Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
31. INT. WARUNG PINGGIR JALAN DESA — DAY
Hujan masih deras. Dinda dan Adon merokok, dua gelas teh hangat setengah penuh di depan mereka. Mereka memperhatikan hujan, menatap motor yang kehujanan di depan warung. Dinda menggoyang-goyangkan kakinya tidak sadar. Adon memperhatikan, menatap Dinda, menaruh tangannya di lutut Dinda. Kaki Dinda berhenti bergoyang. Dia menatap Adon. Adon mengangguk ke arah motor.
Dinda menatap Adon prihatin.
Mata Adon berkaca-kaca menatap hujan deras di luar, Dinda menatap Adon, matanya juga berkaca-kaca.
Adon mengangguk, menghembuskan asap rokok, menatap hujan yang tak kunjung reda.
CUT TO:
32. EXT. DEPAN RUMAH PAK SLAMET — NIGHT
Hujan gerimis. Adon menghentikan motor, berhenti di depan pagar, di bawah pohon. Dinda dan Adon turun dari motor. Lingkungan rumah yang gelap, tidak ada lampu menyala di dalam dan luar rumah. Dinda menelepon dengan HPnya. Adon melihat sekeliling, menatap Dinda.
Dinda mengangguk ke arah rumah seberang.
Adon membuka jaketnya, memberikan ke Dinda, Dinda menutupi kepalanya dengan jaket.
Adon beranjak menuju rumah tetangga di seberang jalan. Rumah tetangga terang, lampu menyala di dalam dan luar. Dinda menatap punggung Adon.
CUT TO:
33. EXT. DEPAN RUMAH PAK SLAMET — LATER
Hujan turun deras. Dinda berteduh di bawah pohon. Dia menutup kepalanya dengan jaket. Bajunya basah kuyup, Adon berlari ke arah Dinda dari seberang jalan, tiba di dekatnya.
Dinda kecewa, menghela napas panjang, berpikir.
Dinda bergegas menembus hujan, memanjat pagar, mendarat di halaman depan rumah. Adon menggeleng-geleng menatap Dinda, ragu, mengikuti Dinda beranjak ke arah pagar. Dia melihat pagar tak terkunci, membuka pagar, masuk, meninggalkan pagar tak tertutup rapat. Dinda berlari berteduh ke beranda depan rumah. Adon berlari menyusulnya.
CUT TO:
34. INT/EXT. BERANDA DEPAN RUMAH PAK SLAMET — NIGHT
Adon sampai di beranda rumah, menepuk bahu Dinda.
Dinda cuek, memeriksa pintu rumah. Pintu terkunci. Dinda mengintip melalui jendela kaca yang kotor di pintu masuk. Rumah kosong. Dinda bergegas keluar beranda, mengangkat jaket menutup kepalanya, menembus hujan yang masih deras, berlari ke belakang rumah. Adon menatapnya tak percaya. Dia berlari menyusul Dinda, menembus hujan deras.
CUT TO:
35. EXT. KEBUN BELAKANG PAK SLAMET — NIGHT
Adon berteduh di bawah teritisan atap belakang rumah. Mengernyit berusaha melihat Dinda di antara hujan deras, pepohonan kecil dan kegelapan malam. Dinda tampak berjongkok di tengah pepohonan yang tidak tinggi. Adon bergegas, terpeleset-peleset menghampiri Dinda, tiba di dekatnya. Dinda menggali-gali tanah dengan tangannya di sekitar sebuah pohon kecil, air menggenangi kedua tangannya, jaket tergelar di sampingnya. Pohon kecil tergenang air. Adon membantu Dinda.
Mereka berhasil mengangkat pohon dari tanah hingga bonggol akar, menaruhnya di atas jaket. Dinda mengambil bergenggam tanah menutup bonggol akar, Adon membantunya. Mereka membungkus bonggol akar dan tanah dengan jaket, mengikatnya dengan lengan jaket. Sekitar mereka mulai banjir semata kaki. Dinda memeluk pohon kecil, mengangkatnya, beranjak, bergegas menembus hujan. Dia kesusahan, kakinya tergenang air, berusaha lari menuju depan rumah. Adon menyusulnya kesusahan, bergegas ke depan rumah.
CUT TO:
36. INT/EXT. BERANDA DEPAN RUMAH PAK SLAMET — NIGHT
Dinda dan Adon terduduk di balik parapet teras, memandang lemas pohon kecil yang sobek dan rontok daun-daunnya, bersandar di dinding parapet seberang mereka. Mereka kotor dan basah kuyup. Lantai teras penuh tanah dan jejak sepatu mereka. Hujan gerimis. Dinda meneteskan air mata tak bersuara. Adon iba menatapnya, menatap pohon kecil kembali.
Dinda mengangguk.
Dinda dan Adon menatap pohon kecil di depan mereka, satu daunnya jatuh. Jaket kotor membungkus bonggol akarnya. Hujan kembali turun deras. Dinda menatap Adon lelah.
Adon menatap Dinda prihatin, mengangguk, senyum miris.
CUT TO:
37. INT/EXT. BERANDA DEPAN RUMAH PAK SLAMET — LATER
Dinda dan Adon tertidur bersandar di dindingparapet, kepala Dinda menyender di bahu Adon. Hujan telah berhenti, hanya tetesan teritisan atap ke tanah becek tersisa. Dua sinar senter mengarah ke depan rumah, suara-suara langkah kaki terdengar. PERONDA 1 (40) dan PERONDA 2 (45) melihat pintu pagar agak terbuka, memasuki halaman depan. Dinda terbangun, mendengarkan, mengintip dari balik parapet. Dia melihat Peronda 1 dan Peronda 2 kesusahan berjalan di tanah becek. Dinda meremas lengan Adon, Adon tersentak bangun. Dinda menatap Adon tegang, menempelkan telunjuk di bibirnya. Dinda berbisik.
Dinda mengintip dari balik parapet. Sinar senter bergoyang-goyang di dinding rumah. Peronda 1 dan Peronda 2 berdiri di halaman depan, mengarahkan senter ke sekeliling lingkungan rumah. Mereka berjalan terpeleset-peleset menuju beranda depan rumah. Peronda 1 terpeleset, terjatuh. Dinda menepuk lengan Adon.
Dinda mengendap cepat mengambil pohon kecil, memeluknya di bonggol, keluar dari beranda, merunduk. Adon menyusul Dinda merunduk, mereka tetap di dalam bayangan dinding rumah. Mereka bersembunyi di balik dinding parapet, bagian luar beranda. Peronda 1 berdiri dibantu Peronda 2, Peronda 2 tertawa-tawa, Peronda 1 cemberut. Mereka berjalan pelan ke arah beranda depan, mengarahkan senter ke depan rumah. Mereka tiba di beranda, mengarahkan senter ke lantai yang kotor, penuh tanah dan 2 jejak sepatu, satu ukuran besar, satu lebih kecil. Jejak sepatu mengarah ke banyak arah. Peronda 1 dan Peronda 2 bertatapan. Mereka memunggungi bukaan parapet di teras. Dinda dan Adon mengendap-endap melintasi bukaan di belakang mereka, menyelinap ke arah pagar. Peronda 1 dan Peronda 2 mengarahkan senter ke dalam rumah. Cahaya tembus melalui kaca di pintu depan. Rumah tampak kosong. Peronda 2 menggoyang-goyangkan gagang pintu. Pintu terkunci.
CUT TO:
38. EXT. DEPAN RUMAH PAK SLAMET — NIGHT
Adon dan Dinda sampai di pagar, bergegas keluar pagar. Ujung kemeja Dinda yang kebesaran tersangkut. Dinda menunduk, kesusahan membebaskan diri. Adon menoleh ke belakang, mengambil pohon kecil dari pelukan Dinda, bergegas ke arah motor. Dinda menunduk, melepaskan ujung kemejanya yang tersangkut. Sinar senter mengarah ke badannya. Dinda menengadah. Peronda 1 dan Peronda 2 menatap Dinda dari beranda rumah, beranjak menuju Dinda. Dinda berlari ke arah motor.
Peronda 1 dan Peronda 2 berlari terpeleset-peleset ke arah pagar. Sinar senter bergoyang-goyang. Adon menyalakan mesin motor, Dinda duduk di jok belakang. Adon segera melajukan motor, tidak menyalakan lampu. Motor melaju kencang. Peronda 1 dan Peronda 2 berlari mengejar mereka.
CUT TO:
39. EXT. JALAN DESA — NIGHT
Dinda dan Adon di atas motor yang melaju kencang. Dinda melihat ke belakang. Peronda 1 dan Peronda 2 tampak menjauh, membungkuk kelelahan di pinggir jalan desa. Dinda menatap ke depan, memeluk pinggang Adon. Motor mereka melaju kencang tanpa lampu, meninggalkan kedua Peronda dan desa.
DISSOLVE TO:
40. INT/EXT. MOBIL/JALAN RAYA — DAY
Pohon kecil di jok belakang mobil tampak layu, sebagian besar daunnya hilang. Bonggol akar kini terbungkus plastik hitam. Dinda menoleh ke belakang, menatap pohon cemas, memandang kotak makan di sebelah pohon. Adon menyetir. Mata Dinda berkaca-kaca. Adon melirik pohon dari spion tengah, melirik Dinda. Mereka telah bersih dan berganti baju. Dinda murung, berbalik menatap ke depan.
Dinda melirik Adon jengkel.
Adon memandang ke jalan, berpikir. Mereka terdiam beberapa saat.
Dinda mendengus.
Adon melirik Dinda, mengernyit.
Dinda mengeluarkan 2 lembar pamflet Carpooling dari tote bagnya. Dia menunjuk tulisan tangan di pojok kanan bawah: ‘beer garden’ dan ‘Cangkoel Koffie’. Adon melirik terperanjat.
Adon mengangkat kedua alisnya sesaat, menatap Dinda, ekspresinya berubah nanar. Dia terhenyak ke belakang, menatap jalan, berpikir.
Dinda menatap Adon penasaran.
Dinda mengernyit sesaat, menatap Adon curiga.
DISSOLVE TO:
41. INT/EXT. WARUNG PECEL PINGGIR JALAN — DAY
Adon dan Dinda duduk di kursi-kursi plastik depan warung di atas trotoar pojokan jalan. Di depan mereka dua piring kotor, dua gelas es teh, HP, dua bungkus rokok dan asbak. Suasana warung ramai orang makan, memesan. IBU PENJUAL (48) sibuk melayani pembeli. Adon dan Dinda merokok.
Adon menghela napas, mengambil HPnya, memoto Dinda tanpa aba-aba. Dinda berpose, senyum, mengacungkan dua jari. Adon menaruh HPnya telungkup.
Adon cuek, merokok, meminum es tehnya. Dinda menatap Adon penasaran.
Adon menggeleng, menghembuskan asap rokok.
Dinda menatap Adon bertanya-tanya.
Adon mematikan rokoknya di asbak, termenung mengaduk-aduk es tehnya. Dinda menatap Adon.
Dinda dan Adon bertatapan, mereka tersenyum kecil.
CUT TO:
42. INT/EXT. MOBIL/PINGGIR JALAN — DAY
Dinda dan Adon menghampiri mobil mereka. Dinda ke sisi supir, Adon ke sisi penumpang. Mereka membuka pintu bersamaan, masuk, duduk, menutup pintu. Dinda menoleh ke belakang, menatap sedih pohon kecil yang tampak mati, menatap kotak makan, matanya berkaca-kaca. Adon memperhatikan. Dinda memajukan jok, bersiap menyetir, menoleh ke Adon.
Adon menyilangkan tangan di depan dada, menyandar ke posisi nyaman, siap tidur.
Dinda senyum kecil ke Adon, menyalakan mobil. Mobil melaju meninggalkan pinggir jalan.