Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kabut Cinta Syafitri
Suka
Favorit
Bagikan
4. Cemburu

SCENE 1   : INT – GEDUNG SEKOLAH SD – SALAH SATU RUANG – SIANG

PEMAIN    : SYAFITRI, AIRIN.

O.S.      : Dampak dari Pandemi Covid-19 sekolah-sekolah diliburkan. Proses Belajar-Mengajar dilakukan secara Daring dari rumah. Para Guru mendapat tugas piket di Sekolah sesuai dengan bidangnya masing-masing.

VISUAL   : Hari ini Syafitri bertemu Airin yang sama-sama dapat tugas piket sekolah di hari yang sama. Keduaya membagikan tugas pelajaran untuk murid-muridnya melalui orang tua atau wali murid yang diundang ke Sekolah. Setelah selesai pekerjaan tersebut, keduanya mengobrol seperti biasa.

Syafitri :

Rin, rupanya kamu mengenal Ustadz Ridho yang juga guru SMA itu ya?

Airin :

Iya...Ustadz Ridho itu seminggu sekali mengisi Tausyiah di Masjid tempatku, Kenapa Fit?

Syafitri :

Enggak...waktu itu aku juga ketemu di Pengajian dan dia nanyain kamu.

Airin :

O, kamu kenal juga sama dia?

Syafitri :

              Kenal sih, ya baru-baru ini, dia anak temen Mama.        

Airin :

Kamu naksir, ya?

Syafitri (tertawa kecil) :

Naah...aku yang justeru mau tanya, kamu naksir nggak?

Airin (ikut tertawa) :

Memangnya kalau aku naksir kenapa, kalau enggak kenapa?

Syafitri :

   Pengin tahu aja,

Airin :

Biasanya Akhwat yang baru kenal sama dia pasti penasaran. Kok orang seperti dia nggak mau nikah-nikah?.

Syafitri :

Pernah nggak kamu ngobrol serius sama dia?             

Airin :

Kita ketemunya di Halaqoh-an, kan yang dibahas hadits-hadits Nabi. Ya pasti serius dong! Maksudmu serius yang bagaimana?

Syafitri :

Maksudku dia pernah main ke rumahmu nggak?

Airin :

Orang seperti Ustadz Ridho itu mana mau main-main ke rumah cewek. Kalau sudah mau main ke rumah cewek pasti langsung ngajak nikah.

Syafitri (setengah berpikir) :

Benarkah seperti itu?

Airin :

Mungkin saja! Aku pernah nawarin dia main ke rumahku, jawabnya nanti kalau dia sudah siap melamar dan menikah.

Safitri :

Masak sih begitu, Rin?

Airin :

Ustadz Ridho orangnya agak aneh. Ada jamaah yang menawarkan seorang Muslimah kepadanya untuk dijadikan isterinya tapi dia nggak mau.

Safitri :

Apa alasannya?

Airin :

Nggak tahu-lah...Padahal aku tahu sendiri gadis itu. Wajahnya cantik, perilakunya baik, ahklaknya pun bagus. Dia berjilbab sama seperti kita ini.

Syafitri (tersenyum simpul) :

 Jadi menurutmu sampai sekarang dia benar-benar masih single?

Airin (nadanya serius dan semangat) :

Ya iyalah! Banyak gadis-gadis seperti itu ditolak. Padahal usia dia kan sudah dewasa, apalagi coba yang mau dicari kalau bukan isteri.

Syafitri :

Terus kalau sama kamu gimana?

Airin :

Kalau sama aku, meskipun dia baik padaku, aku santai aja.

Syafitri :

(Mengangguk-anggukkan kepalanya seperti baru mengerti sambil merenung)

Tapi Rin...dia itu janji mau main ke rumahku.

Airin (terkejut) :

Oya? Kalau menurutku ini sebuah kejutan, Fit. Ustadz Ridho pasti naksir kamu.

Syafitri :

Menurut kamu bagaimana sih sosok Ridho itu?

Airin :

Dia itu sosok seorang Ikhwan(7) yang genius. Dia pandai memilih seorang Akhwat(8) yang sempurna...ya seperti yang ada pada dirimu-lah. Cocok banget, Congrats ya Fit?! 

Syafitri (tak kalah terkejutnya) :

Eh, apa-apaan sih Rin? Kamu kan Cuma ber-argumen, masak udah ngucapin selamat padaku?

Airin (dengan muka yakin) :

Aku sangat mengenal Ikhwan yang satu itu. Sekarang kudengar sendiri darimu, dia akan main ke rumahmu. Itu berarti dia sudah siap melamar kamu.

Syafitri :

(terdiam, ekspresinya salah tingkah tanpa bisa berkomentar apa-apa)

Airin (tersenyum menatap Fitri) :  

Kalau firasatku ini benar...aku mendukung kamu jadian sama dia. Sungguh!

Syafitri (seperti tiba-tiba tersadar) :

Rin, bukankah dia juga pernah mengatakan akan main ke rumahmu, ya kan? Kalau begitu diam-diam dia juga menyimpan perasaan padamu. Aku juga mendukung kok kalau kamu jadian sama dia. Kamu percaya kan, jodoh itu Rahasia Allah.

Airin (tetap tenang tidak menunjukkan rasa berlebihan) :

Iya, iya...sayangku. Pastinya Allah SWT sudah menyiapkan yang terbaik buat jodoh kita kelak. Siapa-pun dia Kita akan syukuri siapa jodoh yang di peruntukkan buat kita..

Syafitri (mengangguk) :

Aamiin.

VISUAL : Keduanya sama-sama tersenyum renyah, senyum persaudaraan dua sahabat yang sangat akrab. Keduanya sambil membaca dan menulis seperti biasa pekerjaan di kantor. Untuk beberapa saat keduanya masih bercengkerama.

Airin :

Fit, nanti habis ini kita main ke MTA, yuuk! Di Gedung Islamic Center.

Syafitri :

Memangnya ada acara apaan disana?

Airin :

Ada acara bedah tafsir Al Quran yang dihadiri Ulama Besar dari Pusat Pengkajian Agama Islam. Para Ulama itu yang akan menjadi Instrukturnya. Acaranya sih masih nanti Bakda Sholat Dhuhur.

Syafitri :

Menarik juga sebenarnya ya? tapi bagaimana ya?

Airin :

Enggak ikut juga nggak apa-apa, kok. Kita main-main aja.

Syafitri :

Oh ya ya, kita main aja ya Rin?, aku nggak ikut acaranya. Kerjaanku di rumah sedang banyak-banyaknya, tulisan-tulisanku di Laptop harus segera di selesaikan.

Airin (tertawa sambil bercanda) :

Iyaa-lah...yang sedang mau jadi penulis terkenal!

(Syafitri dan Airin membereskan buku-buku, alat-alat yang tadi dipergunakan. Kemudian keduanya bergegas meninggalkan sekolah mengendarai sepeda motor masing-masing)

CUT TO   :

SCENE 2  : EXT / INT – KOMPLEK GEDUNG ISLAMIC CENTER – SIANG

PEMAIN   : Syafitri, Airin, dan Massa.

VISUAL  : Syafitri, Airin, tiba di Gedung Islamic Center langsung menuju Aula MTA, tempat acara akan di selenggarakan. Suasana penuh oleh Ikhwan dan Akhwat di teras lobby Aula. Di depan pintu masuk Aula tertata meja ukuran panjang. Di atas meja di sediakan banyak brosur-brosur cetak ayat-ayat Al Quiran. Ada pula kotak amal berukuran sedang dari kaca di letakkan disitu. Keduanya ikut memilih-milih brosur yang di kehendaki dengan memasukkan uang infak ke dalam Kotak Amal.

Syafitri :

Rin, Brosur-brosur ini apa memang di sediakan untuk para pengunjung?

Airin :

Iya sebagai bahan tanya jawab peserta nanti yang akan di akomodir oleh para Ulama yang bertindak sebagai Moderator.

Syafitri :

O, begitu? Kebetulan aku lagi butuh beberapa makalah Islami penunjang untuk bahan penulisan Script-ku.

Airin :

Disini lengkap Fit, kamu bisa memilih sebanyak-banyaknya untuk dibawa pulang.

Syafitri :

Nggak ikut acaranya nggak apa-apa?

Airin :

Nggak apa-apa...Mereka-mereka itu juga nggak semuanya peserta.

Syafitri :

Kamu cari brosur apa, Rin?

Airin :

Aku cari brosur-brosur yang membahas tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Nanti di-foto copy di bagikan sebagai bahan ajar pada anak-anak di sekolah.

Syafitri :

Cerdas juga kamu, Rin. Memang bakat benar kamu jadi guru agama Islam.

Airin :

Semua ini berkat aktif di komunitas Halaqoh, jadi ada hikmahnya.

Syafitri :

Makanya kenal sama Ustadz Ridho, Ya?!

(Airin belum sempat menjawab pertanyaan Syafitri, matanya melirik ke dua orang yang berjalan tergesa memasuki Gedung melewati kerumunan yang ada di teras depan pintu Aula. Tepatnya lewat di belakang keduanya yang berdiri menghadap meja. Airin lalu menarik tangan Syafitri mengisyarat memberitahukan. Tetapi Ridho tidak melihat karena terhalang oleh kerumunan orang banyak)

Airin (berbisik menunjuk dengan mukanya) :

Ssstt...Fit itu ada Ustadz Ridho masuk ke dalam ruang aula

Syafitri (menoleh mengikuti arah Airin) :

Benar...ada perlu apa dia kemari?

Airin :

 Dia kan salah satu panitia penyelenggara acara ini. Lihat tuh dia kayak sibuk benar. Mengatur sana, mengatur sini.

Syafitri :

Iya juga ya ?!

(Setelah selesai dengan pilihan brosurnya, Syafitri dan Airin yang berada diantara orang-orang mencoba melongok ke dalam gedung. Terlihat Ridho sedang berdiri berbicara dengan temannya itu sambil membuka lembar-lembar kertas di atas meja. Jarak diantara mereka berada tidak terlalu jauh, sehingga samar-samar pembicaraan Ridho bisa di dengar. Ridho menyebut teman bicaranya itu dengan nama Rifky)

Ridho :

Rifky, dengan sangat menyesal besuk ana nggak bisa ikut mengantar rombongan Ulama dari Pusat itu ke Pondok Pesantren.

Rifky :

Lho, jadi bener ente besuk nggak bisa ngantar Rombongan dari Pusat itu?

Ridho :

Bener Akhi(6), Ana nggak bisa ikut nih. Besuk aku harus pergi ke rumah Fitri, Akhwat anaknya temen ibuku. Soalnya sudah janji...

Rifky :

Ente sudah mantap? Kirain Cuma main-main. Trus gimana sama Airin-nya? Ente suruh main ke rumahnya katanya nanti-nanti mulu. Lha sekarang sama Fitri langsung kepelet.

Ridho :

Ya, itulah yang jadi pikiran ana. Sebelumnya ana berpikir mau jadian sama Airin. Tetapi ibuku memilih Fitri untuk jodoh ana.

Rifky :

Menurut ana Fitri dengan Airin itu seorang Muslimah banget. Siapa-pun yang ente pilih diantara keduanya memang cocok banget buat ente.

Ridho :

Ah, antum nambah kepala ana pusing mikirinnya. Kalau ana nggak nurutin Ummiku, nanti jatuh sakit lagi bagaimana? Malah jadi urusan.

Rifky (tertawa kecil) :

Iya-lah, Namanya juga jodoh. Kan harus salah satu, nggak mungkin dua-duanya ente pilih.

Ridho :

Ente benar...Jodoh memang hanya satu. Makanya ana harus memilih salah satunya.

Rifky :

Semua itu didasari rasa cinta...Kalau ente nggak cinta tentu nggak jadi juga, hehe...

Ridho (muka serius) :

Mungkin juga...perasaan ana seperti itulah yang membuat ana ingin bertemu Fitri besuk.

Rifky :

.Ya udah, teriring doa ana semoga acara ente besuk sukses.

Ridho :

Aamiin! Jadi ente besok yang nggantiin tugas ana sebagai ajudan mendampingi Rombongan sekaligus sebagai penunjuk jalan.

Rifky (nadanya semangat) :

Oke, Siap, Laksanakan!

(Airin menarik tangan Syafitri yang berdiri bengong mendengar pembicaraan Ridho dan Rifky. Airin mengajaknya menjauh dari tempat itu agar tak terlihat oleh Ridho ataupun Rifky)

CUT TO     :

SCENE 3    : EXT – SEBUAH TAMAN DI HALAMAN LUAR MTA – SIANG

PEMAIN     : SYAFITRI, AIRIN.

VISUAL    : Syafitri dan Airin duduk di sebuah bangku di taman MTA. Kedunya kembali berdebat masalah Ridho. Syafitri terlihat murung, lesu, dan patah semangat. Dia terlihat shock menahan airmatanya keluar. Sementara Airin biasa saja dan sedang berusaha menasehati Syafitri.

Airin :

Fit, kita tidak boleh hanya melihat dengan perasaan, gunakan juga pikiranmu untuk melihat kebenaran. Kamu jangan salah memahami aku, meski Ridho menyebut namaku, tapi aku tidak merasa dia mencintaiku.

Safitri :

Aku tidak menyalahkan kamu, aku menyalahkan diriku sendiri yang menganggap Ridho adalah sosok ‘Malaikat’-ku. Sekarang aku mengerti dia akan ke rumahku hanya karena diminta oleh ibunya. Bukan tidak mungkin suatu saat dia akan pergi ke rumahmu dengan hatinya sendiri.

Airin :

Safitriii sayaang...seorang Muslim sejati jika sudah ber-Akad Nikah, dia tidak akan berkhianat. Percayalah! jika Ustadz Ridho berjodoh denganmu, aku menjamin ketakutanmu itu tidak akan terjadi.

Safitri :

Kamu bisa saja benar, Rin. Tetapi spekulasi itu tetap tidak bisa mengalahkan perasaanku. Asal kamu tahu saja Rin, tiba-tiba aku jadi merasa cemburu padamu? Karena sosok dirimu memang menarik, sehingga Ridho sebenarnya sudah lebih dulu jatuh hati padamu.

Airin :

Fit, Aku sarankan ber-munajat-lah pada Allah SWT, adukan semua gundah galau-mu pada Dzat Yang Maha Memberikan rasa, agar kamu dapat menemukan arti dari sebuah makna cinta sejati.

Syafitri :

Ya, semua pengalamanku ini akan kuadukan pada-NYA. Aku akan memohon maaf bahwa sosok yang kuanggap sebagai ‘Malaikat’ itu kini menjadi orang yang paling kubenci.

Airin (menahan senyumnya) :

Fit, membenci seseorang itu boleh saja, tapi harus sewajarnya. Tidak boleh kita membenci pada orang lain tanpa alasan yang belum jelas. Sebaliknya jika kamu menyukai orang lain ya sewajarnya saja. Karena suatu saat hal itu bisa saja berbalik kepada kita. Ingat! Hal itu ada Haditsnya lho, Fit.

Safitri (wajahnya tetap murung) :

Sekali lagi Rin, aku percaya karena kita seorang Muslimah. Aku tidak akan pernah menyalahkan kamu, dan aku tidak akan pernah menuduh kamu. Tetapi hari ini aku menerima kenyataan, aku semakin sadar bahwa jodoh itu memang rahasia Allah. Bisa saja Allah telah menyiapkan jodoh untukku dan untukmu. Tetapi kita tidak tahu dengan siapa kita akan menikah. Semua kita serahkan kepada Allah Ta’Aala.

Airin (mengangguk-angguk pelan beberapa saat) :

Tapi kamu harus sabar dan tawakal ya! Hadapi semua ini dengan istiqomah...

Syafitri :

Insya Allah, Rin.

Airin :

Oh iya Fit, Sekarang sudah waktunya mau Sholat Dhuhur, mau sholat disini apa pulang sholat di rumah?

Syafitri (tiba-tiba HP-nya berdering lalu mengangkat) :

Ya, Ma?

Mama-nya (OS suara dari dalam handphone) :

 Fit, kamu dimana sekarang? Hanya piket saja di sekolah kok sampai Dhuhur belum pulang?

Syafitri :

Iya Ma. Sebentar lagi Fitri mau pulang, Ini lagi main ke MTA sama Airin.

MAMA-nya :

Oya sudah, mama kira Ridho-nya dateng ke Sekolah, trus ngobrol disana.

Syafitri (bertambah kesal dan marah pada mamanya) :

Aih, mama ini!. Mama tunggu aja di rumah nggak usah tanya-tanya!

MAMA-nya :

Iya, iya...anak mama, mama nunggu kamu di rumah kita makan siang bareng.

Syafitri (menutup Handphone-nya).:

Kita pulang aja, Rin. Mama-ku nggak sabaran menungguku.

Airin :

Ya udah, kita ketemu lagi di hari piket yang akan datang.

(Keduanya berjalan ke arah tempat parkir sepeda motor untuk kemudian pulang ke rumah masing-masing. Sebelumnya keduanya saling melambaikan tangannya)

***

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar