Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
23 . INT. RUMAH ANETA - KAMAR ANETA - MALAM HARI
Aneta membuka mata perlahan. Ia melihat Mama dan Papanya berdiri di hadapannya dengan raut wajah khawatir. Dari ke jauhan, di sudut ruangan, terlihat juga Mimi yang sedang memperhatikan mereka.
MAMA
Gimana keadaan kamu sayang?
Mama sambil membelai rambut Aneta.
ANETA
Aku nggak apa-apa Mah.
PAPA
Kamu kenapa bisa pingsan di lantai? (heran)
ANETA
A-aku... (berfikir mencari alasan) Aku kepeleset pah.
PAPA
Lain kali hati-hati ya sayang.
MAMA
Ya sudah, kamu istirahat ya. Jangan terlalu banyak bergerak!
Mama pergi keluar kamar di ikuti Papa di sampingnya.
ANETA
Mi, lo nggak apa-apa?
Aneta khawatir saat Mimi mendekat ke arahnya.
MIMI
Gue nggak apa-apa kok, kan gue udah mati Net. Lo sendiri gimana?
ANETA
Gue juga baik-baik aja.
MIMI
Maafin gue Net! Gue nggak bisa nolongin lo. Hantu itu terlalu kuat
ANETA
Iya nggak apa-apa Mi. Gue yang harusnya berterima kasih. (tersenyum kecil) Kalau bukan karena cahaya itu, mungkin gue udah mati Mi.
MIMI
Cahaya?
ANETA
Iya, detik-detik saat nafas gue hampir habis, tiba-tiba muncul sebuah cahaya. Cahaya itu membuat hantu itu takut dan akhirnya melepaskan gue.
MIMI
Syukurlah kalau begitu. Mungkin itu salah satu malaikat penjaga lo.
ANETA
Malaikat penjaga? (bingung)
MIMI
Iya, seseorang yang sudah tiada yang akan selalu menjaga lo.
Aneta terdiam sembari berfikir.
ANETA
Apa mungkin Kakek Nenek gue?
MIMI
Hm... bisa jadi.
ANETA
Makasih ya Kek! Makasih ya Nek!
Aneta berterima kasih sambil menatap langit-langit kamarnya.
Mimi melihat ke arahnya dengan wajah bingung.
MIMI
Hantu itu ada ngomong sesuatu ke lo?
ANETA
Ada. Dia bilang, gue di suruh jauhin Dimas, atau gue nggak bisa ngeliat Dimas lagi.
MIMI
Hantu itu kenal Dimas? (heran)
ANETA
Kemarin gue juga baru tau, hantu itu mantan pacarnya Dimas. Namanya Naomi
MIMI
Hm... pantesan dia murka banget sama lo. Ya udah, nggak usah di dengerin omongan dia. Dia ngomong begitu pasti karena dia cemburu.
Aneta hanya tersenyum kecil mendengarnya.
CUT TO:
24 . INT. RESTORAN - MALAM HARI
Malam yang sudah di tunggu-tunggu pun tiba. Tanggal 8 agustus, adalah hari jadian Aneta dan Dimas. Aneta masuk ke dalam sebuah restoran dengan membawa kotak yang cukup besar di tangannya. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan rambut terurai dan make up yang membuatnya semakin terlihat cantik. Dimas pun tengah duduk menunggunya di dalam dengan mengenakan kemeja yang rapih.
DIMAS
Malam sayang!
ANETA
Malam juga sayang! Kamu ganteng banget malam ini!
Aneta memuji sambil duduk di samping Dimas.
Dimas tersenyum kecil mendengarnya.
DIMAS
Kamu juga malam ini cantik sekali!
ANETA
Makasih sayang!
Aneta sedikit malu-malu lalu membuka kotak tersebut.
Setelah kotak dibuka, di dalamnya terlihat cake coklat dengan bertuliskan 'Happy Anniversary' di atasnya. Dihiasi juga lilin angka tiga yang menancap di tengahnya.
ANETA
Oke, kita nyalain dulu lilinnya.
Aneta mengeluarkan korek dari dalam tasnya.
Lilin pun dinyalakan, hingga membuat cahaya lilin yang indah itu menerangi malam mereka. Dimas menatap Aneta dengan mata berkaca-kaca, begitupun Aneta yang juga menatapnya dengan tatapan yang sama.
DIMAS
Apa yang akan kamu pinta?
ANETA
Selamanya selalu bersama mu.
Wajah Dimas mendekat ke arah Aneta. Aneta pun hanya terdiam terpaku dengan mata terpejam. Jantungnya berdegup kencang. Dengan perlahan dan lembut, Dimas mencium bibir merah Aneta.
ANETA (CONT'D)
Kamu sendiri, apa yang akan kamu pinta?
DIMAS
Aku hanya ingin bisa selalu menjaga mu.
Aneta tersenyum lebar karena tersentuh dengan ucapan Dimas.
Dengan perlahan wajah mereka mendekat ke arah lilin, lalu dengan serempak meniupnya.
ANETA
Kamu nggak bawa apa-apa buat aku?
DIMAS
Aku ada sesuatu buat kamu, tetapi kamu harus temukan sendiri barang itu.
ANETA
Loh, kok gitu? (kesal)
DIMAS
Karena aku mendapatkan kamu penuh perjuangan, jadi aku ingin memberikan sesuatu yang special juga tidak dengan mudah.
Aneta menarik nafas panjang.
ANETA
Terus dimana benda itu kamu simpan?
Dimas mendekatkan wajahnya.
DIMAS
Tempat pertama kali kita bertemu.
Aneta terdiam sejenak sembari berfikir.
ANETA
Oh... baiklah kalau begitu.
Setelah itu, mereka makan malam berdua dengan di terangi cahaya lilin di atas meja. Hingga membuat makan malam tersebut menjadi sangat romantis.
CUT TO:
25 . EXT. SEKOLAH - ATAP SEKOLAH - PAGI HARI
Aneta melangkahkan kaki menaiki ratusan anak tangga. Ia sedang menuju atap sekolahnya yang ia yakini tempat pertama kali ia bertemu dengan Dimas. Setelah sampai di atap, Aneta melihat sekelilingnya, lalu ia memejamkan mata dan mengingat kejadian itu.
CUT TO FLASH BLACK:
26 . EXT. SEKOLAH - ATAS SEKOLAH - PAGI HARI
Saat itu Aneta duduk di bangku kelas satu, sedangkan Dimas kelas tiga. Saat Aneta sedang merenung seorang diri di atap, memandangi indahnya langit biru yang terasa dekat dengannya, tiba-tiba saja pintu atap terbuka. Sepasang kekasih muncul sambil beradu argumen dan bertengkar hebat.
DIMAS
Aku nggak tahan sama sifat kamu.
NAOMI
Apa? Sifat apa? Kamu mau aku seperti apa lagi? (membentak)
DIMAS
Kamu keras kepala, egois, nggak pengertian dan aku sudah tidak tahan lagi.
NAOMI
Ya udah, kalau nggak tahan kita putus!
Naomi melangkah pergi ke arah pintu keluar.
Sepasang kekasih itu pun tidak menyadari keberadaan Aneta yang dari tadi memperhatikannya. Aneta baru teringat, saat itu lah ia melihat wajah Naomi, karena sebelum Naomi meninggalkan tempat tersebut, ia sempat melirik tajam dan sinis ke arahnya.
Setelah Naomi keluar dari atap, Dimas memalingkan wajah dan langsung terdiam terpaku saat melihat Aneta yang sedang terheran-heran melihat ke arahnya. Dimas pun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Sejak saat itu mereka semakin dekat dan membuat Naomi menjadi geram melihatnya.
FLASH BACK CUT TO:
Aneta tengah sibuk mencari-cari benda yang disembunyikan oleh Dimas. Cukup lama ia mencari tetapi tidak membuahkan hasil.
ANETA
Mana sih? Apa dia ngerjain gue?
Aneta kesal sambil melangkah ke pintu untuk pergi meninggalkan tempat itu.
SFX: Suara benda yang terbentur tiang besi beberapa kali.
Aneta menghentikan langkahnya setelah membuka pintu. Ia membalikan badan dan menengadah sedikit ke atas. Ia melihat sebuah cahaya berkilauan di sudut atap sekolah. Dengan ragu ia menghampiri cahaya itu. Saat di depannya, ia melihat sebuah kalung tergantung di atas sebuah tiang. Kalung itu tertiup angin dan membuatnya terbentur hingga terdengar suara benturannya.
Aneta berusaha untuk menjangkaunya karena kalung tersebut tergantung cukup tinggi. Setelah meraihnya, ia melihat sebuah kalung berbentuk kunci di tangannya. Aneta tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca, lalu ia mengenakan kalung itu melingkar di lehernya.