Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kabut Cinta Syafitri
Suka
Favorit
Bagikan
11. Bertemu Afifah

SCENE 1      : INT – DI RUANG SEBUAH RUMAH SAKIT - MALAM

PEMAIN       : SYAFITRI, RIDHO, AFIFAH.

VISUAL       : Ridho sedang menunggui Syafitri yang terbaring diatas divan sebuah rumah sakit. Dia terus berdoa untuk kesembuhan Syafitri atas tragedi yang menimpanya yang tidak di duga sama sekali sebelumnya. Sudah sehari semalam Syafitri tidak sadarkan diri. Ridho tak kuasa menahan rasa kantuk yang menyerang. Dia pun duduk tertidur dengan kepalanya jatuh di pinggir kasur dekat bantal kepala Syafitri.

Close Up :

(Syafitri tidur berbaring dengan berbagai peralatan medis di sekujur tubuh. Selang infus di tangan dan selang tabung oksigen di hidung. Dia mengalami koma yang menjurus ke mati suri karena keadaan jantung dan nafas sudah berhenti)

VISUAL      : Dalam tidurnya Syafitri bermimpi bertemu Afifah yang dalam perasaannya seperti sudah kenal akrab, padahal dia sama sekali tidak mengenalnya. Keduanya berpakaian gaun lengan panjang yang berwarna serba putih

Afifah :

Hai Fit, kamu pengantin baru kok melamun saja, ayo kita ngobrol.

Syafitri :

Hai juga Afifah, syukurlah kita bisa berjumpa kali ini.

Afifah :

Aku mengucapkan terima kasih padamu sudah bersedia menjadi penggantiku untuk mendampingi Mas Ridho.

Syafitri :

Kami memang berjodoh.

Afifah :

Iyaa, kalian memang pasangan yang serasi. Tapi aku melihat sepertinya kamu sedang ada masalah.

Syafitri :

Benar Afifah...Suamiku Ridho bermain belakang dengan Airin teman akrabku.

Afifah :

Masak sih?...Ridho itu orangnya baik, ahklaknya baik, agamanya pun baik, bagaimana bisa dia bermain di belakangmu?

Syafitri :

Dia sering pulang kerja terlambat, nggak tahunya janjian ketemuan sama Airin.

Afifah :

Jadi kamu cemburu?

Syafitri :

Ya iyalah, sudah beberapa kali aku berusaha menahan diri. Tapi untuk yang kali ini aku tak sanggup lagi, aku marah besar padanya.

Afifah :

Kok kamu bisa tahu Ridho bermain belakang dengan Airin?

Syafitri :

Mas Ridho yang bilang sendiri kalau ketemuan sama Airin.

Afifah :

Eh Fit, mana ada orang bermain belakang kok berkata jujur kepadamu.

Syafitri :

Iya, karena aku tahu sebelum menikah denganku sebenarnya Mas Ridho sudah jatuh hati sama Airin.

Aifah :

Bukankah sebelumnya Ridho juga sudah hampir menikah denganku, kenapa kamu tidak cemburu padaku?

Syafitri :

Afifah, kamu kan sudah meninggal dunia, kan nggak mungkin balik lagi ke dunia, iya kan?

Afifah :

Tapi sekarang aku bisa bertemu kamu?

Syafitri (bingung) :

Oh Iya juga ya?

Afifah :

Sudahlah...hal itu nggak usah dipikirin. Aku datang kesini ingin membantu mencari solusi permasalahanmu. Sekarang apa yang menjadi problem utamamu pada Ridho.

Syafitri (sejenak berpikir) :

Mas Ridho selalu tahu apa yang ku-mau, tadinya aku mengira hanya kebetulan. Tapi ternyata secara keseluruhan dia tahu apa-apa yang menjadi selera hatiku. Mulai dari pemilihan model dan warna baju pengantin, membelikan seperangkat baju sehari-hari, busana muslim, gaun, dan lainnya, terus membelikan laptop, dan yang terakhir barusan membelikan seperangkat perhiasan yang mahal. Semuanya pas dengan selera dan keinginanku.

Afifah :

Sebenarnya diantara kalian enggak ada permasalahan yang berarti, yang terjadi hanya salah persepsi saja. Karena kamu tidak mau minta apa-apa atau tidak bisa mengatakan apa keinginanmu. Sehingga Ridho mencari alternatif bertanya pada orang yang tahu selera hatimu. Nah, orang itu adalah Airin.

Syafitri :

Ya, itulah pada awalnya...dasar saja memang keduanya pengin bertemu.

Afifah (tersenyum) :

Dasar pemikiran seperti itu memang tidak salah, tetapi juga tidak selalu benar. Karena hal-hal seperti itu memang sensitif, apalagi kalian pengantin baru. Masih sangat posesive terhadap pasangan.

Syafitri :

Padahal Mas Ridho sudah kuperingatkan, jangan berhubungan dengan Airin lagi, tapi mereka tetap mengadakan pertemuan.

Afifah :

Sebenarnya pertemuan itu bermaksud baik, tapi aku tidak menyalahkan kamu. Karena seharusnya tidak terjadi kalau kalian saling mengerti.

Syafitri :

Pokoknya aku tidak terima Mas Ridho berhubungan dengan Airin.

Afifah :

Kalau aku jelaskan satu persatu pertemuan Ridho dengan Airin, mungkin kamu juga tidak percaya. Sebaiknya kamu melihat sendiri apa-apa saja yang telah di lakukan Ridho dengan Airin yang sebenarnya.

Syafitri (bingung lagi) :

Bagaimana mungkin aku akan bisa melihatnya?

Afifah :

Akan aku tunjukkan, tetapi mengingat durasi-ku bersamamu sangat terbatas, aku akan tunjukkan kejadian terakhir kali saja. Saat Ridho bertemu Airin untuk membelikan seperangkat perhiasan kepadamu. Toh semua kejadiannya pada prinsipnya sama saja. Ridho minta pada Airin untuk memilihkan barang-barang kesukaanmu.

Syafitri :

Bolehlah, tapi bagaimana caranya?.

Afifah :

Kamu ikuti aku saja, kamu mengerti?

Syafitri :

Ya, aku aku mengerti.

(Syafitri dan Afifah pergi bersama-sama dan menghilang)

FADE OUT :

CUT TO     :

SCENE 2    : INT / EXT – SEBUAH TOKO DI PUSAT PERBELANJAAN – SIANG.

PEMAIN     : SYAFITRI, AFIFAH.

VISUAL     : Syafitri dan Afifah berjalan di sebuah Pusat Perbelanjaan yang ramai oleh pengunjung yang berbelanja. Keduanya berhenti di sebuah toko, Syafitri melihat Ridho dan Airin berada di Galery yang menyediakan accesoris khusus wanita. Keduanya sedang memperdebatkan barang-barang yang akan dibeli di depan etalage toko.

Syafitri (berteriak) :

Mas Ridhooo...Sedang apa kamu bersama Airin?

Afifah (menggamit bahu Syafitri) :

Fit, mereka tidak akan mendengarkan panggilanmu.

Syafitri :

Memang kenapa? Dia suamiku kalau salah wajib di peringatkan.

Afifah :

Bukan itu masalahnya, masalahnya dunia kita saat ini berlainan. Mereka berada di dunia nyata, sedang kita berada di dunia lain.

Syafitri (kembali bingung) :

Apa? Kita berada di dunia lain? Apa maksudmu? Bukankah kita bisa melihat mereka dengan jelas. Kita bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas, bagaimana bisa kamu berkata seperti itu.

Afifah :

Kita memang bisa melihat mereka dengan jelas, tetapi mereka tidak bisa melihat kita. Kita bisa mendengar suara mereka dengan jelas, tetapi mereka tidak bisa mendengar suara kita.

Syafitri :

Haa...? bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Afifah :

Aku ingin bertanya padamu, sekarang kamu berada dimana?

Syafitri :

Sudah tentu aku sedang berada di Pasar.

Afifah :

Ini Pasar Besar yang letaknya jauh dari rumahmu. Coba bayangkan bagaimana bisa kamu sampai di tempat ini?

Syafitri :

Oh Hiya...Ini kota besar, kenapa aku bisa sampai di tempat ini?

Afifah :

Karena kamu mengikuti aku yang berada di dunia lain. Dari dunia lain ini kita bisa melihat apa-apa yang terjadi di dunia nyata. Aku ingin menunjukkan kepadamu pertemuann Ridho dan Airin yang terakhir kali. Agar kamu bisa melihat langsung di tempat kejadiannya di pasar ini.

Syafitri :

Jadi aku harus bagaimana?

Afifah :

Kita diam saja menyaksikan apa yang mereka lakukan dan mendengarkan apa yang mereka perbincangkan. Okey? Setuju?

Syafitri (tetap bingung) :

Baiklah aku setuju.

(Syafitri dan Afifah kini fokus pandangannya ke tempat dimana Ridho dan Airin Berada. Airin sibuk memilihkan barang-barang yang akan dibeli Ridho. Ternyata barang-barang itulah hadiah yang diberikan Ridho kepada Syafitri. Berupa Kalung dengan liontin, gelang, cincin, dan anting. Setelah itu Ridho membayarnya ke kasir, selanjutnya mereka berjalan keluar toko. Syafitri dan Afifah mengikuti mereka dari belakang. Di perjalanan keduanya mendengarkan perbincangan mereka)

Airin :

Mulai sekarang kamu harus belajar sendiri mengenal karakter isterimu.

Ridho :

Iya Rin, Maklumlah kami kan di jodohkan, jadi belum saling mengenal dengan baik.

Airin :

Disitulah letak fungsi sebagai suami isteri untuk saling mengerti. Kamu harus bisa mandiri mengatasi persoalan dalam rumah tanggamu sendiri.

Ridho :

Iya aku mengerti dan ini kan hanya bersifat sementara saja.

Airin :

Karena pertemuan kita ini bukan sesuatu yang positif. Tentu akan menimbulkan tekanan pada isterimu. Walau persahabatan kami selama ini baik, tapi bisa menimbulkan salah paham dan kecemburuan.

Ridho :

Terima kasih Rin, kamu sudah mengingatkan. Aku hanya bermaksud membuat kejutan saja pada isteriku agar dia bahagia.

Airin :

Tapi walaubagaimana pun juga dia pasti tidak menyuakainya. Meskipun ini hanya bersifat konsultasi dan aku hanya sebisaku melakukan apa yang kamu inginkan untuk membahagiakan isterimu.

Ridho :

Maaf ya Rin, selama ini aku sudah membuat kamu repot.

Airin :

Saat ini kebetulan saja aku sedang berada di tempat kakak-ku di kota ini, kalau tidak aku kan nggak bisa nganterin kamu belanja.

Ridho :

Iya, karena aku juga tahu kamu berada disini. Tadi itu secara mendadak aku putuskan bertemu kamu hari ini untuk membelikan hadiah isteriku.

(Keduanya berjalan sampai di tempat parkir mobil masing-masing)

Airin :

Aku berharap pertemuan kita ini untuk yang terakhir kali, besuk-besuknya kamu harus terbuka pada isterimu, bermusyawarah agar setiap hal bisa di putuskan secara bersama.

Ridho :

Tentu Rin, semua saranmu akan aku perhatikan.

Airin :.

Ya sudah ya, aku pulang ke rumah kakakku, Salam hangat untuk Fitri.

Ridho :

Oh Hiya Rin, sekali lagi terima kasih banyak, ya?!

(Ridho dan Airin berpisah mengendarai mobilnya masing-masing)

Syafitri (berteriak) :

Mas Ridhooo...aku ikut pulang!

Afifah  (menggamit bahu Syafitri) :

Inget Fit, Ridho kan nggak bisa mendengar suaramu.

Syafitri :

Oh iya aku lupa,

Afifah :

Sekarang kita pulang juga.

Syafitri :

(masih memandangi mobil Ridho sampai hilang di perempatan jalan) :

Jadi kita pulang naik apa?

Afifah :

(menunjuk kearah datangnya mobil putih Ambulance yang tiba-tiba saja datang)

Kamu pulang naik mobil itu!

(Mobil berhenti tepat didepan Syafitri, pintu belakang langsung terbuka, untuk selanjutnya Syafitri masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi)

CUT TO       :

SCENE 3      : INT – DALAM RUANG RUMAH SAKIT – DINI HARI.

PEMAIN       : SYAFITRI, RIDHO, DOKTER,

VISUAL    : Ridho masih tertidur dengan posisi semula. Perlahan mata Syafitri terbuka menatap memutar di sekelilignya. Mulai timbul kesadaran diri, dia berada di sebuah ruangan yang serba putih penuh dengan peralatan medis rumah sakit. Dia terkejut melihat Ridho yang duduk tertidur dibawah kepalanya. Lama dia memandangi Ridho seperti memastikan bahwa benar-benar suaminya. Safitri juga mencubit tangannya sendiri, untuk memastikan keadaan ini nyata adanya.

Syafitri (V.O.) :

Apa yang terjadi dengan diriku? Mengapa aku berada di rumah sakit? Mengapa Mas Ridho juga berada disini? Bukankah tadi kulihat dia bersama Airin? Dan dimanakan Afifah yang tadi bersamaku? Ya Allah, apakah aku sedang berhalusinasi?

Syafitri (mengelus-elus kepala Ridho) :

Mas...Mas Ridho.

Ridho (terbangun karena belaian tangan Syafitri) :

Dik? Dik Fitri? Kamu sudah siuman? Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin.

(Ridho dengan serta merta memeluk badan Syafitri)

Dik...kamu baik-baik saja, kan?

Syafitri :

Mas...aku baik-baik saja. Kenapa aku di pasang selang-selang seperti ini?

Ridho :

Dik Fitri telah tidak sadarkan diri, aku cemas sudah lebih dari satu hari satu malam aku menunggumu disini. Aku bersyukur sekali dan berharap tidak terjadi apa-apa denganmu.

Syafitri :

Mas, aku tidak apa-apa, badanku sehat sekali, kumohon lepaskanlah semua selang-selang dan alat-alat yang menempel di badanku.

Ridho (terharu) :

Sabar ya dik, kita harus menunggu dokter dulu, aku akan melaporkan hal ini pada dokter.

Syafitri (mulai menyadari) :

Jadi aku di rumah sakit dalam pengawasan dokter? Menurutmu apa yang terjadi padaku?

Ridho (mengusap perut Syafitri, tidak siap dengan pertanyaan itu) :

Tidak terjadi apa-apa, hanya pengaruh kehamilanmu yang masuk tiga bulan, hal biasa dialami ibu-ibu yang sedang hamil muda. Mengalami perangai yang tidak dari biasanya.

Syafitri (mulai bisa tersenyum) :

Aku tahu...Mas Ridho ingin membuatku bahagia, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu, juga terima kasih pada sahabat karibku Airin.

Ridho (tertegun-terkejut) :

Dik Fitri tidak hanya aku atau Airin, semua ingin dik Fitri bahagia. Sekarang Dik Fitri istirahat yang nyaman, aku akan melapor ke dokter.

Syafitri (mengangguk) :

Iya Mas...silahkan.

(Ridho beranjak keluar kamar, beberapa saat kemudian kembali bersama dokter)

Dokter (setelah memeriksa keadaan Syafitri) :

Kondisinya bagus, tidak seperti yang kita khawatirkan. Semua organ tubuhnya berfungsi normal kembali.

Ridho (gembira) :

Syukurlah dokter, bagaimana dengan kondisi janin anak kami dok?

Dokter :

Insya Allah aman, posisiya juga normal-normal saja.

Ridho :

  Jadi apa yang telah terjadi dengan isteriku, dok?

Dokter :

Ibu Syafitri hanya mengalami konstraksi syaraf yang berhubungan dengan otak belakang. Beruntung tidak mengalami pecah pembuluh darah. Sehingga dengan penanganan medis yang intensif semua masih bisa diatasi.

Ridho :

Terima kasih Dok, jadi isteriku tidak apa-apa?

Dokter :

InsyaAllah, kondisinya baik-naik saja.

Ridho :

Apakah hari ini isteriku bisa dibawa pulang?

Dokter :

Bisa...bisa rawat jalan di rumah, nanti dikasih resep obat. Tinggal lapor saja ke bagian administrasi dan ambil resep obatnya.

Ridfho (gembira):

Iya dok, Terima kasih.

(Dokter melepas semua peralatan yang menempel di badan Syafitri kemudian keluar kamar)

Syafitri (sesaat kemudian) :

Mas...aku mimpi bertemu Afifah, dia baik, cantik dan lemah lembut.

Ridho :

(bengong, menyadari bahwa isterinya habis mengalami koma, biasa mengalami hal-hal yang tidak masuk akal)

Dik Fitri...Afifah sudah pergi meninggalkan kita menghadap Yang Kuasa. Kita sudah ikhlas dan kita doakan semoga arwahnya tenang disisi Allah SWT.

Syafitiri :

Mas Ridho benar...nanti setelah pulang aku ingin berziarah ke makam Afifah, dan izinkan juga aku ingin bertemu sahabatku Airin untuk menyampaikan ucapan terima kasih.

Ridho (masih bengong mendengar ucapan Syafitri) :

Iya dik... sekarang Yang paling penting Dik Fitri sembuh dulu seperti sedia kala. Setelah itu pasti nanti akan kuantar ke makam Afifah dan akan kuantar bertemu Airin ke kota besar. Sekalian kita ke toko penjual perhiasan untuk mengganti perhiasanmu yang rusak.

Syafitri (berpikir sebentar) :

Oh Iya, Airin berada di kota besar, aku melihat Mas Ridho bersama Airin membeli perhiasan itu di Kota Besar. Tetapi aku sudah tidak menginginkan perhiasan itu. Sekarang aku sudah bahagia memiliki Mas Ridho. Aku sudah tahu apa yang ada didalam hati Mas Ridho, dan apa yang ada didalam hati Airin. Aku tidak cemburu lagi...

Ridho (tersenyum-terkesima lalu mengecup kening Syafitri) :

Terima kasih isteriku...

FADE OUT :

VISUAL        : Pagi harinya Syafitri dan Ridho dijemput dengan mobil oleh keluarga besarnya meninggalkan rumah sakit untuk pulang.

***

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar