Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kala
Suka
Favorit
Bagikan
8. 8. Yang Berhenti Begitu Saja

22. INT. STUDIO MUSIK - DAY

PEMBERHENTIAN MEMORI KAFI YANG KE-2. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.

Kafi - 27 tahun - mengintip dari celah pintu salah satu ruangan di sebuah studio musik.

Tidak lama kemudian, sosok Zakiy - 18 tahun - melangkah "menembus" tubuhnya dari belakang dan masuk ke ruangan tersebut.

Di dalam ruangan, ada Fin - 18 tahun - sedang bersenandung pelan bersama dengan Ari - 18 tahun - yang sedang memetik gitar.

Sementara sosok Kafi - 18 tahun - sedang berbaring terlentang di sofa dengan wajah yang tertutup oleh jaket. Telinganya tersumbat oleh earphone yang tersambung ke ponselnya yang diletakkan di atas perut. Keempat orang tersebut memakai seragam SMA.

ZAKIY

Lah, Kafi tidur?

ARI

Biarin aja. Mungkin kecapekan.

FIN

Menurut gue sih, bangunin aja. Waktu sewa kita masih ada beberapa menit lagi. Lumayan.

Fin menggoyangkan tubuh Kafi dan menarik jaket dari wajahnya.

FIN

Woi! Ayo -

Kafi terbangun dan mengubah posisi menjadi duduk.

FIN

Lo sakit? Pusing habis ujian tadi? Atau insomnia lo makin parah?

ARI

Hus, Fin. (beat) Lo nggak apa, Kaf?

Kafi mengambil botol air mineral, lalu minum beberapa teguk.

KAFI

Nggak pa-pa. Gue agak capek aja.

ZAKIY

Tidur lagi aja, Kaf. Lumayan, takutnya nanti malem lo nggak bisa tidur sama sekali.

ARI

(beat) Lagi ada sesuatu, Kaf?

KAFI

Mama dan Papa gue. (beat) Mereka resmi pisah. Udah dari semingguan lalu.

Ari, Zakiy, dan Fin saling berpandangan dalam diam. Detik berikutnya, mereka berbicara dengan serentak.

FIN

"Pisah" di sini maksudnya cerai? Kok bisa? Maksudnya, kok tiba-tiba -

ZAKIY

Udah seminggu? Kok lo baru cerita sekarang, sih? Padahal kalau kemarin-kemarin lo mau nginep di rumah gue -

ARI

How are you feeling, Kaf?

KAFI

Sedih. Kaget. Bingung. (beat) Lebih banyak bingungnya.

ARI

Mau cerita?

Kafi menghela napas dalam-dalam.

JUMP CUT TO:

23. INT. RUMAH - NIGHT

10 tahun lalu. Kota kelahiran.

RUANG MAKAN --

KAFI (O.S.)

Seperti yang udah lo semua tahu, dari dulu orangtua gue memang selalu sibuk kerja, ngurus perusahaan furnitur yang diwariskan oleh keluarga Papa. Meskipun begitu, kami sekeluarga selalu menyempatkan untuk kumpul buat seenggaknya makan bareng tiap seminggu sekali.

Karin - 23 tahun - sedang menata peralatan makan di meja makan.

Kafi - 17 tahun - berjalan masuk ke ruang makan.

KARIN

Jam segini baru pulang, Kaf? Habis ada acara?

KAFI

Loh, ada Mbak?

KARIN

Iya, tadi siang Mbak sampai. Mumpung libur long weekend, jadi Mbak ke sini.

Nilam - 45 tahun, Mama Kafi - membawa wadah-wadah berisi makanan ke ruang makan.

NILAM

Panggilin Papa sama Mas Hadi, Kaf. Bentar lagi makanannya siap. Habis itu, kamu ganti baju sana. Kita makan bareng.

KAFI

Oke, Ma. Mereka lagi di mana?

KARIN

Paling di beranda belakang. Main sama Sofi.

BERANDA BELAKANG --

KAFI

Pa! Mas Hadi! Udahan dulu main sama Sofinya. Udah dipanggil makan nih!

Adri - 47 tahun, Papa Kafi - berjalan masuk ke ruang makan sembari menggendong Sofi - 1 tahun, anak Karin dan Hadi. Sementara, Hadi - 25 tahun, suami Karin - menepuk pundak Kafi sebelum berjalan masuk ke ruang makan.

CUT TO:

24. INT. RUMAH - DAY

10 tahun lalu. Kota kelahiran.

KAFI (O.S.)

Dan seperti yang udah lo semua tahu juga, gue mulai mengidap susah tidur kurang-lebih sejak setahun lalu.

Kafi - 17 tahun - yang masih memakai seragam sekolah, melepaskan sepatu di dekat pintu, lalu masuk ke rumahnya yang hening.

Kafi melewati ruang tengah, ruang makan, lalu masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua.

KAFI (O.S.)

Hampir tiap malam sehabis pulang kerja - secapek apapun, selarut apapun - sebelum tidur, Mama dan Papa sering diem dulu di ruang tengah. Mereka sharing tentang kerjaan masing-masing, nonton sitkom bareng, ketawa-tiwi bareng, karaokean bareng dengan volume rendah ... intinya, selalu ada momen itu. Sebentar dan seenggak penting apapun itu. (beat) Sampai suatu hari, suara-suara itu udah nggak pernah kedengeran lagi. Momen itu udah nggak pernah ada lagi.

KAMAR TIDUR --

Kafi duduk di depan meja belajar sambil memakai headphone. Kemudian, ia melepaskan headphonenya untuk beberapa saat.

KAFI (O.S.)

Ada seseorang yang pernah bilang, kalau dia paling suka sama keheningan di malam hari. (beat) Kalau gue, justru gue benci itu. Mungkin kedengerannya aneh. Tapi gue sering sengaja nggak tidur sampai larut malam untuk mencari keberadaan suara-suara itu. Sayangnya, yang gue dengar cuma suara pagar yang membuka dan menutup, pintu yang membuka dan menutup ... udah.

Kafi kembali memakai headphonenya. Volume musik ia naikkan sampai hampir full.

KAFI

Dan tiba-tiba, sekitar tiga bulan lalu, Mama dan Papa resmi memutuskan untuk bercerai.

BACK TO:

25. INT. STUDIO MUSIK - DAY

PEMBERHENTIAN MEMORI KAFI YANG KE-2. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.

KAFI

Gue menerima keputusan mereka. Tapi gue ... nggak paham. Gue nggak pernah lihat mereka berantem hebat atau apapun itu. Meskipun, ya, gue sadar kalau interaksi mereka selama beberapa bulan terakhir ini jadi ... aneh. Kesannya, koneksi di antara mereka udah nggak ada lagi.

ARI

Mungkin ... mungkin, Kaf. They just fell out of love.

ZAKIY

Sesimpel itu? Pasti karena sesuatu. Nggak mungkin tanpa alasan, nggak sih?

FIN

Apapun itu, intinya kita ada di sini, Kaf. Sama seperti masalah lainnya, yang satu ini pun, pada akhirnya akan lewat juga.

KAFI

(beat) Sial. Mata gue jadi panas. (beat) Thank you guys.

ZAKIY

Keluarin aja, Bro. Kata siapa laki-laki nggak boleh nangis?

FIN

Setuju.

ARI

Take your time, Kaf.

Selama beberapa menit ke depan, tidak ada yang bersuara. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

KAFI

Lo semua pas udah lulus nanti, mau ngapain?

ZAKIY

Random amat pertanyaannya. Tapi kalau gue ... kuliah, mungkin? Cuma belum tahu jurusan apa.

FIN

Hmm. Belum kebayang. Kalau lo, Ar? Pasti udah kepikiran.

ARI

Jadi sukses. Punya banyak duit.

KAFI

Itu sih, cita-cita semua orang! Maksud gue, kalian kepingin jadi apa?

FIN

Jadi penyanyi?

ZAKIY

Hah?

FIN

Heh, suara gue nggak fals ya! Lo semua kan udah sering dengerin gue nyanyi.

ZAKIY

Makanya telinga gue masih sering berdengung sampai sekarang.

FIN

Heh!

ARI

Sebenarnya, gue jadi kepikiran. Kenapa kita nggak coba beneran ngeband aja? Diresmiin?

KAFI

Maksudnya, diresmiin kayak beneran manggung? Atau coba ikut audisi untuk pentas seni sekolah kita akhir tahun nanti?

FIN

Ah, tapi gue nggak begitu pede sama suara dan permainan gitar gue.

ZAKIY

Gue juga. Level nabuh drum gue masih amatir.

ARI

Lo pikir gue udah pro banget main bass atau keyboard? Ya, kita coba-coba aja dulu. Nggak perlu ekspektasi macem-macem. Nah, dari situ kalau ternyata ketagihan dan cocok, ya lanjut. Kalau enggak, ya nggak masalah.

Kembali tidak ada yang bersuara selama beberapa menit ke depan. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

FIN

Oke lah, kayaknya seru!

ZAKIY

Setuju.

KAFI

Hm, nggak ada salahnya dicoba.

ARI

Oke, kalau gitu. Mulai minggu depan, kita atur jadwal untuk latihan. Selama libur kenaikan kelas ini kita harus mantepin dulu, sebelum nanti sibuk sama segala persiapan ujian di kelas 12 dan lain-lain.

FIN

Siap, Bos! By the way, cepet uang patungannya siniin. Durasi sewa kita udah habis nih. Biar gue yang bayar ke kasir.

CUT TO:

26. INT. RUMAH - NIGHT

Kafi yang baru saja masuk ke rumah, berpapasan dengan Adri yang sedang menenteng koper di dekat pintu masuk.

ADRI

Kaf. Baru pulang? Gimana tadi hari terakhir ujian kenaikan kelasnya, Nak?

KAFI

Biasa, Pa. Pusing. Makanya langsung ke studio bareng yang lain. Terus aku lanjut ke pasar malam yang di deket perbatasan itu.

ADRI

Bareng Fin, Ari, Zakiy - temen-temen kamu itu juga?

KAFI

Oh, enggak. Aku ke pasar malamnya bareng temen sekolah yang lain. (beat) Papa langsung pulang lagi?

ADRI

Iya. Papa cuma mau ambil beberapa barang. Sisanya baru akan diambil minggu depan.

KAFI

Ah, gitu, ya. (beat) Mama ada di dalam?

ADRI

Ada. Lagi di kamar Mbakmu. Sama Sofi juga. Karin katanya masih mau di sini sampai beberapa hari, ya?

KAFI

Iya. Katanya sih, gitu. (beat) Papa udah makan malam?

ADRI

Tadi sambil di jalan pulang dari kantor udah makan. (beat) Tapi tentu aja selalu ada ruang tersisa untuk makan lagi. Mau martabak yang di depan komplek itu? Kamu mau ganti baju dulu atau langsung aja?

CUT TO:

27. EXT. GEROBAK KAKI LIMA - NIGHT

Kafi dan Adri duduk di kursi yang disediakan oleh penjual martabak langganan mereka, menghadap ke jalan raya. Sementara, penjual martabak sedang membuat pesanan mereka.

ADRI

Om Reza dulu sering berantem sama anak sekolah lain di sebrang jalan yang itu. Dulu, itu masih lahan kosong. Saking seringnya berantem, satpam sama warga yang tinggal di sekitaran situ udah nggak heran lagi tiap Reza dateng.

KAFI

Serius, Pa? Om Reza yang kalem dan berwibawa itu?

ADRI

Jangan tertipu sama penampilannya. Dari dulu Reza emang irit ngomong, tapi kalau udah adu jotos ... pokoknya jangan macam-macam sama dia.

KAFI

Jangan-jangan, sekarang kalau ada klien atau investor yang nyebelin, langsung didatengin besoknya sama Om Reza?

ADRI

Reza udah tobat. Pakai tinju cuma kalau emang lagi terancam. Sekarang ini, dia cukup jadi kepala divisi pemasaran terbaik di perusahaan Papa aja.

KAFI

Kalau Papa? Pernah ikutan main jotos juga?

ADRI

Enggak. Papa lebih suka main bola atau main saham. Papa juga nggak ngerti sifat impulsif kamu itu datangnya dari mana. Tapi Papa emang pernah sekali-dua kali ikut Reza berantem. Papa sama beberapa orang lain yang nggak ikut terjun ke lapangan biasanya kebagian jaga barang. Sekalian mantau kalau ada satpam atau guru sekolah yang kebetulan lewat.

KAFI

Wah, kayak di tivi-tivi ya, Pa?

ADRI

(tertawa) Kamu tahu kalau Om Reza pernah berantem karena Mamamu?

KAFI

Kok bisa, Pa?

ADRI

Dulu, Reza pernah naksir Mamamu. Mamamu itu primadona sekolah sebelah yang sering berantem sama sekolah Papa dan Reza. Mamamu dijadiin bahan taruhan, yang menang bisa bebas ngedeketin dia. Ketika Mamamu denger soal ini, dia nggak terima dan dateng ke arena berantem. Kebetulan Papa sama dua orang lainnya lagi jaga barang. Jadi Mamamu itu masih bisa ditahan. Dari situ, Mama dan Papa kenalan.

KAFI

Terus, Papa ikutan naksir Mama?

ADRI

Mamamu yang naksir duluan sama Papa.

KAFI

Serius?

ADRI

Oh, iya. Yah ... Papa juga sebenarnya diam-diam suka. Tapi nggak enak sama Reza.

KAFI

Papa kena tonjok dong?

ADRI

(tertawa) Reza nggak naksir sampai segitunya. Dia yang nyuruh Papa buat deketin Mamamu. Nggak lama dari situ, Reza ganti naksir sama temen deket Mamamu. Dia deketin sampai akhirnya dijadiin istri. Kita berempat jadi lengket. Langgeng sampai sekarang.

KAFI

(beat) Tapi Papa dan Mama udah enggak langgeng lagi.

ADRI

(beat) Kaf -

Penjual martabak menginterupsi dengan menyerahkan pesanan mereka.

ADRI

Nanti Papa cerita sambil jalan.

CUT TO:

28. EXT./INT. RUMAH - NIGHT

Sepanjang berjalan kaki pulang, Kafi dan Adri sama-sama tidak bersuara. Hingga akhirnya, mereka sampai di depan rumah.

ADRI

Kafi. Papa dan Mama -

KAFI

Kenapa, Pa? Sebenarnya ada apa? Apa ada masalah serius yang aku dan Mbak Karin nggak pernah tahu? (beat) Apa ada orang lain?

ADRI

Enggak. Papa nggak mungkin berbuat begitu sama Mamamu. Kami sama-sama serius dengan komitmen. (beat) Yang jadi masalah adalah ... Nak, kamu percaya kalau cinta bisa berhenti begitu aja?

KAFI

Jadi benar. (beat) Tapi, kenapa, Pa?

ADRI

Papa nggak mau mengarang alasan. Tapi, kenyataannya memang seperti itu. Koneksi antara Papa dan Mama ... berubah. Begitu aja. Seaneh apapun kedengarannya. Bukan berarti Papa atau Mama berhenti saling peduli. Tapi semakin ke sini ... kalau diibaratkan dengan makanan, yang terjadi di antara Papa dan Mama sejak setahun terakhir ini ... rasanya hambar.

KAFI

Makanya kalian memutuskan untuk berpisah?

ADRI

Kafi ... Nak, Papa minta maaf. Papa sadar kalau Papa belum bisa menjadi sosok orangtua yang baik. Papa terlalu sibuk dengan urusan perusahaan sampai lupa kalau kamu dan Karin bukan cuma butuh asupan materi yang terbaik, tapi juga kasih sayang yang terbaik. (beat) Sayangnya, Papa gagal memberikan itu.

KAFI

Pa, walaupun jujur aku memang sering merasa kesepian di rumah dan jarang menghabiskan waktu bersama Papa dan Mama ... tapi aku bisa ngerti. Kasih sayang bentuknya bisa macam-macam, kan? Papa dan Mama enggak gagal. Enggak sama sekali, Pa.

ADRI

Meskipun Papa dan Mama sudah memutuskan bahwa berpisah adalah keputusan yang lebih bijak, tapi kami akan tetap jadi orangtua kalian. Kami juga nggak akan memaksa kalian untuk memilih. Papa dan Mama ... akan berusaha lebih keras untuk mengembalikan koneksi dengan kalian.

KAFI

(beat) Makasih, Pa. Aku jadi jauh lebih paham sekarang.

ADRI

Papa yang harusnya bilang terima kasih. Anak-anak Papa udah tumbuh jadi orang-orang hebat.

KAFI

(tertawa) Aku lulus SMA aja belum, Pa.

ADRI

Nanti kamu mau kerja di perusahaan furnitur keluarga? Papa sekarang ini mungkin jadi pimpinan dan pewaris kakekmu. Tapi suatu saat, Papa akan perlu seorang pewaris juga. Dan Mbakmu itu sama sekali nggak tertarik.

KAFI

Kalau aku juga nggak tertarik?

ADRI

Ya, nggak apa-apa. Papa dan Mama punya orang-orang kepercayaan lain untuk melanjutkan perusahaan. Kamu dan Karin bisa jadi apapun yang kalian mau.

KAFI

Makasih banyak, Pa.

Kafi membuka pagar. Mereka berdua pun melangkah masuk.

ADRI

Jadi, sekarang ini kamu lagi dekat sama siapa?

KAFI

Ini dia. Percakapan klasik antara orangtua dan anak yang nggak mungkin terhindarkan.

ADRI

Jangan-jangan, temen yang pergi bareng kamu ke pasar malam tadi itu?

Kafi hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari berjalan cepat masuk ke rumah.

ADRI

Kok malu-malu gitu, sih? Kaf!

KARIN

Papa! Ini Kafi habis diapain kok lari-lari kayak dikejar maling? Plastik martabaknya hampir jatuh, nih!

NILAM

Hus, Karin. Cepet ambil piring, Kaf. Turun sini atau Mama kasih tahu tentang cewek yang waktu itu nggak sengaja Mama angkat teleponnya! Yang rumahnya di komplek ini juga.

KAFI

Dia teman Kafi!

KARIN

Semua juga teman pada awalnya.

KAFI

Oke. Yang rasa red velvet berarti buat aku, ya, Mbak.

KARIN

Kafiar!

NILAM

Hus. Nanti Sofi kebangun. Makan dulu yang ada, Rin. Kaf! Sini bawa lagi martabaknya atau Mama ceritain yang waktu -

KAFI

Iya, iya! Ini aku balikin!

Sementara itu, Adri bersandar ke dinding sembari menyaksikan semua itu dengan senyum di wajahnya.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar