak yang mendekati panggung.

Sementara itu, Kafi terus mengedarkan pandangannya. Matanya menemukan sosok Karin, Hadi, dan Sofia - yang ada dalam gendongan Hadi - di sisi sebelah kiri panggung. Tidak jauh dari mereka, ada Nala dan Jen.

Jen mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan bersorak. Sementara Nala, hanya berdiri diam dengan kedua tangan yang disilangkan ke dada. Maskernya terpasang di wajah.

Kafi tersenyum. Ia menunduk untuk fokus pada permainan gitarnya, sebelum kembali menengadahkan kepala menatap sisi kiri panggung. Dan tersenyum.

CUT TO:

32. EXT. FESTIVAL SENI - DAY

6 tahun lalu. Kota kelahiran.

Di atas panggung, keempat personil band XXXX sedang menunduk untuk memberi salam, sebelum turun dari sana.

Seorang agen scouting dari sebuah label musik menghampiri mereka, mengajak berbincang dan memberi sebuah kartu nama.

Sosok Kafi - 27 tahun - menyaksikan itu semua dari antara kerumunan pengunjung.

KAFI (V.O.)

Hari itu, ada sebuah label yang tertarik untuk menawarkan kontrak rekaman dengan band XXXX.

Setelah agen scouting itu pergi, Fin dan Zakiy - 21 tahun - mengacungkan tinjunya dan bersorak. Sementara Ari dan Kafi - 21 tahun - sibuk berbincang dengan raut serius.

KAFI (V.O.)

Meskipun masih kontrak trial, tapi tentu aja kita semua senang. Sementara untuk gue sendiri ...

CUT TO:

33. EXT. KAMPUS - BANGKU TONGKRONGAN - DAY

6 tahun lalu. Kota kelahiran.

Kafi, Fin, Ari, dan Zakiy duduk di salah satu bangku tongkrongan di sebrang lapangan dari gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis di salah satu kampus.

ZAKIY

Gue oke.

FIN

Gue juga. Kesempatan emas, Bro.

ARI

Dari awal kita mulai serius main band pun, kita nggak punya banyak ekspektasi. Sekarang juga gue nggak mau terlalu berharap macam-macam. Tapi oke buat dicoba. Kafi?

KAFI

Nggak tahu. (beat) Gue masih perlu waktu untuk benar-benar mikirin apakah ini adalah jalan yang ingin gue tekuni dengan serius. (beat) Tapi kalau misal ... sampai gue nggak milih untuk lanjut ...

ARI

Sama sekali nggak masalah, Kaf. Gimanapun, ini menyangkut masa depan lo. Nggak usah buru-buru. Apapun keputusan lo, kita pasti terima dengan lapang.

ZAKIY

Iya. Toh, main musik bisa dilakuin dimana aja dan kapan aja. Nggak harus lewat cara formal kayak gini.

FIN

Dan gue masih akan tetep melakukan hal-hal gila bareng lo meskipun lo nggak lanjut untuk ngeband bareng. Meskipun kita udah tua nanti.

Kafi mendongak, pandangannya menerawang tulisan "Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis" yang ada di tengah-tengah gedung di sebrangnya.

KAFI

Meskipun kita udah tua nanti ...

CUT TO:

34. INT. RUMAH - HALAMAN BELAKANG - DAY

2 tahun lalu. Kota kelahiran.

Kafi - 25 tahun - berdiri di dekat pembatas antara ruang makan dan halaman belakang rumahnya.

Sementara di halaman belakang, ada Adri - 56 tahun - dan Nilam - 54 tahun - yang sedang bermain dengan Zidan - 6 tahun, anak kedua Karin dan Hadi.

KARIN

Don't push it.

Karin - 31 tahun - tiba-tiba sudah berdiri di samping Kafi.

KAFI

Loh, emangnya aku mikirin apa, Mbak?

Karin menggerakan dagu ke arah Adri dan Nilam.

KARIN

Kalau Mama dan Papa memang bahagia dengan status mereka yang sekarang ... biarin aja. Don't push it.

Kafi kembali memakukan pandangannya ke area halaman belakang.

KAFI

Aku ngerti, Mbak. (beat) Sofi lagi tidur?

KARIN

Iya. Kecapekan kayaknya. Habis ada workshop melukis di sekolahnya.

KAFI

Ulang tahun Sofi bentar lagi kan, ya? 9 atau 10 tahun, sih? Aku sering ketuker.

KARIN

Sembilan. Kamu jangan kasih dia kado yang aneh-aneh lagi. Barang-barang dia udah banyak.

KAFI

Bukan aku, Mbak. Itu kerjaannya Fin, Zakiy, sama Ari.

KARIN

Mereka lagi sibuk garap album baru, ya? Mbak lihat di berita kemarin.

KAFI

Iya. Album ke-4. Mereka juga lagi siapin rencana tur konser ke beberapa kota, antara untuk di akhir tahun depan atau dua tahun lagi. Mereka harus cocokkin jadwal dulu.

KARIN

Kamu jadi diundang sebagai bintang tamu?

KAFI

Belum tahu. Paling ujungnya mereka narik aku buat naik ke panggung juga.

KARIN

Kamu kan, secara nggak resmi masih merupakan anggota sekaligus penulis lagu dari band XXXX. Setelah kamu keluar, mereka harus nyewa gitaris atau basis tiap mau manggung, ya?

KAFI

Iya. Tergantung Ari main gitar atau bas di lagunya. Biarin aja. Label mereka banyak uang.

KARIN

Kenapa mereka nggak nambah pemain tetap aja? Biar nggak repot.

KAFI

Gimana bisa, Mbak? Mereka terlalu sayang sama aku. Sampai sekarang aja nama bandnya masih four X, bukan three X.

CUT TO:

35. INT. KANTOR - RUANG RAPAT - DAY

3 tahun lalu. Ibukota.

Kafi - 24 tahun - sedang melakukan persentasi di hadapan klien. Sementara itu, di meja rapat tidak hanya ada klien, tapi juga Adri - 53 tahun - dan Nilam - 51 tahun. Adri dan Nilam sedang berdiskusi serius dengan nada rendah, tidak memperhatikan Kafi.

KAFI (V.O.)

Pekerjaan ini adalah tempat dimana Mama dan Papa masih punya koneksi yang kuat. Gue nggak ingin mengambil itu dari mereka. Justru gue ingin bisa terlibat langsung dengan koneksi itu.

Selama sesaat, Kafi menghentikan persentasinya dan melihat ke arah Adri dan Nilam.

Pada saat yang sama, Adri dan Nilam ikut menoleh ke arahnya. Adri memberi anggukan. Nilam memberi senyuman.

KAFI (V.O.)

Di atas segalanya, gue juga sadar bahwa bermain musik bukanlah satu-satunya cita-cita yang ingin gue wujudkan. Ada hal esensial lain yang ingin gue pertahankan untuk waktu yang lama.

Kafi balas mengangguk dan tersenyum, kemudian melanjutkan persentasinya.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar