Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kabut Cinta Syafitri
Suka
Favorit
Bagikan
10. Hadiah.

SCENE 1    : INT – DALAM RUMAH – PAGI..

PEMAIN     : SYAFITRI, RIDHO, BU SYAMSI, BI IDRUS.

DESKRIPSI  : Bulan pertama Syafitri menjalani hidupnya bersama Ridho nampak bahagia. Tatapan mesra dan penuh kehangatan diberikan Ridho ketika berangkat ataupun pulang kerja. Ditambah Ibu mertuanya sangat bijak dan penuh kasih sayang menambah Kebahagiaannya.

VISUAL   : Syafitri selesai memasak di Dapur kemudian menemani Ridho sarapan yang hendak pergi bekerja mengajar.

Ridho :

Pagi ini masak apa, dik?

Syafitri :

Yang sederhana aja Mas...Emmh..Omelet sayur. Mas Ridho suka nggak?

Ridho :

Ha...Dik Fitri rupanya sudah biasa masak, ya? Wah, pasti enak nih, aku memang suka sayur.

Syafitri :

Mas Ridho nggak vegetarian kan?.

Ridho :

Enggak...aku makan apa aja kok, Cuma yang lebih suka sayuran.

Syafitri :

Ya sudah, jadinya aku nanti bisa sembarang masak.

Ridho (sesaat) :

Eh, dik. Kamu pengin apa nanti aku beliin.

Syafitri :

Pengin apa ya? Nggak-lah dirumah kan sudah ada apa-apa...

Ridho :

Bener nggak pengin apa-apa?

Syafitri (sesaat berpikir) :

Ohya Mas, aku minta di perbolehkan saja meneruskan tulisanku. Sejak persiapan sampai kita menikah aku nggak sempat nulis lagi. Gagal total deh aku nggak bisa ikut kompetisi StarScriptHunt.

Ridho :

Namanya belum Rezeki, lain waktu kan masih ada event lagi?!

Syafitri :

Iya sih, mudah-mudahan masih ada.

(Selesai sarapan Syafitri membawakan tas kerja Ridho yang mau pergi mengajar, sambil mengantar ke depan pintu)

Syafitri :

 Susu-nya sudah diminum belum?

Ridho :

Sudah! Dik, nanti aku pulang agak lambat, mau lihat rumah kita yang bekas disewa orang.

Syafitri :

Maksudmu mau mampir kesana?

Ridho :

Iya...Insya Allah bulan depan kita tempati, kita akan pindah disana.

Syafitri :

Kita pindah Mas? Lalu bagaimana dengan Ibu?

Ridho :

Nggak apa-apa, Ibu banyak yang menemani, ada Bi Idrus dan ponakan lain yang membantu di toko. Lagi pula rumahnya nggak begitu jauh, kita bisa setiap saat datang kesini.

Syafitri (mengangguk) :

Yaa...terserah Mas Ridho,

Ridho (mencium kening Syafitri) :

Aku berangkat dulu.

Syafitri (mencium tangan Ridho)

Hati-hati di jalan Mas.

(Setelah Ridho berangkat Syafitri masuk kamarnya terus membuka lemari pakaian. Di dalamnya tersedia berbagai pilihan busana. Mulai dari daster, pakaian tidur, baju-baju ghamis, dan lainnya semua serba baru. Dia memilih salah satu daster panjang untuk ganti hari ini karena dari mandi pagi belum berganti pakaian)

Syafitri (V.O.) :

Mas Ridho telah menyiapkan semuanya untuk keperluanku sehari-hari. Terutama Baju-baju dan pakaian, desain dan modelnya yang dia beli pas betul dengan seleraku. Bahkan sampai ukurannya pun dia tahu pas dengan bentuk tubuhku.

(Syafitri keluar kamar membuat dua cangkir kopi lalu dibawanya ke toko. Menemui Bu Syamsi dan Bi Idrus yang sedang sibuk di toko)

Bu Syamsi (sedang memilah-milah barang dagangan)

Kamu bawa kopi Fit? Bau-baunya enak sekali.

Syafitri :

Iya Ibu, aku bawa kopi untuk Ibu dan Bi Idrus.

Bu Syamsi :

Kamu jaga kesehatanmu, Fitri! Nggak usah capek-capek.

Syafitri :

Iyaa...Bu.

Bi Idrus (bercanda) :

 Sebulan jadi pengantin baru, masih kenceng-kencengnya nih. Bagaimana Fit? lancar-lancar saja kan?

Syafitri :

Ya lancar-lah Bi masa enggak, lha bulan ini kayaknya aku langsung nggak “M” lagi.

Bu Syamsi :

Ya, syukurlah Fit, Ibu memang sudah pengin momong cucu.

Bi Idrus (masih bercanda) :

Nah..itu si Ridho-nya kalau sudah mau Tok-Cer gitu, tadinya Bibi kira nggak bisa gituan kok disuruh nikah jawabnya nanti-nanti mulu.

Bu Syamsi :

Huss...kamu ngomong apaan, bikin Fitri malu saja.

Syafitri :

Ah enggak apa-apa. Bibi memang suka bercanda.

(Begitulah keseharian Syafitri, setelah beres-beres rumah kemudian ikut menimbrung di Toko)

FADE OUT :

CUT TO     :

SCENE 2    : INT / EXT – SEBUAH RUMAH MINIMALIS – SIANG

PEMAIN     : SYAFITRI, RIDHO.

DESKRIPSI  : Bulan kedua Syafitri dan Ridho mulai menempati rumah baru.

VISUAL    : Syafitri dan Ridho memeriksa bagian rumah secara keseluruhan. Mulai dari halaman depan rumah yang dibuat taman hias mawar dan melati. Juga tanaman bunga yang mengandalkan kecantikan daunnya. Lalu di dalam rumah, meja kursi tamu, bufet, dan hiasan lainnya sudah tertata dengan rapi. Di bagian tengah ada TV, kulkas, menyatu dengan ruang makan yang di lengkapi peralatan dapur. Terus bagian Belakang ada area cuci lengkap dengan mesin cuci dan sarana lainnya.

Syafitri :

Ini kayak rumah orang yang sudah berkeluarga lama, semua serba lengkap dan eksclusif.

Ridho :

Lima tahun yang lalu aku pernah menyiapkan hal-hal seperti ini, jadi punya pengalaman.

Syafitri :

Ohya. Bersama Afifah ya Mas?

Ridho :

Ya, semuanya Afifah yang merancang dan mensetting seperti ini.

Syafitri :

Pastinya Afifah seorang calon isteri yang sempurna.

Ridho :

Sekarang sosok Afifah sudah ada pada dirimu.

Syafitri (tersenyum) :

Hmm...Mungkinkah itu?

Ridho :

Kenapa enggak? Sekarang aku benar-benar sudah bisa melupakan Afifah.

Syafitri :

Kalau sama Airin, bagaimana?

Ridho (merangkul bahu Syafitri) :

Dik Fitri...Airin itu bukan siapa-siapa lagi, dia hanya orang baik yang berada dintara kita. Jadi Dik Fitri nggak usah mempersoalkan dia lagi.

Syafitri (bengong) :

Orang baik?

Ridho :

Iya orang baik, Sudahlah...Yuk, aku tunjukin lagi ke belakang.

(Keduanya berjalan ke belakang rumah, ada kolam ikan ukuran 2x3 m yang tampak terawat)

Syafitri :

Ini ada ikannya?

Ridho :

Ada...kalau pengin bakar-bakar ikan, tinggal mancing.

Syafitri :

Masa? Beneran ada ikannya? Kapan miara ikannya?

Ridho :

Miara-nya baru kemarin, aku belinya udah gede-gede, ikan dewasa yang siap konsumsi.

Syafitri :

Mas Ridho ternyata kreatif juga, ya?

Ridho :

Demi Dik Fitri, dalam sebulan ini ku-kebut pekerjaan untuk menata rumah ini.

Syafitri :

Dalam sebulan? Kapan Mas Ridho bekerjanya?

Ridho :

Yang kerja bukan aku dik, kan bisa manggil orang.

Syafitri :

O, begitu?

Ridho :

Sekarang kan sudah ada Flowers Shop, kita tinggal telefon bunga diantar dan langsung ditanamkan. Begitu juga dengan tukang ikan, kita telefon ikannya sudah ada di kolam.

Syfitri (takjub) :

Boleh juga kalau begitu.

Ridho :

Apalagi sekarang jamannya On line semua bisa serba praktis.

Syafitri :

Iya juga ya? pantesan Mas Ridho bisa se-profesional ngurusin yang kayak begini?

Ridho (hanya tersenyum):

Sekarang kita melihat kamar tidur kita di dalam.

(Keduanya berjalan memasuki kamar tidurnya. Di dalamnya lengkap, Tempat tidur Eksclusif, Lemari pakaian, Ac, meja kerja ukuran satu biro, dan kamar mandi didalam. Diatas meja sudah terpasang Laptop baru.)

Syafitri (setengah terkejut) :

Mas...ini laptop siapa?

Ridho :

Pastinya Laptop ini untuk dik Fitri. Untuk mengganti kekecewaan dik Fitri yang gagal mengikuti kompetisi StarScriptHunt.

Syafitri (V.O) :

Bukan masalah Laptopnya? Tapi kok bisa tahu-tahunya Brand dan Specifikasinya seperti yang aku inginkan. Ah, apa Mas Ridho memang benar-benar tahu watakku?

Ridho :

Dik kok bengong begitu? Masih kecewa ya nggak bisa ikut kompetisi? Makanya aku beliin Laptop baru biar tetap semangat.

Syafitri :

Aku mengucapkan terima kasih Mas Ridho sudah membelikan Laptop baru untukku. Tapi yang jadi pertanyaanku Mas Ridho kok tahu betul keinginanku laptopnya seperti ini.

Ridho :

Namanya juga suami ingin membahagiakan isterinya.

Syafitri (akhirnya tersenyum) :

Iya-lah, aku percaya sama Mas Ridho.

FADE OUT :

CUT TO       :

SCENE 3      : INT / EXT – SEBUAH RUMAH – SORE

PEMAIN       : SYAFITRI, RIDHO.

DESKRIPSI   : Bulan ketiga adalah puncak kecemburuan Syafitri.

VISUAL     : Di rumah Syafitri terlihat gelisah menunggu Ridho pulang bekerja. Dia mondar-mandir dari dalam rumah keluar rumah. Hingga akhirnya dia memilih duduk-duduk di Sofa depan Bufet TV.

Syafitri (V.O.) :

Tidak biasanya Mas Ridho pulang se-terlambat sekarang ini. Ada apa ya? Di telefon Handphone-nya menolak panggilan. Notifikasinya Nomor yang anda tuju diluar jangkauan, coba lagi untuk beberapa saat.

(Secara iseng Syafitri membuka laci Bufet ingin melihat-lihat kembali album foto pernikahannya. Tanpa sengaja di bagian laci lainnya menemukan album foto yang sudah lama. Di sampulnya ada tulisan tangan “Bulan Madu kita disini aja”)

Syafitri (V.O) :

Mungkin ini tulisan Afifah dan foto-foto yang ada di dalam ini pastilah Afifah. Ah, yang katanya mirip aku? Ah, enggak juga. Tapi yang ini Afifah memakai jilbab warna violet, benar juga mirip aku, hehe...

(Syafitri meneruskan membuka album, di ketemukan foto-foto rumah ini yang nuansanya serupa dengan yang ada sekarang. Ada tulian tangan juga “Bulan madu di Rumah Minimalis, sederhana tapi penuh perasaan”)

Syafitri (V.O.) :

O, jadi perancang rumah dan isinya ini Afifah. Dia ingin bulan madu di rumah ini, mungkin karena Afifah punya penyakit asma, jadi nggak mau ke hotel? Ah, untuk apa juga aku berpikir sampai sejauh ini? Yang jelas terhadap Afifah aku nggak ada perasaan apa-apa, Justeru berterima kasih padanya. Karena aku yang akhirnya menikmati hasil rancangan dia. Tetapi terhadap Airin? Yang bahkan sampai detik ini, setiap Mas Ridho terlambat pulang, bayangan Airin selalu saja muncul menggenangi benakku?

VISUAL : Sore sudah hampir Maghrib mobil Ridho pulang memasuki halaman rumah, Syafitri dengan rasa cemas menyambutnya. Hari ini rupanya Ridho pulang ingin membawa kejutan lagi. Setelah di dalam rumah dia mengeluarkan sebuah kotak berukuran praktis yang terbungkus rapi.

Ridho :

Dik, ini oleh-oleh dari aku untukmu, sebagai hadiah pernikahan kita walaupun terlambat, karena baru hari ini aku bisa membelikan.

Syafitri :

Lhoh Mas aku kan nggak pernah minta hadiah pernikahan.

Ridho :

Benar, tapi kamu janji nggak akan menolak kalau aku memberikan sesuatu hadiah untukmu.

Syafitri (akhirnya menerima sambil tersenyum tipis) :

Wow, apa ini?

Ridho :

Bukalah sendiri...

Syafitri (mulai membuka) :

Cantik sekali..! ada kalung, ada gelang, ada cincin.

Ridho :

Untuk pakaianmu sehari-hari, dik.

Syafitri (masih terkesima) :

Ini pasti barang mahal, emas murni.

Ridho :

Iya...sebagai tanda cinta seorang suami pada isterinya.

Syafitri (raut muka ceria) :

Ini kalung model kabel yang digabung dengan model Snake dengan liontin tulip. Yang ini gelang dengan bangle tiga tumpuk, dan yang ini cincin dan anting variasi.

(saking gembiranya secara reflek Syafitri mencium pipi Ridho)

Makasih ya Mas...model seperti ini memang yang ku-mau.

Ridho :

Aku memang berusaha tahu apa yang kamu mau.

Syafitri :

Aku dulu memang pernah memimpikan punya kalung, gelang, dan cincin seperti ini. Tapi itu masa dulu mas...sekarang aku sudah memiliki Mas Ridho, dan hal-hal seperti ini sebenarnya sudah nggak penting lagi bagiku.

Ridho (terharu) :

Tetapi hari ini aku ingin isteriku memakai perhiasan itu. Pakailah dik...

(sesaat Fitri mengenakan barang-barang itu di tubuhnya. Terlihat dia sangat senang dan bangga atas pemberian Ridho)

Syafitri :

Aku benar-benar nggak nyangka Mas Ridho bisa tahu seleraku.

Ridho :

Ya iyalah, kamu terlihat lebih cantik dari biasanya.

Syafitri (mulai menyelidik) :

Mas Ridho...Model kalung, gelang, cincin, seperti ini kan banyak macamnya. Sekali lagi Pertanyaanku dari mana Mas tahu kalau seleraku seperti ini?

Ridho (tidak bisa bohong) :

Memang tidak semua barang-barang yang kubelikan untukmu murni pilihanku, ada yang aku harus minta pendapat orang lain.

Syafitri (raut mukanya mulai berubah) :

Pasti Mas Ridho membelinya tidak sendirian, kan?

Ridho :

Iya...aku membelinya tidak sendirian.

Syafitri (nadanya mulai marah) :

Benar kan? pasti ada orang lain yang memmilihnya untukku?

Ridho :

Benar dik...tapi semua ini kulakukan demi untuk membahagiakanmu.

Syafitri :

Airin, kan? Pasti Mas Ridho membelinya bersama dia, kan? Karena Airin satu-satuya orang yang tahu seleraku, temen akrabku sejak lama, Bener nggak?

Ridho :

Benar Dik Fitri...aku hanya minta pendapatnya saja...tidak lebih.

Syafitri (tambah marah) :

 Tidak!! Aku sudah meminta Mas Ridho jangan lagi berhubungan dengan Airin, tetapi mengapa Mas Ridho masih menemui dia?

Ridho (meraih bahu Syafitri berusaha meredakan amarahnya) :

Dik...Mohon di-maafkan aku, ya? Sugguh aku tidak bermaksud apa-apa, aku menghubungi Airin semata-mata hanya untuk mengetahui keinginanmu.

Syafitri (mengibaskan tangan Ridho) :

Tidak!! Aku tidak mau denger nama dia lagi!!

Ridho (berusaha membujuk) :

 Dik...Airin telah memilihkan untukmu dengan kesungguhan hati, Hargailah ketulusan hatinya itu, yakinlah tidak ada apa-apa dengan kita kecuali hanya bersifat kekeluargaan.

Syafitri (tidak terbujuk) :

Sudah!! Aku tidak mau dengar lagi!!

Ridho (terus berusaha membujuk) :

Dik Fitri...percayalah...cintaku ini hanya untukmu...

Syafitri (menuduh) :

Mas Ridho telah bermain belakang dengan Airin!

Ridho :

Tenang, tenang...ya dik...aku bisa jelaskan...

Syafitri :

Tidaaak...! Aku tidak perlu penjelasan.

Ridho (Kebingungan) :

Jadi, aku harus bagaimana?

Syafitri (emosi dan berkata keras):

Kalau Mas Ridho masih sayang sama Airin, Nikahilah dia sekarang juga aku rela.

Ridho :

Dik Fitri isteriku, janganlah berbicara seperti itu.

Syafitri :

 Sudah pergilah...bawa Airin ke rumah ini, dari pada kalian main belakang.

Ridho :

Dik Fitri...Dengarkan dulu...

Syafitri (memotong kalimat Ridho) :

Tidak...!! .

VISUAL      : Kemarahan Syafitri justeru meledak dan makin kalap. Perhiasan emas yang dipakai dilepas kembali dimasukkan ke kotak semula. Entah dengan kekuatan apa dia membanting kotak emas itu ke lantai dengan sekuat tenaga. Kotak itu hancur berantakan hingga isinya bertaburan. Tidak cukup sampai disitu, kakinya pun bergerak kesana-kemari, menendang-nendang apa saja yang di-temuinya. Kemudian dengan tiba-tiba berlari kearah pintu keluar, namun agaknya tidak mampu mengendalikan diri lagi. Kakinya tersandung sesuatu, lantai yang licin membuatnya limbung. Lalu terpeleset ke arah tangga teras depan rumah. Benturan keras membuatnya terkulai tak berdaya. Ridho yang terus berusaha mengikuti Syafitri terkejut bukan kepalang.

Ridho (berusaha menolong) (V.O.) :

Ya Allah, lindungilah isteriku, selamatkanlah jiwa dan raganya, Ya Allah selamatkan kami dari cobaan ini. Alhamdu lillahilladzie aafanie mimmab-tallaka bihie wa fadl-dlanie alaa katsierin mimmam khuliqa tafdiela(11).

(Ridho kemudian dengan perasaan cemas dan kalut, berinisiatif menelefon mobil ambulance dan membawa Syafitri ke rumah sakit)

***

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar