Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Jalan ke Awal
Suka
Favorit
Bagikan
8. ACT 3 PART 3: Akhir Jalan

DISSOLVE TO:

61. EXT. HUTAN PULAU SEMPU — DAY

Dinda berjalan di depan Adon. Mereka menyusuri jalan setapak. Dinda menenteng plastik pohon kecil, ransel di punggungnya. Adon membawa 2 cangkul dan carrier di punggungnya. Pepohonan rimbun di sekitar mereka.

ADON
Lo tau jalannya, Ding?
DINDA
Ikutin aja setapak ini, Dong.
ADON
Kalo ga ada gue, siapa yang bantuin lo kayak gini, Ding?
DINDA
Gue tadinya mo kasih upah nelayan aja.

Adon mengernyit sesaat, mengangguk. Mereka menelusuri setapak. Adon berhenti, melihat sekeliling, tidak ada apa pun selain pepohonan. Dinda berjalan tidak terlalu jauh di depannya.

DINDA
(memekik)
Ow!

Adon terkejut, berlari kecil menyusul Dinda.

ADON
Kenapa Ding?

Dinda memegangi bahunya. Adon menelaah Dinda dari atas ke bawah. Dinda meringis.

DINDA
Digigit serangga keknya Dong. Yuk lanjut.

Dinda beranjak menembus pepohonan, Adon menyusul di belakangnya.

CUT TO:

62. EXT. TANAH DATAR TENGAH HUTAN — DAY

Adon menggali tanah memakai cangkul. DINDA berjongkok di depan tanah media yang disebar beralas karung goninya. Pohon kecil di dekat kakinya. Dinda mengeluarkan kotak makan dari ransel, mengusapnya, air matanya jatuh. Dia membuka kotak makan, menebar abu di tanah media, menggunakan cangkul mencampurnya. Dia sesunggukan dalam diam. Adon menggali lubang sambil memperhatikan.

Dinda menutup campuran media dan abu dengan menyatukan keempat ujung karung, berusaha mengangkatnya. Adon bergegas membantu Dinda mengangkat karung goni. Mereka menaruhnya ke dalam lubang galian. Dinda berdiri menatap campuran abu di dalam lubang, menangis tak bersuara. Dia mengambil cangkul, mulai menutup lubang dengan tanah. Adon membantunya.

DISSOLVE TO:

63. EXT. TANAH DATAR TENGAH HUTAN — LATER

Pohon kecil dengan beberapa daun layu tertanam di depan Adon dan Dinda yang duduk merokok. Dinda menatap nanar pohon itu. Adon meliriknya.

ADON
Kenapa sih harus gali sedalam itu Ding?
DINDA
Abu manusia gak bagus buat pohon, Dong, ada sodiumnya. Makanya harus dicampur ama media khusus. Harus ditanem agak dalem, biar si media netralin sodiumnya dulu, baru nanti pas akarnya numbuh sampe ke abu, tanahnya udah netral deh.
(beat)
Gak bisa sembarangan Dong, nanem abu ama pohon. Tu medianya aja gue impor.

Adon mengangguk. Mereka menatap pohon kecil dengan beberapa daun layu. Dinda mematikan rokok, mengantongi puntung, menghampiri pohon, berjongkok dan menelaahnya. Dia melihat ada satu daun segar mungil tumbuh dari batangnya. Dinda menyengir, segera berdiri, senyum gembira menatap Adon.

DINDA (CONT’D)
Dong! Tumbuh, Dong!

Dinda terjatuh berdebam di tanah, pingsan. Adon bergegas menghampiri Dinda yang terbaring. Adon mengguncang tubuh Dinda, meraba dahinya, bingung.

ADON
Ding! Bangun, Ding. Kenapa lo?! Hey!

Adon memeluk Dinda, meraba bahu Dinda, merasakan sesuatu, melihat telapaknya sendiri. Dia melihat darah kering di telapaknya. Adon menyingkap kaos Dinda. Di bahu Dinda ada bekas gigitan ular yang membiru, bengkak. Adon menyedot bekas gigitan ular di bahu Dinda, meludah ke samping, menyedotnya lagi, meludah ke samping. Air matanya jatuh.

ADON (CONT’D)
Ding! Bangun Ding!

Adon merasakan denyut nadi Dinda di lehernya.

ADON (CONT'D)
Faaak! Dingdaaah! Bangun, plis!

Adon menyedot bekas gigitan ular di bahu Dinda lagi, membuang ludah ke samping, mengulangnya beberapa kali. Dia meletakkan tubuh Dinda hati-hati ke tanah, mengambil sebotol air mineral dari carriernya, kembali ke Dinda. Dia berjongkok memeluk Dinda, menyiram bahunya dengan air, membersihkan luka gigitan ular. Adon menangis, memeluk badan Dinda erat.

CUT TO:

64. EXT. PINGGIR HUTAN/PANTAI — DAY

Adon keluar dari balik pepohonan, menggendong Dinda di punggungnya, carrier di dadanya dengan 2 cangkul terikat di kanan-kirinya. Dinda memakai ransel. Mereka sampai di pinggir pantai. Adon terduduk, badan Dinda terbaring gontai. Adon melepas carrier, merasakan denyut nadi di leher Dinda.

ADON
Ding… Plis, bangun Ding.

Adon menatap nanar muka Dinda. Dia menangis sesunggukan.

CUT TO:

65. EXT. PINGGIR HUTAN/PANTAI — LATER

Adon duduk merokok, matanya sembab, mukanya pucat. Tubuh Dinda terbaring di sebelahnya. Adon menatap cakrawala laut, nanar. Satu perahu nelayan tampak di kejauhan. Dia menghirup rokok dalam-dalam, menghembuskan asapnya perlahan, melamun, emosional. Dia menoleh menatap tubuh Dinda yang bergeming, kembali menatap cakrawala.

DINDA (O.S.)
Dong, bagi rokok dong.

Adon kaget, menoleh cepat ke Dinda yang terduduk. Dinda senyum kecil. Adon beranjak memeluknya erat, menangis di bahu Dinda, tampak luka gigitan ular terbalut rapi. Dinda menepuk-nepuk bahu Adon. Mereka berpelukan erat, memejamkan mata lega.

DISSOLVE TO:

66. INT/EXT. MOBIL/JALAN RAYA — DAY

Adon menyetir, melirik ke Dinda. Dinda melamun menatap pepohonan yang berlalu di sekeliling mereka. Dinda menghela napas.

ADON
Kenapa Ding?
DINDA
Untung cuma darah rendah Dong. Untung bisanya gak mematikan, cuma gatel.

Dinda memegang bahunya, menggaruk. Adon mengangguk, menatap jalan di depan.

ADON
Untung ada klinik deket situ. Walo kalo bisa uler itu mematikan, gak mungkin ada anti venom juga sih Ding di sana. Lo gak akan mungkin tertolong.

Dinda menatap Adon penuh arti.

DINDA
Makasih ya Dong.

Dinda tersenyum menatap Adon. Adon menoleh menatap Dinda, senyum kecil.

ADON
Apa yang lo rasain Ding?
DINDA
Lega Dong. Lega karna gue brasil nganterin Ditya ke tempat yang dia mau, ngelepas dia.

Mata Dinda berkaca-kaca, terdiam. Adon meliriknya.

DINDA (CONT’D)
(menyengir)
Plus, melakukan reboisasi.

Adon tertawa lepas, terbahak-bahak, bahagia sekali. Dinda tersenyum lebar memperhatikan Adon.

ADON
Anjrit! Dah lama banget gue ga denger kata reboisasi!
DINDA
(ketawa)
Makanya kaaan…

Mereka terdiam. Adon melirik Dinda, menelaahnya melalui sudut matanya. Dinda melihat keluar jendela samping.

ADON
Do you think you can go on?

Dinda menggeleng, air matanya jatuh satu.

DINDA
Mungkin gue gak bisa, tapi idup terus berjalan kan? Mao gak mao gue mesti usaha idup sebaik-baiknya.

Dinda mengusap air matanya, menoleh ke Adon.

DINDA (CONT'D)
Gue belom sempet nanya. Lo gimana? Reka ulang maren, nurut lo, lo udah bisa ga sedih lagi?

Adon menggeleng.

DINDA (CONT'D)
Lo masih nyalahin diri lo?

Adon mengangkat bahunya, menghela napas, menoleh ke Dinda.

ADON
Tapi gue seneng, kemaren gue ga sendirian. Walo gue masih dengan kesedihan yang sama.
(beat)
Njrit, apalagi pas gue kira lo mati tadi Ding! Gue ngerasa dada gue mo pecah.

Dinda menatap Adon. Mereka bertatapan sesaat, kembali menatap jalan di depan.

DINDA
Ke mana kita, Dong?
ADON
Tergantung lo, Ding.
(beat)
Eh, gue seneng loh, barusan lo bilang ‘kita’. Brati lo include gue di rencana lo.

Dinda tersenyum kecil.

ADON (CONT’D)
Mungkin hal kecil bagi lo, tapi gue lega gue nyium lo kemaren.

Mereka bertatapan penuh arti. Adon melihat ke jalan di depan.

DINDA
Bukan hal kecil, Dong. Gue juga lega.

Adon menoleh menatap Dinda. Mereka bertatapan sesaat. Mereka memandang jalan di depan, senyum. Intro sebuah lagu pop ballad populer mengalun di b.g.

MUSIK: Hero oleh Mariah Carey.

Dinda mengeraskan volume radio.

DINDA (CONT'D)
Wah pas banget lagunya, Dong. He-ro.

Adon melirik Dinda senyum miris.

ADON
Hiro, Ding!
DINDA
(bersenandung)
Hero memberi lebih kenyamanan berbelanjaaa… Hero Hero…
ADON
(terbahak)
Ga gitu, Ding!

Adon dan Dinda tergelak. Mobil mereka melaju di jalanan. Matahari sore bersinar, menembus pepohonan dan rumah-rumah yang berlalu.

DISSOLVE TO:

67. INT/EXT. TERAS BALI AIRPORT — DAY

DUA HARI KEMUDIAN

Adon dan Dinda duduk di bangku panjang. Carrier di dekat kaki Adon, ransel di sebelahnya. Mereka memandang pintu masuk keberangkatan domestik. Orang-orang melalui pengecekan oleh PETUGAS 1 (27) dan PETUGAS 2 (39). Suasana ramai. Dinda menggoyang-goyangkan sebelah kakinya cepat. Adon memperhatikan, dia menaruh telapaknya di lutut Dinda. Kaki Dinda berhenti bergoyang-goyang. Mereka bertatapan, senyum.

DINDA
Kek di film rom-kom ya, Dong? Di erport, akhir yang klise.
ADON
(menyengir)
Lebi ke foto, Ding. Klise.

Mereka tertawa.

DINDA
Kok lo jadi lucu sik?
ADON
Blajar ma lo!
(beat)
Be te we, jangan akhir dong, awal! 
DINDA
(menyengir)
Awal bukannya bulan yak?
ADON
(terkekeh)
Syawal, Ding.

Mereka terdiam.

DINDA
Eh, awal gimana sik maksud lo, Dong?
ADON
Ye awal dari perjalanan kita masing-masing, Ding.

Dinda mengangguk, menghela napas. Melihat sekeliling. Keramaian orang-orang datang dan pergi di sekitar mereka.

DINDA
Kek de ja vu ya, Dong.
ADON
(menyengir)
Udah tiga kali kayak gini. Bukan de ja vu lagi, Ding.
DINDA
(menyengir)
De ja rum ya Dong. Super.

Mereka tertawa-tawa sesaat, terdiam. Mereka bertatapan dalam. Adon menepuk bahu Dinda.

ADON
You’ll be OK, Ding.

Dinda mengangguk, senyum kecil menatap Adon.

DINDA
Lo jugak.

Adon berdiri, melebarkan kedua lengannya.

ADON
Gue cabut ya.

Dinda berdiri, memeluk Adon. Mereka berpelukan erat. Adon mencium kepala Dinda, menghirup rambutnya. Mata mereka berkaca-kaca. Mereka melepaskan diri.

Adon memakai carriernya di punggung, memakai ranselnya di dada, beranjak, berjalan ke arah pintu masuk. Dinda menatap punggung Adon. Adon berbalik, melambaikan tangan. Dinda melambaikan tangan, mereka senyum. Adon berjalan ke arah Petugas 1, menunjukkan layar HP, masuk melalui pintu kaca. Dinda memandang hingga Adon menghilang di balik orang-orang. Dia menghela napas.

CUT TO:

68. INT/EXT. MOBIL/JALAN RAYA — DAY

Mobil Dinda melaju di jalan raya. Dinda menyetir tanpa ekspresi. Dia melirik kursi penumpang yang kosong di sebelahnya, menatap jalanan di depan. Dia melirik spion tengah, jok belakang kosong, kecuali selimut dan bantal yang tertumpuk rapi di atas jok. Dia menghela napas panjang. Dia mengernyit, tampak di spion tengah sesuatu tersembul di balik tumpukan selimut. Dinda menoleh ke belakang, melihat ke spion tengah lagi.

CUT TO:

69. INT/EXT. MOBIL/BAHU JALAN — DAY

Dinda menepikan mobil ke bahu jalan, parkir. Dia membuka sabuk pengaman, dengan satu tangan menyingkap selimut, menemukan kotak kayu antik di baliknya. Dia mengambil kotak kayu, membukanya. Di dalamnya terdapat secarik kertas kecil dan sendok antik logam. Dinda mendekatkan sendok ke mukanya, tampak goresan di permukaannya. Dia memungut secarik kertas kecil membaca isinya.

CLOSE UP

Tulisan tangan: ‘Buat bahagia lo yang simpel: makan enak. -A- ‘

Dinda senyum, menatap kertas kecil dan sendok antik, terhenyak di kursinya.

DISSOLVE TO:

70. INT. TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK BALI AIRPORT — DAY

Suasana ramai. Orang-orang lalu-lalang, orang-orang duduk di bangku-bangku panjang saling berhadapan. Orang-orang antri ingin memasuki pesawat. Adon duduk di bangku menghadap jendela kaca besar dengan pemandangan pesawat-pesawat yang parkir, landing dan take-off. Dia menyilangkan lengannya di depan dada, melamun tanpa ekspresi menatap keluar jendela. Seorang PEREMPUAN (24) duduk di belakangnya, berbicara melalui HP.

PEREMPUAN (O.S.)
Iya, Doongg…

Adon terkejut, menoleh ke belakang, Perempuan menatapnya singkat, kembali berbicara di HP. Adon berbalik, menatap pemandangan di luar. Dia meraih kantong celananya, mengeluarkan air pods, secarik kertas kecil jatuh ke lantai. Dia memungut kertas, membuka dan membacanya.

CLOSE UP

Tulisan tangan: ‘Reboisasi’

Adon tergelak keras, melihat sekitar. Beberapa orang menatapnya, mengernyit. Muka Adon memerah, dia senyum lebar, menggeleng-geleng, menatap secarik kertas, terhenyak di kursinya.

Di luar jendela kaca sebuah pesawat take off dari landasan.

 

TAMAT.


FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar