Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR TIDUR — KEESOKAN PAGINYA
Suara alarm terdengar nyaring mengisi penuh seisi ruangan Kamar. Tangan Mentari berusaha menggapai alarm itu tanpa melihat keberadaan alarm tersebut. Kepalanya yang masih terbenam ke bantal membuat Mentari kesulitan mencari alarm itu, namun akhirnya Ia menggapainya lalu mematikannya.
Mentari terbangun dari kasurnya lalu melihat keseluruh penjuru kamarnya yang berantakan. Setelah itu Ia berdiri dan berjalan ke arah Kamar Mandi.
INT. KAMAR MANDI — MOMENT LATER
Celana mentari turun hingga setengah betisnya lalu Ia duduk di closet. Wajah Mentari masih setengah sadar dari tidurnya, tangannya beberapa kali menggosok matanya yang masih terlihat mengantuk. Tak lama, terdengar suara air menyiram closet yang di duduki Mentari. Mentari menaikan celananya lagi lalu berdiri menghadap cermin yang agak besar di kamar mandinya. Dia menyadari bahwa dirinya masih menggunakan baju yang Ia pakai semalam. Mentari mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, Namun Ia sama sekali tidak ingat apapun selain dirinya mabuk.
INT. KAMAR TIDUR — MOMENT LATER
Pintu kamar mandi terbuka dan Mentari pun keluar dari sana lalu terdiam sejenak menatap kamarnya yang berantakan. Mentari berjalan memunguti beberapa baju yang berceceran di lantai dan tempat tidur lalu memasukannya kedalam keranjang cucian. Setelah itu Ia mengambil sebuah plastik trashbag dari dalam laci meja dan mulai memunguti sampah yang berserakan di kamarnya. Satu persatu sampah dimasukan kedalam trashbag, dari mulai botol minuman bekas hingga plastik camilan.
Mentari menemukan selembar kertas terselip di bawah kasurnya lalu membacanya. Itu adalah dokumen bukti pembayaran Rumah Sakit. Tertulis di bagian bawah kertas itu nominal "Rp 246.540.000,-" dengan di bubuhi cap bertuliskan "Lunas". Mentari pun melipat kertas itu lalu menyimpanya di atas meja disamping kasurnya. Saat Mentari sedang menyimpan dokumen itu, Ia melihat bingkai foto yang terjatuh, Ia mengambilnya dan melihatnya. Di foto itu Mentari menggunakan seragam SMA yang sudah tercoret-coret sedang dirangkul oleh Ayahnya. Mentari menghela nafas sesaat, lalu menyimpan foto itu diatas meja, disaat bersamaan juga Ia terkejut saat melihat ke arah jam alarm yang sudah menunjukan pukul sembilan pagi, wajahnya berubah panik.
MENTARI
(Sedikit berteriak)
Mentari pun bergegas memasukan sampah yang di pegangnya kedalam trashbag lalu mengikat trashbag itu dan mengeluarkannya dari kamar dengan sedikit berlari. Setelah itu Ia buru-buru membuka lemari pakaiannya dan mengeluarkan baju dengan terburu-buru hingga beberapa baju terjatuh ke lantai.
EXT. PARKIRAN KOST — PAGI
Mentari terlihat berlari ke arah tempat motornya biasa di parkir sambil berusaha merapikan sepatu yang belum terpasang sempurna di kakinya juga memperbaiki posisi helm yang belum sempurna terpakai namun tidak berhasil. Mentari pun menaiki motornya, mengeluarkannya dari himpitan motor lain dengan tergesa-gesa hingga motornya membentur motor di sekitarnya. Dari arah pos penjaga datang Joko yang melihat Mentari kesulitan.
JOKO
Mentari sedikit terkejut karena kedatangan Joko yang tiba-tiba. Mentari melirik ke arah Joko yang sedang menatapnya sambil sedikit membungkukan badannya. Mentari perlahan turun dari motor itu lalu Joko dengan sigap mengambil alih motor itu. Selagi Joko berusaha mengeluarkan motor, Mentari melanjutkan merapikan sepatunya hingga terpasang sempurna juga memperbaiki posisi helmnya. Terdengar suara motor menyala.
JOKO
(Memegangi motor)
MENTARI
(Menunduk malu sambil menaiki motor)
Mentari pun menarik gas dan motor pun berjalan dengan cepat.
INT. GEDUNG KAMPUS — PAGI
Suasana gedung kampus itu cukup ramai oleh lalu-lalang mahasiswa. Dari kejauhan terlihat Mentari berlari dengan masih menggunakan helm di kepalanya. Ia berlari ke arah sebuah Ruangan Kelas yang berapa di ujung Lorong. Ia sampai di Ruangan itu, lalu melihat kedalam ruangan dari pintu. Ruangan itu cukup ramai oleh mahasiswa yang sedang melakukan kegiatannya masing-masing. Beberapa orang di Ruangan itu menatap ke arah Mentari yang baru saja hadir. Salah satu yang menatap Mentari adalah Kevin yang duduk sendirian di barisan paling belakang sambil memainkan ponselnya. Mentari menatap Kevin yang sedang menatapnya lalu kembali memainkan ponselnya. Mentari lalu melihat ke arah seorang wanita yang duduk di barisan tengah. Ia adalah PUTRI (22), sahabat dari Mentari. Wanita berkacamata juga berparas cantik dengan Rambut pendek khas polwan. Mentari masuk kedalam Ruangan kelas lalu menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
MENTARI
(mengatur nafas yang terengah-engah sambil membuka helm)
PUTRI
Mentari mengeluarkan jam tangan dari tasnya lalu melihat waktu yang tertera yaitu 10:23.
MENTARI
PUTRI
MENTARI
(Mentari tertunduk)
PUTRI
Mentari mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membuka ponsel itu. Ia melihat ada empat belas panggilan tak terjawab dari Putri.
MENTARI
(Menatap Putri)
PUTRI
MENTARI
(Tersenyum pada Putri)
INT. RUANGAN KELAS — SIANG
Ruangan kelas dipenuhi mahasiswa yang duduk rapi menghadap ke arah BU AJENG (47), Dosen bertubuh agak berisi dengan rambut terurai dan kacamata besarnya yang khas yang berdiri di depan Kelas sambil menjelaskan.
BU AJENG
Suasana kelas berubah riuh oleh suara dari mahasiswa yang membereskan barangnya sambil saling mengobrol. Para mahasiswa yang sedari tadi duduk pun satu-persatu berdiri dan meninggalkan kelas. Begitu pula Mentari yang baru selesai membereskan barangnya lalu berjalan keluar. Namun Bu Ajeng memanggilnya.
BU AJENG
MENTARI
Mentari menjawab dengan menundukan kepalanya.
BU AJENG
PUTRI
(Kaget)
BU AJENG
PUTRI
(Berbisik pada Mentari)
Mentari menjawab dengan gestur menggelengkan kepala pada Putri. Ekspresi Mentari jadi merasa bersalah karena temannya pun di panggil oleh Bu Ajeng. Mereka pun lanjut berjalan dengan ekspresi masih heran dengan hal yang terjadi. Kevin yang masih duduk di kursi belakang sedari tadi memperhatikan.
INT. RUANGAN DOSEN — SIANG
Mentari dan Putri duduk bersebelahan menghadap ke arah Bu Ajeng yang sedang menatap mereka berdua. Dalam Ruangan itu hanya ada mereka bertiga.
BU AJENG
MENTARI
BU AJENG
Mentari hanya menunduk saat Bu Ajeng membeberkan semua kesalahannya yang terjadi akhir-akhir ini.
MENTARI
BU AJENG
MENTARI
BU AJENG
Mentari terus menunduka kepalanya, wajahnya berubah malu juga sedih atas kesalahan yang dibuatnya.
BU AJENG
Mentari makin menundukan kepalanya, tetesan air mata mulai turun dari matanya. Nafasnya mulai berubah sesenggukan tidak teratur.
MENTARI
(Sambil menahan tangis)
Mentari menangis tersedu-sedu lalu menyandarkan dirinya pada Putri yang duduk di sampingnya. Putri merangkul Mentari sambil mengusapi bahunya.
PUTRI
BU AJENG
EXT. PARKIRAN KAMPUS — SIANG
Parkiran dipenuhi oleh motor yang terparkir berjajar juga mobil yang ada di sisi lainnya. Suasana parkiran saat itu hanya ada beberapa orang saja yang lalu-lalang disana. Mentari berjalan dengan helm berada di tangannya berjalan bersama Putri menyusuri parkiran itu.
MENTARI
PUTRI
Mentari hanya diam mendengar perkataan Putri itu.
PUTRI (CONT'D)
Mentari dan Putri berhenti di samping motor Mentari terparkir. Mentari menyimpan helm yang sedari tadi di bawanya di motor.
PUTRI
Mentari melirik ke arah jam tangannya, Ia pun memotong kalimat Putri yang belum selesai itu.
MENTARI
(Memakai helm)
PUTRI
MENTARI
(Mentari mengeluarkan motornya dari parkiran)
PUTRI
Mentari terlihat sangat terburu-buru. Selama Putri berbicara Ia sibuk mengeluarkan motornya dari parkiran. Mentari pun berhasil mengeluarkan motornya lalu menyalakan motornya.
MENTARI
(Melambaikan tangan)
Mentari pun menarik gas motornya lalu motor pun melaju pergi membawa Mentari meninggalkan Putri sendirian di Parkiran itu. Mentari kebingungan sendiri, wajahnya terlihat agak kesal.
INT. LORONG RUMAH SAKIT — SORE
Sebuah pintu Lift terbuka, beberapa orang berdiri didalam sana. Dari barisan belakang, Mentari menyelinap berusaha keluar dari sana. Ia pun keluar dari lift itu lalu berjalan meninggalkan lift.
Mentari berjalan melewati lorong sambil matanya terus terfokus pada ponsel. Disana ada beberapa orang yang sedang duduk di kursi yang bersandar pada tembok. Beberapa lainnya berlalu lalang disana. Mentari yang berjalan dengan tidak fokus hampir menabrak sebuah kursi roda yang baru keluar dari sebuah ruangan. Mentari pun meminta maaf lalu lanjut berjalan. Ia pun sampai di depan sebuah ruangan, Ia berdiri di depan pintu sejenak lalu membuka pintu secara perlahan dan masuk.
INT. RUANG ICU — MOMENT LATER
Mentari masuk kedalam ruangan lalu menutup pintu secara perlahan. Di dalam ruangan itu ada beberapa pasien yang sedang berbaring di tempat tidur ditemani oleh satu atau dua orang yang duduk di sisi kasur. Setiap tempat tidur pasien di batasi oleh tirai yang tidak tertutup secara penuh. Mentari berjalan ke arah tempat tidur yang berada di ujung ruangan. Di tempat tidur itu terbaring seorang pria PAK GUGUN (51), Ayah dari Mentari. Ayahnya dalam kondisi koma, tubuhnya terkulai lemas, hidungnya di pasangi alat bantu pernafasan.
Mentari menutup tirai hingga tempat tidur Ayahnya tidak terlihat oleh orang lain yang berada disana. Mentari lalu menarik kursi yang berada di samping tempat tidur lalu duduk. Ia menatap pada wajah Ayahnya, tangannya meraih tangan Ayahnya lalu menggenggamnya. Di tangan yang tertancap selang infus itu Menyandarkan pipinya.
MENTARI
Mentari menatap wajah Ayahnya yang masih dalam kondisi koma itu. Matanya berpidah menatap ke arah kaki Ayahnya lalu menyapu seluruh bagian tubuh Ayahnya secara perlahan hingga tatapannya kembali pada wajah Ayahnya.
MENTARI