Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 1 : INT / EXT – HALAMAN RUMAH – DALAM RUMAH – PAGI
PEMAIN : Syafitri, Ruminah.
VISUAL : Minggu pagi ini Syafitri bekerja beres-beres rumah. Meski kelihatan masih lesu dan tak berdaya. Namun dia tetap melaksanakan perintah ibunya terutama menata ruang tamu. Karena hari minggu ini Ridho akan datang ke rumahnya. Setelah itu Safitri ke dapur langsung membuat sarapan. Selanjutnya seperti biasa makan satu meja bersama Mama dan Papa-nya.
Ruminah :
Eh Fit, Bu Syamsi barusan telefon, nanti Bu Syamsi akan ikut menemani Ridho berkunjung ke rumah kita pukul 10.00.
Syafitri :
Sudah ada kepastian ya Ma?
Ruminah :
Ya, pasti-lah Fit, ini bukan main-main lho, ibunya sampai ikut mendampingi.
Syafitri :
Terserah saja, Ma. Mau dia sendiri apa sama ibunya, bagi Fitri nggak ngaruh.
Ruminah :
Maksud mama kamu juga harus tahu apa yang di inginkan ibunya Ridho darimu. Supaya kamu mempersiapkan dirimu dengan sebaik-baiknya.
Syafitri :
Sebenarnya apa yang dimauinya?, aku ya seperti ini apa adanya.
Ruminah :
Pokoknya hari ini kamu harus special, kamu harus tampil cantik. Awas kalau tidak Mama akan marah sama kamu.
Syafitri :
Untuk apa sih Ma? Kedatangan mereka kan hanya silaturahim saja kan? Nggak usahlah berlebihan, biasa-biasa saja lebih santai.
Ruminah :
Memang nggak harus berlebihan, tetapi juga nggak biasa-biasa saja. Apanya yang biasa? Intinya hari ini nanti Kita harus bisa melayani tamu kita dengan baik.
Safitri (sesaat terdiam cemberut) :
Aku nggak mau yang formil-formilan, harus begini harus begitu. Aku mau yang praktis-praktis saja, masih banyak yang harus ku-pikirkan.
Ruminah :
Kamu ini bagaimana...bukankah waktu Bu Syamsi bilang mau menjodohkan kamu dengan Ridho, kamu dengan senang hati menerima?
Syafitri (mengunyah makanan tidak menjawab) (V.O.) :
Andai saja aku tidak mendengar pembicaraan Ridho dengan Rifky yang menyebut nama Airin, aku pasti akan gembira bahkan lebih dari itu. Aku tidak rela kalau Ridho juga membagi cintanya dengan Airin.
Ruminah (menegur) :
Fitri..?!
Syafitri (tergagap) :
Ya Ma? Ehm...
Ruminah :
Fit, untuk kali ini nurutlah sama Mama. Mama hanya ingin melihat kamu itu bahagia.
Syafitri :
Memangnya aku harus pura-pura kelihatan berbahagia? Begitu kan mau Mama? Kemarin kan udah kubilang, Ridho sebenarnya udah punya perasaan sama Airin.
Ruminah :
Fit, Mama kan udah bilang juga, wanita yang mau sama Ridho tidak hanya Airin. Ridho sama Airin itu belum ada ikatan apa-apa.
Syafitri :
Jadi aku harus bagaimana Ma?
Ruminah :
Coba nanti kamu pakai baju ghamis warna ivory lengan panjang yang pakai ikat pinggang itu... kamu terlihat bagus deh!
Safitri :
Menurutku baju yang satu itu lebih cocok untuk pesta, itu memang favorites-ku.
Ruminah (berdehem membenarkan) :
Ya memang, pokoknya pakai saja!
Pak Anwar :
Mama...sudahlah, jangan terlalu intervensi, Fitri sudah dewasa. Kamu juga Fit, kalau memang sudah komitmen menerima kedatangan Ridho, ya terima dengan sebaik-baiknya. Meskipun kamu berubah pikiran, tapi jangan membuat orang kecewa.
Syafitri (terdiam mengangguk) (V.O.) :
Kuturuti saja permintaan Mama. Mengapa Mama begitu serius dalam penyambutan nanti. Atau benar kata Airin? Ridho hanya mau ke rumah seorang Akhwat kalau dia sudah mau melamarnya? Ah, Semoga saja semua ini bisa diambil hikmahnya.
Ruminah :
Ya sudah, pokoknya kamu siap-siap, masih ada waktu untuk sholat dhuha. Mohon pada Yang Maha Kuasa agar diberikan keteguhan hati.
Syafitri (mengangguk lagi pelan) :
Ya, Ma...
(Safitri membereskan piring-piring dan sisa-sisa bekas sarapan, lalu pergi dari hadapan Papa dan Mamanya. Sementara Papa dan Mama-nya memandanginya dengan senyum khas-nya orang tua)
CUT TO :
SCENE 2 : EXT / INT – HALAMAN DEPAN RUMAH – RUANG TAMU – SIANG.
PEMAIN : SYAFITRI, RUMINAH, PAK ANWAR, RIDHO, DAN BU SYAMSI.
VISUAL : Tepat jam sepuluh sebuah mobil memasuki halaman rumah Ruminah. Pengemudinya Ridho bersama ibunya keluar turun dari mobil dengan pandangan cerah. Ruminah dari ruang tamu menuju ke pintu menyambut kedatangan mereka dengan tersenyum lebar. Pak Anwar ikut menunggu dengan duduk di ruang tamu.
Bu Syamsi :
Assalamualaikum...
Ruminah :
Waalaikumsalam...mari masuk, ayo Ridho...
Bu Syamsi (dan Ridho mendekat) :
Lha...mana Fitri-nya?
Ruminah (basa basi) :
Ada...itu lagi siap-siap didalam, sudah nunggu dari tadi. Fiiit...tamunya sudah datang!
Syafitri (O.S) :
Iyaa sebentar Ma!
Bu Syamsi (tersenyum tipis) :
Rasanya sudah nggak sabar ketemu calon menantu. Hhe..
Pak Anwar (ikut berdiri) :
Mari silahkan duduk.
VISUAL : Safitri keluar melangkah mendapati Mamanya, bu Syamsi, dan Ridho yang masih berdiri didalam pintu ruang tamu. Pertama memandang wajah Bu Syamsi, meraih tangannya lalu dicium. Kemudian kepada Ridho mengkatupkan kedua tangannya sambil tersenyum mengangguk. Bu Syamsi dan Ridho melakukan hal sama kepada keluarga tuan Rumah.
Bu Syamsi :
Wah!! Hari ini Fitri cantik sekali. Cocoklah!
Syafitri :
Ah, ibu bisa saja. Terima kasih silahkan duduk bu, Fitri ke belakang dulu.
Bu Syamsi (memandang Pak Anwar) :
Maaf nih Pak, sudah ngerepotin keluarga Bapak.
Pak Anwar :
Ohh nggak apa-apa, namanya juga silaturahmi...
Only Sound (OS): Bu Syamsi ngobrol dengan Ruminah dan Pak Anwar di ruang tamu terdengar oleh Syafitri yang sedang membuat minuman di ruang tengah.
Bu Syamsi :
Kalau inget masa muda ya Rum? Kita main kemana-mana sama-sama.
Ruminah :
Iyaa...maunya kita kembali ke masa itu.
Bu Syamsi :
Tadinya nggak kepikir kalau kita mau berbesanan.
Ruminah :
Kita sama-sama berdoa Si...mudah-mudahan maksud hajad kita ini lancar mendapatkan keridhoan dari Allah SWT, Aamiin.
Bu Syamsi (diikuti Pak Anwar) :
Aamiin Yaa Robbal Al Aamiin.
Syafitri :
(Membawa empat cangkir teh hangat dan dua toples kue-kue kering melangkah ke ruang tamu lalu membagikan ke atas meja tamu di depan mereka)
Ibu silahkan diminum, silahkan Mas Ridho...
Bu Syamsi dan Ridho :
Terima kasih.
Ruminah (melihat Fitri hendak masuk lagi) :
Fit, kamu duduk sini deket Mama!
Syafitri
(kemudian duduk merapat ke Ruminah sambil bicara basa basi pada tamunya) :
Maaf nih...nggak ada apa-apa, Cuma kue barusan Mama beli dipasar.
Bu Syamsi :
Kami kesini Cuma mau ketemu kamu Fit, soal kue-kue itu nomor dua.
Ruminah (dan Pak Anwar tertawa) :
Yang terpenting kan silaturohim-nya ya, Si?
Bu Syamsi (setelah beberapa saat sambil meletakkan cangkir habis minum) :
Pak Anwar, Rumimah sahabatku, tujuan kami kesini kan, selain untuk menyambung silaturahim juga untuk membicarakan sesuatu hal yang sangat penting. Terutama menyangkut anak-anak kita yang sudah dewasa-dewasa. Betul tidak, Pak, ya Rum?
Ruminah (dan Pak Anwar mengangguk) :
Ya ya, betul betul.
Bu Syamsi :
Aku yakin keluarga disini sudah tahu apa tujuan kami kesini...Aku mengawali dan menyampaikan keinginan anakku Ridho yang berencana untuk melamar Syafitri...eh, nama lengkapnya Dewi Syafitri, ya?
Ruminah (sambil kemudian menoleh ke Fitri) :
Ya ya, benar. Itulah Fit maksud Ridho datang kesini, kamu dengar sendiri, kan?
Syafitri (nampak tegang lalu tersenyum malu mengangguk) :
Ya Ma,
Ridho :
Mudah-mudahan berkenan ya...dik Fitri?.
Ruminah (yang menjawab, Syafitri hanya mengangguk) :
Aku sekeluarga megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Atas inisiatif teman lamaku Syamsinar yang bersedia membuka tali silaturahim dan berencana menyatukan anak-anak kita dengan ikatan yang syah dan halal. Insya Allah Tuhan Meridhoi, amin.
Ruminah, Syamsinar, Ridho, Syafitri (serentak) :
Aamiin!
Bu Syamsi (melihat Syafitri masih terdiam) :
Fit, kamu bagaimana? ada usul atau permintaan sama Ridho?
Ridho :
Ya, kalau ada permintaan atau apalah silahkan disampaikan, dik!
Ruminah :
Bagaimana Fit? Ada permintaan apa tidak?
Syafitri (beberapa saat terdiam, melirik wajah mamanya menyiratkan ketegangan) :
Aku ingin menyampaikan satu permintaan pada Mas Ridho.
Ridho (Bu Syamsi dan Ruminah nampak ikut sedikit tegang) :
Silahkan dik, disampakaikan dengan jelas.
Syafitri (Mengawali dengan hati-hati):
Bismillahirrahmanirrahiim...Mohon maaf ya Bu, Mama, Papa, dan Mas Ridho. Ini permintaanku dari hatiku yang paling dalam secara pribadi kepada Mas Ridho. Aku merasa kurang afdol kalau aku sampaikan secara terbuka disini. Aku ingin menyampaikan nanti melalui Japri di Nomor WA Handphone-nya Mas Ridho.
Ridho (Reflek cepat menjawab) :
Boleh boleh, kapan saja dik Fitri mau kontak sama aku, aku sangat siap dan terbuka.
Bu Syamsi (dan Ruminah tertawa bersama) :
Ya baguslah, kalau kalian mau Wa-Wa-an dulu, telfon-telfonan dulu silahkan...Wong selama ini nggak pernah kontak langsung. Nggak apa-apa, aku mendukung.
Ruminah :
Iyaa...Kita orang tua hanya mendukung, kalian berdua yang akan menjalaninya.
Pak Anwar (nampak tenang) :
Semua hal kalau dilandasi kejujuran dan keterbukaan seperti ini terasa lebih baik.
Syafitri :
Terima kasih ibu, Mama, Papa, dan juga Mas Ridho.
VISUAL : Setelah mengobrol beberapa lama, Bu Syamsi dan Ridho berpamitan pulang. Ruminah, Pak Anwar, dan Syafitri ikut mengantar mereka sampai di depan pintu rumah.
CUT TO :
SCENE 3 : INT – DI RUANG TAMU RUMAH RUMINAH – SIANG.
PEMAIN : SYAFITRI, RUMINAH.
VISUAL : Syafitri membereskan cangkir-cangkir dan piring-piring yang kotor diatas meja tamu. Tiba-tiba Ruminah meraih bahu Syafitri sambil memberikan sebuah kotak kecil berisi cincin emas.
Ruminah :
Fit, ini tadi dari Bu Syamsi untuk kamu!
Syafitri (setengah terkejut) :
Apa ini Ma?
Ruminah :
Sebuah cincin emas untuk kamu pakai. Kata Bu Syamsi ini dari calon suamimu.
Syafitri :
Kenapa nggak Ridho sendiri ngasih ke aku? Jangan-jangan ini memang hanya kemauan Bu Syamsi. Aku jadi nggak enak hati Ma, nanti pasti aku tegur Ridho-nya.
Ruminah :
Sudah jangan jadi permasalahan, Bu Syamsi ataupun Ridho sama-sama akan jadi satu keluarga dengan kamu nanti.
Syafitri :
Masalahnya aku kan belum menerima sepenuhnya Ma. Jadi aku belum mau memakai cincin itu. Biarlah mama yang simpan saja!
Ruminah :
Fitri...maksud Bu Syamsi itu baik, hargailah maksud baik orang tua.
Syafitri :
Aku pasti akan menghargainya bahkan menghormatinya sama dengan aku menghormati Mama dan Papa. Tapi juga jangan dulu memaksakan seperti ini.
Ruminah :
Yakinlah Fit, Ridho orang yang baik, yang cocok untukmu! Mulai sekarang hilangkan kesan yang menghantuimu. Mama menjamin semua akan baik-baik saja.
Syafitri (seperti mau menangis) :
Aku sengaja menunda pernyataanku untuk menerima Ridho. Aku ingin memberi kesempatan padanya untuk berpikir ulang agar cintanya kepadaku nantinya tidak setengah-setengah. Dengan sikapku ini mungkin saja dia berubah pikiran. Lalu bagaimana kalau besuk Ridho melakukan hal yang sama pada Airin...dan Airin langsung menerimanya?
Ruminah :
Itulah yang Mama khawatirkan! Dengan sikapmu ini bisa diartikan kamu menolak lamaran Ridho. Makanya Bu Syamsi berinisiatif memberikan cincin pengikat itu agar kamu yakin. Kamu menegerti kan Fit?
Syafitri :
Mama masih nggak tahu perasaan Fitri, biarlah Fitri sendiri yang akan memutuskannya pada Ridho. Aku hanya mohon Doa dari Mama dan Papa, semoga aku bisa meyakini Ridho adalah calon suami sholeh yang benar-benar mencintaiku.
Ruminah :
(terharu memeluk tubuh Syafitri sambil membelai kepalanya yang masih tertutup jilbab)
Iyaa...Mama doakan supaya kamu selalu bahagia.
Syafitri (balas memeluk erat Mamanya) :
Makasih ya Ma?
VISUAL : Sampai beberapa saat Syafitri dan Ruminah saling berpelukan. Setelah itu Syafitri meneruskan membereskan cangkir-cangkir, piring-piring yang kotor lalu mencucinya di dapur
CUT TO :
SCENE 4 : INT – KAMAR SYAFITRI – MALAM
PEMAIN : SYAFITRI, RIDHO.
VISUAL : Selesai sholat Isya dengan masih memakai Mukena, Syafitri duduk di pinggir divan tempat tidurnya membuka aplikasi Ja-pri WA di Handphone. Wajahnya menyiratkan keseriusan mengetik di layar handphone sambil tampak berpikir.
C.U. - CUT BACK TO:
(Syafitri Chatingan dengan Ridho menggunakan Handphone-nya masing-masing)
Syafitri (menulis pesan dalam chat) (V.O) :
Assalamaualaikum Wr Wb. Semoga tidak menggangu waktu istirahat Mas Ridho. Seperti telah kukatakan tadi pagi dalam pertemuan kita. Aku ingin menyampaikan satu hal apabila hubungan kita berlanjut ke jenjang pernikahan.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Waalaikumsalam Wr Wb. Silahkan dik jangan sungkan-sungkan, mulai hari ini aku sudah menganggap kamu sebagai calon isteriku. Silahkan disampaikan...
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Mas Ridho, pernikahan bukanlah suatu hal yang main-main. Harus dilandasi dengan rasa cinta secara se-utuhnya. Sesungguhnya saat ini aku tidak berdaya dan sepertinya tidak sampai hati kalau ada orang lain yang tersakiti. Kamu harus jujur padaku, bukankah sudah ada Akhwat lain yang mengisi hatimu selama ini?
Ridho (dalam Chat) (V.O.) :
Aku memang harus jujur padamu bahwa sebelum ini ada ‘nama lain’ yang mengisi relung hatiku. Tetapi hal itu hanyalah sebuah ‘pilihan’ yang belum berdampak apapun. Dan mulai saat ini aku berusaha keras untuk menggantinya dengan ‘namamu’.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Maaf, jika karena diriku, kamu harus merelakan kebahagianmu tergadaikan. Mungkin kamu tidak akan menemukan kebahagiaan bersamaku. Oleh karena itu mohon pertimbangkanlah sekali lagi rencana untuk melamarku.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Aku memilih dirimu sudah dengan pertimbangan yang mantap. Aku sudah tertarik padamu ketika aku datang mengantar ibuku ke rumahmu beberapa tahun yang lalu. Sungguh niatku menjadikan kamu menjadi isteriku, Insya Allah karena Ridho Allah semata.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Aku memang belum apa-apa dan bukan siapa-siapa. Tetapi aku mohon kamu bisa memberi pengertian secepatnya pada Airin...Alasan kamu memilih aku menjadi isterimu agar tidak menimbulkan fitnah. Sehingga dia tidak menunggu-nunggu dan tidak berharap padamu.
Ridho (terkejut-dalam chat) (V.O.) :
Airin? Dari mana kamu tahu soal Airin?
Syafitri (menarik nafas - dalam chat) (V.O.) :
Dari pembicaraanmu dengan Rifky saat ada acara di Aula MTA. Dan juga dari pembicaraan Ibumu dengan Mamaku saat di rumahmu. Aku dengan jelas mendengar nama Airin disebut-sebut. Jadi bahwa kamu melamar aku karena pilihan ibumu. Bukan atas dasar dari hatimu sendiri.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Oh...rupanya itu yang membuat kamu ragu padaku? Sekali lagi kukatakan padamu, bahwa Airin dan lainnya hanyalah sebuah pilihan yang belum aku putuskan. Soal Ibuku memilih kamu, aku sendiri setuju. Aku berharap kamu bisa mengerti dan melihatnya dengan jernih.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Aku bisa menerima perjodohan dan lamaranmu, namun dengan satu permintaan. Aku tidak terima kalau kamu masih melakukan hubungan atau berkomunikasi secara intens dengan Akhwat lain terutama Airin, meski itu dalam satu Halaqoh.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Baiklah, kalau itu kehendakmu, mulai besok aku tidak akan melibatkan diri pada Halaqoh ibu-ibu dan remaja putri.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Aku bukannya egois, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu untuk tidak menyakiti hatiku atau menyakiti orang lain. Aku yakin kamu pun mengerti akan hal ini.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Aku mengerti maksudmu, aku akan berusaha untuk tidak menjadi lelaki pengecut. Lelaki yang menyakiti orang tua kita, lelaki yang menyakiti orang lain terlebih menyakiti hatimu, apalagi menyakiti Allah. Aku hanya ingin menjadi seorang suami yang bisa menjadi seorang imam bagi dirimu.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Itulah yang kuharapkan Mas...Aku bukan mau minta harta benda. Tetapi aku minta kesetiaan, kejujuran, dan tanggung jawab sepenuhnya atas keputusanmu memilih aku.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Insya Allah...Aku siap memenuhi permintaan kamu.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Terima kasih atas pengertianmu...Oya, tadi Ibumu memberikan cincin emas padaku melalui Mamaku. Apakah itu sepengetahuanmu?
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Benar sepengetahuanku! Tadinya cincin itu akan kuberikan langsung padamu namun ku-urungkan. Karena aku melihat sepertinya senyummu berbeda, seperti bukan senyum kebahagiaan. Tetapi aku memaklumi pasti kamu sedang menutupi rasa gugupmu, sama halnya seperti aku. Karena kita tiba-tiba di hadapkan pada situasi seperti itu.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Ya, syukurlah kalau kamu bisa menangkap arti senyumku...Syukran(9) Mas, Alhamdulillah! Kita sudahi dulu obrolan kita malam ini...Afwan(10) atas sikapku dan selamat istirahat.
Ridho (dalam chat) (V.O.) :
Selamat malam dan selamat istirahat juga...Oh Iya, tolonglah malam ini kamu shalat tahajud, memohon kepada Allah agar diberikan yang terbaik buat kita.
Syafitri (dalam chat) (V.O.) :
Aamiin, Insya Allah.
VISUAL : Syafitri menutup Handphone-nya dengan tersenyum lega. Melepas mukena-nya dan kemudian segera tidur.
***