Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 2
13. INT. RUMAH - RUANG MAKAN - NIGHT
9 tahun lalu. Kota kelahiran.
Tama dan Nala sedang makan bersama. Tama duduk di ujung meja. Nala di sisi kiri.
NALA (V.O.)
Setiap orang punya cara bersedih yang berbeda. Juga cara yang berbeda untuk mengatasi kesedihan itu.
Lagu berjudul "The Last One Standing" milik XXXX terputar samar di latar belakang.
XXXX (V.O.)
Lights out inside the mind. Fires out inside the heart. Hanging on the edge of chasm. Loosen up, let the insanity come say hi.
TAMA
Sebelum upacara kelulusan hari Senin depan, akhir minggu ini kita ke ibukota buat survey apartemen. Gimana?
Nala tidak menyimak. Matanya melirik ke kursi kosong di sebrangnya.
TAMA
Pokoknya nanti Ayah bakal samperin kamu minimal sebulan sekali. Ayah juga udah kasih tahu Pra untuk selalu cek pola makan kamu ...
NALA (V.O.)
Sayangnya, kita sering lupa. Kalau nggak ada yang salah dari mengenang masa lalu, merasa bersedih, lemah, kehilangan, merasa capek ...
XXXX (V.O.)
Be a slave, serve a service. Nod and never not. Be good, spare the dream. Do and always be.
JUMP CUT TO:
14. EXT. TEMPAT PEMAKAMAN UMUM - DAY
1 tahun lalu. Kota kelahiran.
Dengan mengenakan pakaian serba hitam dan masker yang menutupi wajahnya, Nala berjongkok di depan nisan bertuliskan nama "Lilia Prasisti". Kelopak-kelopak bunga memenuhi atas nisan tersebut.
NALA (V.O.)
Sadar atau tidak, kita semua ini adalah aktor yang handal. Kita pandai bersembunyi di balik topeng orang lain. Pandai bersandiwara dan merunut skenario.
Nala berdiri, kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari sana.
XXXX (V.O.)
Let the demons in. Oh, why, why, why, why, why. No angels will save you. The last one standing is only you, you, you, you, you.
FADE OUT
15. INT. RUMAH - DAY
PEMBERHENTIAN MEMORI NALA YANG KE-2. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.
Tama mengetuk pintu kamar Nala. Tidak kunjung ada respon. Tama kemudian mendorong pintu kamar Nala perlahan.
Nala sedang duduk di meja belajar, membelakangi pintu.
TAMA
Nala?
Nala memutar tubuh menghadap Tama. Sebelah tangannya terangkat untuk menyeka air mata.
NALA
Kenapa, Yah? Sebentar, aku -
Tama melirik ke sebuah album foto yang dibiarkan terbuka di atas meja belajar Nala. Dengan cepat, Nala merapikan kembali album foto itu.
NALA
Ah ... aku tadi lagi lihat-lihat. Ayah mau early dinner? Atau mau camilan buat nemenin kerja -
TAMA
Ayah juga kangen ibu kamu. Udah hampir 3 tahun, ya? (beat) Besok ketemu Ibu, mau? Kamu nggak ada jadwal pemotretan atau syuting, kan? Dan hari ini hari terakhir ujian kenaikan kelas, ya?
NALA
Mau. Besok nggak ada jadwal, kok. Dan iya, tadi siang ujian terakhir. Emangnya Ayah lagi nggak ada proyek yang harus dikerjain selama weekend?
TAMA
Proyeknya bisa ditinggal sebentar. (beat) Oh, iya. Dari tadi belum ganti seragam? Itu temen kamu udah nungguin di teras.
NALA
Loh, siapa? Jen?
TAMA
Laki-laki. Temen sekolah kamu, katanya. Namanya ... Kafi? Tadi Ayah sempet ngobrol sebentar. Rumahnya yang di cluster paling ujung itu, ya?
NALA
Iya, Kafi yang itu. (beat) Tapi aku nggak ada janji - aduh, nggak usah ganti baju dulu deh.
Nala berdiri dan berjalan keluar kamar. Ketika itu, Tama menarik Nala dan memeluknya lembut.
TAMA
Ayah bangga sama kamu. Ibu kamu di sana juga sama bangganya. Maaf Ayah belum bisa jadi orangtua yang selalu ada. (beat) Anak Ayah baik. Anak Ayah paling keren. Kamu harus selalu percaya itu. Jangan terlalu ambil pusing apa kata orang. Ibu juga pasti nggak mau kamu terus kepikiran.
NALA
Ayah juga paling keren. Nala bangga jadi anak Ayah dan Ibu. (beat) Ayah denger tentang berita-berita itu juga ya? Tentang ...
Tama mengurai pelukannya.
TAMA
Ayah tahu jadi seorang publik figur nggak mudah, tapi Ayah percaya kamu kuat. Ayah dan Ibu akan selalu dukung apapun yang ingin kamu lakukan.
Nala memeluk Tama sekali lagi, sebelum berjalan ke teras rumahnya.
TERAS DEPAN --
NALA
Ngapain lo?
Kafi sedang duduk santai di kursi.
KAFI
Nggak ada larangan gue nggak boleh ke sini, kan? Lo belum ganti seragam? Padahal ini udah hampir jam lima, loh. (beat) Lo sakit?
NALA
Lo juga masih pake seragam.
KAFI
Oh, ini tadi habis dari studio musik sama yang lain. Selebrasi kecil-kecilan selesai ujian kenaikan kelas. Lo sakit? Pilek?
NALA
Ngapain ke sini?
KAFI
Kata Jen, hari ini lo nggak ada jadwal. Pulang sekolah langsung ke rumah. Ponsel lo nggak bisa dihubungi dari tadi. Pasti males ngecharge?
NALA
Terus?
KAFI
Oh, tadinya gue mau ngajak makan. Kata temen gue, ada kedai sate enak yang mangkal di pasar malam. Tahu kan, pasar malam yang lagi buka dari minggu lalu itu? (beat) Tapi kayaknya lo lagi nggak enak badan. Gue balik aja.
NALA
(beat) Bentar. Gue ambil jaket dan masker dulu.
KAFI
Lo istirahat aja. Gue bisa ajak Zakiy atau -
NALA
Gue fit, kok.
KAFI
(beat) Yakin?
NALA
Iya. Bentar, izin ke Ayah dulu.
KAFI
Nggak perlu. Tadi gue udah bilang. Masa nggak izin dulu sih, mau ngajak anak perempuannya keluar?
16. EXT. PASAR MALAM - NIGHT
Nala dan Kafi makan di stan sate yang disebutkan sebelumnya. Kemudian lanjut berkeliling di area pasar malam.
KOMEDI PUTAR --
Nala dan Kafi mengantre di wahana komedi putar. Nala sedang mencak-mencak. Sementara Kafi hanya tertawa.
NALA
Lo nggak lihat apa? Isinya anak kecil semua!
KAFI
Ada ibu-ibu juga, kok.
NALA
Gue yakin ibu-ibu itu cuma nemenin anaknya ngantre, habis itu mereka bakal nontonin dari luar.
KAFI
Well, kalau gitu, kita bakal jadi dua remaja pertama yang naik komedi putar malam ini.
NALA
Cari wahana lain aja, oke?
KAFI
Katanya mau keluar dari bubble lo dan lihat dunia?
NALA
Bukan itu maksud gue. Dan nggak naik komedi putar juga kali!
Kafi mengamati anak-anak yang berlarian dengan bersemangat memilih kuda mana yang akan dinaiki sebelum para orangtua dan petugas membantu mendudukkan mereka.
Beberapa terlihat mengelus rambut si kuda, beberapa mencoba berbicara dengan kuda tersebut, beberapa merengek agar orangtua mereka tetap menemani di dalam.
KAFI
Lo tahu. (beat) Bagi anak-anak itu, sekarang ini dunia mereka berpusat pada wahana komedi putar ini. Mungkin yang ada di pikiran mereka sekarang adalah gimana caranya supaya bisa jadi sheriff keren yang lagi dalam misi nangkep penjahat atau gimana caranya supaya nggak jatuh dari kuda.
Nala ikut mengamati komedi putar yang mulai berjalan itu.
KAFI
Kedengerannya mungkin sepele. Tapi percaya atau enggak, fantasi nggak terbatas anak-anak itu justru merupakan dunia yang nggak ada tandingannya. Kacamata yang mereka pake nggak akan usang sampai mereka benar-benar tumbuh dewasa dan kenal sama apa yang namanya realita. (beat) Dan nggak sedikit dari kita yang ingin kembali menjejakkan kaki di bagian dunia yang itu lagi.
Nala mengamati Kafi dari sudut mata.
KAFI
Jadi? (beat) Come on, Nal. Cita-cita lo untuk bisa lihat dunia bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana kayak gini. Kayaknya gue udah pernah bilang, deh.
Ketika giliran mereka tiba, Nala akhirnya mau untuk naik ke wahana komedi putar.
KAFI
Nggak usah malu gitu, dong.
NALA
Shut up.
KAFI
Ah ... lo takut ada yang foto terus nyebarin di internet? (beat) Pakaian kita emang agak mencolok sih, karena masih pake seragam. Wajah lo juga bisa dikenali dengan jelas.
NALA
(beat) Sial. Masker yang gue bawa tadi kayaknya jatuh pas di tempat sate tadi. (beat) Tapi gue bukan Scarlett Johansson atau Angelina Jolie. Gue yakin lebih banyak yang nggak familiar sama wajah gue di sini. So, I'll be fine.
KAFI
Yakin? Mau pake jaket gue atau turun aja -
NALA
Kafiar, lo yang ngajakin naik kuda-kudaan bercula warna-warni ini! Jangan bikin gue tambah malu dengan tiba-tiba turun pas wahananya lagi muter.
KAFI
(tertawa) Enjoy the ride, then, Princess. Sheriff Kafi siap menolong kalau-kalau nanti ada warga yang jatuh dari kudanya karena nggak kuat nahan malu.
TAMAN --
Nala dan Kafi duduk di salah satu kursi panjang di sebuah taman kecil yang ada di tengah-tengah area pasar malam. Keduanya sedang memakan es krim.
KAFI
Twenty questions.
NALA
Lo emang suka banget permainan itu, ya?
KAFI
Lo cuma tinggal berdua sama ayah lo?
NALA
Iya. (beat) Ibu meninggal hampir tiga tahun lalu. Di hari upacara kelulusan gue dari SMP.
KAFI
(beat) I am sorry. Lo nggak perlu -
NALA
Nggak masalah. Lo juga mungkin udah pernah lihat beritanya, kan? Maksud gue, siapa yang nggak tahu ibu gue? Lilia Prasisti, salah satu desainer ternama di seluruh negeri.
JUMP CUT TO:
17. INT. BUTIK - DAY
12 tahun lalu. Kota kelahiran.
Lilia Prasisti - Ibu Nala sekaligus seorang desainer terkenal di seluruh negeri, 38 tahun - sedang mondar-mandir di butik miliknya.
Lilia sedang mendesain, berdiskusi dengan para pegawai dan klien, kemudian menyortir barang.
NALA (O.S.)
Butik yang dirintis oleh ibu dan temennya itu selalu sibuk. Terutama sejak salah satu menteri mengontrak butik Ibu untuk menghandle sebuah proyek besar. Ibu gue sering kecapekan dan jarang makan. (beat) Banyak orang lain ketika karirnya sedang menanjak pasti akan melewati fase itu juga, kan? Itu bukan suatu hal yang aneh.
Tiba-tiba, Lilia ambruk ke lantai.
NALA (O.S.)
Sampai suatu hari, tiba-tiba ibu kena serangan jantung.
Para pegawai dan klien yang ada di butik seketika panik dan menghubungi ambulans.
JUMP CUT TO:
18. INT. RUMAH SAKIT - DAY
12 tahun lalu. Kota kelahiran.
LORONG --
Nala - 15 tahun - masih memakai kebaya dan hak tinggi, berlari di lorong rumah sakit menuju ke kamar tempat Lilia sedang dirawat.
RUANG ICU --
Kamar Lilia dipenuhi oleh dokter, suster, dan Tama. Sosok Lilia terbaring di ranjang rumah sakit dengan alat pemicu detak jantung yang masih disambungkan padanya.
NALA (O.S.)
Ibu pergi sebelum gue bisa ngucapin salam perpisahan.
Suara bip panjang terdengar dari monitor.
BACK TO:
19. EXT. PASAR MALAM - NIGHT
PEMBERHENTIAN MEMORI NALA KE-2. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.
KAFI
Nal? (beat) Tentang apa yang gue bilang tempo hari itu ...
NALA
Kaf -
KAFI
Gue tahu apa yang mereka bilang di luar sana. (beat) Tentang lo yang bisa sukses menapaki karir sebagai model dan aktris pendatang baru semata-mata karena fisik lo. Atau karena status ibu lo. Lo yang dicap memanfaatkan momentum kematian ibu lo sebagai batu loncatan -
NALA
Ya, mereka nggak salah juga, kan? Sejak kabar kematian ibu tersebar, gue jadi semakin dikenal. Ayah dan gue kena lampu sorotnya. (beat) Lo tahu gimana caranya gue pertama kali terjun ke industri ini? Itu juga karena ibu.
JUMP CUT TO:
20. INT. PERAGAAN BUSANA - RUANG GANTI - DAY
13 tahun lalu. Ibukota.
Nala - 14 tahun - dengan masih memakai seragam SMP, duduk di sebuah kursi yang ada di sudut ruangan.
Para model, penata gaya, dan desainer sedang berlalu-lalang di sekitarnya, sibuk melakukan persiapan terakhir sebelum acara peragaan busana digelar.
Lilia - 39 tahun - sedang berbincang dengan salah satu talent coordinator ternama. Lilia menunjuk Nala, sebelum berjalan ke arahnya dengan diikuti oleh sang talent coordinator.
Talent coordinator itu menjabat tangan Nala dan mengajaknya berkenalan.
NALA (O.S.)
Setelah gue terima tawaran pertama untuk jadi model salah satu brand pakaian untuk remaja, nama gue mulai dikenal di antara para pencari talenta. Selain modeling, gue juga mulai dapat tawaran untuk syuting iklan, jadi cameo untuk film independen ...
BACK TO:
21. EXT. PASAR MALAM - NIGHT
PEMBERHENTIAN MEMORI NALA KE-2. 9 tahun lalu. Kota kelahiran.
NALA
(beat) Semuanya berkat ibu.
KAFI
Gue setuju bahwa ibu lo memang berperan besar di masa awal karir lo. (beat) Tapi nggak adil rasanya kalau lo hanya dinilai sebatas itu aja.
NALA
Gimanapun, gue tahu itu semua termasuk paket dari menjadi seorang publik figur. Dan gue tahu gue masih anak bawang di industri ini. Apa yang gue alami sekarang ini masih belum ada apa-apanya. (beat) Tapi kadang-kadang, gue merasa ... capek aja.
KAFI
Apa lo benar-benar menikmati jadi seorang publik figur?
NALA
Awalnya, gue kagok dengan segala rutinitasnya. Gue juga sering mikir, apa ada gunanya dari gue pergi pemotretan, pergi syuting, ketemu orang sana-sini. Tapi ketika gue berhasil menyelesaikan pekerjaan gue, ketika gue lihat hasilnya, gue merasa ... senang. (beat) Lo pernah nanya tentang cita-cita gue. Untuk pekerjaan impian, jujur gue nggak pernah kepikiran. Untuk kegiatan impian, lo udah tahu kalau gue pengin keliling dunia. Dan ketika gue pikir-pikir lagi, menekuni pekerjaan ini juga bisa membawa gue keliling dunia. Dalam artian, gue bisa pergi ke banyak tempat. Sekaligus bisa coba memahami dunia dari sudut pandang yang berbeda dari setiap peran yang gue mainkan. And I love it. (beat) Selain itu, gue nggak punya keahlian lain. Lo bisa main musik. Jen bagus dalam memanage uang. Ibu gue bisa desain pakaian, ayah gue desain bangunan. Gue? Only the face. Always the face.
KAFI
(beat) Itu alasannya lo pake masker ke mana-mana? Dan bersikap jutek dan galak?
NALA
Gue udah pernah bilang belum sih, kalau lo itu perseptif? (beat) Tapi, iya. Agak lucu dan tolol, memang. Kalau gue akan terus bergelut jadi publik figur, gue harus bersedia untuk menunjukkan diri. Tapi kadang-kadang, ketika gue nggak pake masker dan merasakan pandangan yang dilemparkan orang-orang ke gue ... gue risih dan agak ngeri. Gue berusaha untuk menunjukkan sikap kalau gue nggak peduli dengan itu semua. (beat) Tapi sikap gue yang jutek, galak, dan pake masker ke mana-mana itu justru bikin gue dicap sebagai sosok yang sombong, nggak tahu diri, dan egois.
KAFI
Itu nggak tolol, Nal. Dan sama sekali nggak egois.
NALA
Orang-orang mungkin senang kalau jadi pusat perhatian. Tapi untuk gue pribadi, nggak dengan cara seperti itu. (beat) Selama ini, gue dihargai semata karena penampilan fisik. Rasanya, gue harus berusaha berkali-kali lipat lebih keras untuk bisa dapat validitas dari orang lain. Supaya usaha dan karya gue bisa dilirik.
KAFI
(beat) Lo tahu, Nal? So what kalau lo cantik? Emangnya kenapa kalau ibu lo adalah seorang desainer terkenal? They're parts of you. Manfaatkan apa yang lo punya. Orang-orang bilang mereka mengagumi lo, ingin jadi seperti lo. Mereka menuntut lo untuk memenuhi standar dan ekspektasi mereka. Tapi di saat yang bersamaan, mereka juga berlaku skeptis dan melemparkan kritikan karena lo dinilai terlalu "tinggi", bahwa semua tentang lo dan apa yang bisa lo lakukan itu nggak bisa dipercaya dan diterima. Mereka yang menuntut "sempurna", justru menyangkal kesempurnaan itu sendiri.
Nala terdiam.
KAFI
Orang-orang memang akan selalu ngomong, kan? (beat) Yang harus lo lakukan adalah terus melangkah dan melangkah. Fokus pada apa yang sebenarnya lo mau. Selama lo menikmati dan bahagia dengan itu, kenapa enggak?
NALA
(beat) Pola pikir gue terlalu ribet dan kejauhan, ya?
KAFI
Menurut gue, itu wajar. Hanya orang-orang paling kuat dan tabah yang bisa bertahan jadi publik figur.
NALA
I really hope so.
KAFI
Satu-satu, Nal. Lo bisa.
NALA
Sori. Malah meluapkan ini semua ke elo. Gue ... cuma pernah cerita tentang ini sebelumnya ke Jen.
KAFI
Lo tahu, Nal, selama beberapa bulan terakhir, apa hal lain dari diri lo yang gue pelajari? (beat) You're a big thinker. Lo bermimpi besar, melihat dengan besar, berbicara dalam skala besar. And I respect you for that. Tapi lo sering lupa untuk think and see smaller. Diri lo sendiri justru lo anggap remeh.
Nala kembali terdiam.
KAFI
Gue yang harus minta maaf karena udah bikin lo harus ngungkit ini semua lagi. Gue nggak membantu banyak dan mungkin malah bikin semuanya tambah ribet. (beat) Ayo, gue anter lo pulang, takutnya kemaleman dan ayah lo nyariin -
Air mata tiba-tiba menuruni mata Nala.
NALA
Sial. Sial. Sial. (beat) Lo tahu, selama 3 tahun ini gue nggak pernah menangisi kepergian ibu. Not even once. (tertawa) Mata sembab dan hidung merah yang lo lihat tadi? Gue bukan sakit. Tapi habis nangis. Dan sekarang, gue pengin nangis karena ... banyak hal.
KAFI
Keluarin semua, Nal. Nggak usah ditahan.
Nala mulai terisak. Kafi beringsut mendekat dan memakaikan jaketnya ke kepala dan pundak Nala.
NALA
Gue ... sebenarnya sering merasa takut. Takut orang-orang akhirnya akan berpaling dan meninggalkan gue. (beat) Selama ini, menghindar, berpaling, dan lari. Cuma itu yang gue tahu untuk bisa keluar dari semua masalah dan kekhawatiran gue.
KAFI
Itu juga hal yang wajar. Sesuatu kayak gitu memang nggak bisa diprediksi dan dihindarkan. (beat) Masih ada gue. Gue akan jadi penggemar lo yang paling setia. Gue akan nonton dan koleksi setiap karya lo mulai dari sekarang. That's a promise.
NALA
Thanks. (beat) Sori, lagi-lagi gue malah sibuk sendiri.
KAFI
Selain Jen, sekarang ada gue. Lo bisa jadi diri lo sendiri ketika sama gue. Nggak perlu akting atau skenario. Nggak pa-pa kalau lo mau menghindar ataupun berpaling, tapi ketika lo merasa semuanya terlalu berat ... lo tahu lo selalu bisa lari dan datang ke gue.
NALA
Thanks again.
KAFI
Sama sekali bukan masalah, Nal.
NALA
(beat) Jadi, kenapa lo ngajak gue keluar malem-malem gini?
KAFI
Well, lo udah tahu jelas kalau gue impulsif dan sering aneh-aneh. Ditambah ketularan Fin sama Zakiy. Dan ada tempat sate -
NALA
Bukan. Gue lihat ekspresi dan gestur lo tadi. (beat) Ada sesuatu yang mengusik lo?
KAFI
(beat) Itu ... cerita untuk lain waktu. Besides, tonight is about you. Mau pulang sekarang?
NALA
Nanti. Gue masih pengin di sini. Lo sendiri nggak dicariin, kan?
KAFI
Enggak, kok.
NALA
So ... twenty questions?
KAFI
Akhirnya lo ketularan gue suka permainan itu juga, kan?
NALA
Haha. (beat) Lo punya kakak atau adik?
KAFI
Ada. Satu. Mbak Karin. Beda tujuh tahun sama gue.
NALA
Mbak lo masih tinggal bareng lo?
KAFI
Di ibukota. Ikut suaminya yang basis kerjanya ada di sana. Sofi, anak mereka yang umurnya dua tahun ...
Pembicaraan di antara keduanya pun terus berlanjut hingga malam menjadi semakin larut.
FADE OUT