Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
48 . INT. RUMAH ANETA - RUANG KELUARGA - PAGI HARI
ANETA
Tidak... tidak... tidaakk... (menutup telinga)
Sofi menghampirinya.
SOFI
Net, kita semua sayang sama lo. Kita nggak mau kalau lo kayak gini terus. (memeluk)
ANETA
Nggak! Yang kalian ucapkan itu nggak benar. Dimas masih hidup.
Aneta melepaskan pelukan Sofi lalu berlari keluar.
CUT TO:
49 . INT. RUMAH ANETA - DEPAN PINTU MASUK - PAGI HARI
Mimi muncul tiba-tiba dan menghadang Aneta. Aneta pun menghentikan langkahnya.
MIMI
Gue tau mungkin lo nggak percaya, tetapi semua jawabannya bisa lo temukan di atap sekolah lo. Dimas menunggu lo disana.
Aneta berlari sekuat tenaga dengan air mata yang terus ia hapus dari wajahnya.
CUT TO:
50 . EXT. SEKOLAH - ATAP SEKOLAH - PAGI HARI
Dengan tenaga yang tersisa, Aneta paksakan menaiki ratusan anak tangga untuk sampai ke atap sekolah. Setelah sampai dan pintu di buka, ia melihat Dimas tengah berdiri disana.
ANETA
Dimas!
Aneta menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
ANETA (CONT'D)
Semua yang mereka katakan itu nggak benar kan?
Dimas menatap sendu ke arahnya.
DIMAS
Maafkan aku Aneta!
Aneta melepaskan pelukannya, manatap mata Dimas dalam-dalam dengan mata berkaca-kaca.
ANETA
Nggak mungkin, aku masih bisa menyentuh kamu, melihat kamu, makan dan pergi bersama kamu. Apa itu cuma halusinasi?
DIMAS
Aku memang ada bersama mu, di hadapan kamu, tetapi aku tidak melakukan apa yang kamu lihat. Kamu melihat, hanya yang ingin kau lihat. Kamu juga tidak peduli dan tidak menyadari, saat kamu bersama aku, orang-orang di sekitar kita melihat dengan wajah aneh dan bingung, karena yang mereka lihat cuma kamu seorang diri.
ANETA
Lalu apa yang akan terjadi setelah ini?
DIMAS
Aku masih berada di dunia ini karena janji yang kita buat sebelum aku meninggal. Jadi aku belum bisa pergi sebelum bisa memenuhi semua janji itu.
ANETA
Tapi kita sudah lakukan semua yang ada di janji itu. Jadi sekarang kamu akan pergi?
Dimas tersenyum sambil menganggukan kepala.
ANETA (CONT'D)
Kenapa kamu memenuhi janji itu? Kamu benar-benar ingin pergi ninggalin aku lagi?
Aneta kesal sambil memukul-mukul Dimas.
Dengan sabar, Dimas menahan ke dua tangan Aneta, lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Sentuhan bibir Dimas pun masih terasa sangat nyata, walaupun Aneta sudah mengetahui mereka hidup di alam yang berbeda.
DIMAS
Ini yang terbaik buat kamu. Agar kamu bisa melanjutkan hidup. (berkaca-kaca)
ANETA
Gimana aku bisa hidup kalau nggak ada kamu Dimas? Aku nggak bisa hidup tanpa kamu. (rengeknya sedikit berteriak)
DIMAS
Kamu pasti bisa. Walau aku tak disisi mu lagi. Aku akan ada selalu di hatimu. Kamu pun juga akan selalu ada di hatiku.
ANETA
Aku mohon, jangan tinggalkan aku!
DIMAS
Maafkan aku Aneta! Aku harus pergi.
Dimas perlahan berjalan mundur menjauh.
ANETA
Aku mohon! Aku mohon!
Aneta terisak-isak sambil berlutut memohon agar Dimas tidak meninggalkannya.
Dimas hanya tersenyum memandanginya dengan wajah tegar.
ANETA (CONT'D)
JANGAN TINGGALKAN AKUU...!!!
Aneta berteriak dengan tangisan yang semakin pecah.
SOFI
Aneta!
Sofi membuka pintu atap sekolah. Ia pun membelalakan mata saat melihat Dimas dari kejauhan.
DIMAS
Gue titip Aneta ya Fi! Jagain dia!
Mata Sofi berkaca-kaca, ia tersenyum sambil menganggukan kepala.
Tubuh Dimas semakin lama semakin memudar.
ANETA
Dimas!
Aneta terkejut saat melihat tubuh Dimas semakin tidak terlihat. ia bangun dari berlututnya, lalu berlari menghampiri Dimas.
Sofi yang melihat hal itu tidak tinggal diam, ia segera mengejar Aneta.
ANETA (CONT'D)
Jangan tinggalkan aku! Aku mohon! (berlari ke arah Dimas)
DIMAS
I love you Aneta. Selamat tinggal!
Tubuh Dimas menghilang.
ANETA
Tidak... tidak... tidak...
Aneta panik melihat Dimas sudah tidak ada di hadapannya.
ANETA (CONT'D)
Dimas... Dimas...
Aneta memegang kepala dan melihat sekitarnya.
ANETA (CONT'D)
DIMASSS...!!!
Aneta berteriak sambil kembali berlutut karena kakinya yang terasa lemas.
SOFI
Aneta!
Sofi ikut berlutut lalu memeluk Aneta dengan erat.
ANETA
Lo liat kan Fi? Gue nggak gila. Dia ada dan selama ini gue bisa lihat dia.
Aneta menangis dalam dekapan Sofi.
Sofi hanya menganggukan kepala sambil ikut menangis karena sangat terharu melihat kejadian yang baru saja ia saksikan.
CUT TO:
51 . INT. RUMAH ANETA - KAMAR ANETA - SIANG HARI
Aneta duduk di tengah kasur seorang diri. Ia kembali mengurung diri dan terdiam dalam lamunannya.
Dengan sedikit ragu, Mimi menghampirinya, lalu duduk di sisinya.
Aneta tersentak, terkejut karena mengingat sesuatu. Dengan cepat ia mengambil handphone di sampingnya, membuka album foto, lalu melihat foto-foto dirinya bersama Dimas saat berada di Korea. Ia menjadi lemas saat melihat semua foto tersebut isinya hanya foto dirinya seorang diri. Ia menjadi teringat kata-kata Dimas.
DIMAS (O.S)
Kamu melihat, hanya yang ingin kau lihat.
ANETA
Lo udah tau kan yang sebenarnya terjadi? (melirik ke arah Mimi)
Mimi hanya menganggukan kepala.
ANETA (CONT'D)
Kenapa lo nggak ngasih tau gue? Biar gue nggak ngejalanin semua janji itu. Kalau gue tau, pasti dia masih ada sampai sekarang. (sedikit membentak)
MIMI
Gue udah berusaha memberi tau lo Net. Lo inget saat gue bilang Dimas buat gue aja?
Aneta hanya terdiam sambil terus memandanginya dan ingin tau kelanjutannya.
MIMI (CONT'D)
Gue sengaja mengatakan itu sebagi tanda-tanda, biar lo sadar. Tapi lo nggak menyadari itu.
ANETA
Kenapa lo nggak ngomong langsung? Apa susahnya tinggal bilang.
MIMI
Dimas yang meminta gue Net. Dia meminta gue untuk tutup mulut. Semua yang akan membocorkan hal itu, ia akan segera menutupinya.
ANETA
Maksud lo? (bingung)
MIMI
Lo inget saat Sofi cerita tentang kematian Naomi?
Aneta menganggukan kepala.
MIMI
Sofi tidak melanjukan ucapannya karena Dimas menahannya. Lo inget saat sebuah cahaya yang menolong lo dari Naomi? Itu juga perbuatan Dimas.
CUT TO FLASH BACK:
52 . INT. RUMAH ANETA - DEPAN KAMAR ANETA - SORE HARI
Dimas menarik Naomi keluar dari kamar Aneta.
Mimi melihat kejadian itu dari jauh dengan sembunyi-sembunyi.
NAOMI
Lepasin aku!
Naomi menepis tangan Dimas.
DIMAS
Maksud kamu apa melakukan hal itu?
NAOMI
Biar dia jera dan nggak ngedeketin kamu lagi. Supaya kamu nggak bisa memenuhi janji-janji kamu. Jadi kamu akan selalu ada di sini. (membentak)
DIMAS
Cukup Naomi! Kalau mau kamu seperti ini, aku tidak bisa tinggal diam.
Dimas menarik Naomi kemudian menghilang.
FLASH BACK CUT TO:
MIMI
Setelah itu gue nggak tau lagi apa yang Dimas lakukan kepada Naomi. Lagi pula, ini yang terbaik untuk kalian berdua, agar lo bisa melanjutkan hidup dan Dimas bisa pergi ke alamnya dengan tenang.
Aneta terdiam sambil meringkuk di atas kasur.
SFX: Suara pintu kamar Aneta diketuk.
SOFI
Net, boleh gue masuk?
ANETA
Masuk aja Fi! Nggak dikunci.
Pintu dibuka perlahan, Sofi melangkah menghampiri Aneta sambil memegang sebuah kotak ditangannya.
SOFI
Net, gue mau kasih tau sesuatu sama lo tentang Dimas.
Aneta tidak merespon, ia terus meringkuk dengan kepala bersandar di lututnya.
SOFI (CONT'D)
Dimas nggak berani menceritakan hal ini sama lo. (PAUSE) Sebenernya sebelum Dimas meninggal, dia juga sedang sekarat.
Aneta mengangkat kepalanya, lalu menatap Sofi dengan ekspresi bertanya-tanya.
ANETA
Maksud lo?
SOFI
Dimas mengidap kanker otak Net.
Aneta tersentak terkejut, hingga membuatnya terdiam.
SOFI (CONT'D)
Dia nggak berani cerita sama lo karena dia takut membuat lo sedih.
Aneta kembali menyandarkan kepalanya ke atas lutut.
ANETA
Udah nggak ada artinya Fi, Dimas udah nggak ada.
SOFI
Iya gue tau itu, tapi gue ke sini karena Dimas menitipkan ini buat lo. Dia meminta gue untuk memberikan ini ke lo saat dia sudah tiada. (menyodorkan kotak yang ada di tangannya) Gue sudah mencoba untuk memberikan benda ini lebih awal, tapi yang gue lihat, lo masih menganggap Dimas masih ada. Jadi gue pikir belum saatnya gue berikan benda ini.
Perlahan Aneta mengambil kotak itu. Membolak-balikannya dan memperhatikannya dengan teliti. Ia mencoba dan berusaha untuk membukanya, tetapi kotak itu terkunci.
Aneta melihat sebuah lubang kunci kecil di tengah kotak itu. Ia terdiam sejenak, dengan cepat ia menarik kalung kunci yang ia kenakan. Perlahan ia masukan kunci itu ke dalam lubang, lalu memutarnya.
SFX: Suara kunci terbuka.
Kotak tersebut terbuka, dengan perlahan Aneta membuka kotak itu. Ia melihat sebuah Flashdisk di dalamnya.
SOFI (CONT'D)
Sepertinya Dimas ingin lo melihat sesuatu. Jadi gue tinggal dulu ya Net.
Sofi lalu melangkah pergi, diikuti Mimi di belakangnya.
Aneta melangkah menuju TV yang terletak di depan tempat tidurnya. Dengan gugup ia memasukan flashdisk itu, lalu memutar file di dalamnya. Ia duduk di sudut kasur sambil menonton isi File itu. Terlihat Dimas sedang duduk disebuah sofa sambil menatap lurus ke depan.
DIMAS
Hai Aneta! Saat kamu liat video ini, aku yakin, aku udah nggak ada.
Aneta tak kuasa melihat Dimas di dalam layar TVnya. Air matanya pun mulai mengalir.
DIMAS (CONT'D)
Maaf aku tidak jujur kalau aku sedang sakit. Mungkin Sofi sudah memberitahu kamu tentang penyakit aku. Aku hanya bisa meninggalkan video ini untuk kamu dan sebuah lagu perpisahan yang aku ciptakan hanya untuk kamu seorang, wanita yang paling aku cintai.
Dimas melangkah mengambil sebuah gitar, lalu kembali duduk di atas sofa.
Jika ku pergi nanti.
Ku harap kau tak bersedih.
Ku kan selalu ada disisi.
Walaupun tak sama lagi.
Jika ku pergi nanti.
Ku harap kau tak sendiri.
Cari lah pengganti diri ku.
Yang selalu ada untuk mu.
Reff:
Walau ku tau, bahwa diri mu.
Tak kan pernah melupakan diri ku.
Tapi kau harus, melanjutkan hidup.
Walau bukan dengan diri ku.
Terima kasih sayang.
Atas kesetiaan ini.
Menemani ku tiada henti.
Sampai ku menutup mata.
Back to Reff.
Walau ku tak abadi.
Cinta kita tak kan mati.
Kita pasti bertemu lagi.
Di dunia yang abadi.
Aneta menutup mulutnya, karena tak kuasa menahan tangis melihat video itu.
Dimas menaruh gitarnya dan kembali menatap ke depan.
DIMAS
Kalau kamu kangen sama aku, putar saja video ini! I love you Aneta. I will always love you.
Setelah semua yang terjadi, Aneta memutuskan untuk melanjutkan hidup dengan pindah rumah bersama keluarganya. Ia pun meminta Papanya untuk menghancurkan rumahnya agar rata dengan tanah. Hal itu ia lakukan agar Mimi dapat terlepas dari janjinya sebelum ia meninggal.
Setelah rumah itu dihancurkan, Mimi terlihat di kejauhan tersenyum bahagia sambil melambaikan tangan ke arahnya. Aneta juga ikut tersenyum bahagia melihatnya. Hingga akhirnya tubuh Mimi memudar, lalu menghilang.