Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
14. INT/EXT. SELASAR – RS BANDUNG — SIANG
Yudis keluar ruangan dengan sekujur tubuh yang terasa lunglai. Air mata berlinang mengaliri wajah nan lelah. Pelan sekali butirannya menetes di lantai keramik putih. Amarah, sakit hati, dan takut bercampur di roman mukanya.
Yudis terus berjalan dengan kaki yang terasa mengambang. Selasar RS laksana lorong gelap yang berakhir di sebuah dunia penuh air mata kepedihan. Seorang PERAWAT yang berpapasan melirik, tetapi seketika mengalihkan pandangan kembali karena gentar ketika Yudis balas menatap tajam.
Yudis berhenti di depan sebuah ruang rawat inap. Dia menarik napas dalam, lalu mengempaskannya pelan seolah menurunkan beban. Dia menyeka air mata dan membuka pintu.
CUT TO
15. INT. RUANG INAP – RS BANDUNG — SIANG
Ratri berbaring terpejam di ranjang. Ibu Farida berdiri di sebelahnya menatap cemas dan menoleh begitu Yudis masuk.
YUDIS
IBU FARIDA
YUDIS
IBU FARIDA
Ibu Farida menatap Yudis lekat-lekat penuh tanya dan cemas.
IBU FARIDA (CONT’D)
Yudis tak menjawab dan malah menatap Ratri dengan sorot marah karena tertipu. Ibu Farida heran dan makin cemas.
IBU FARIDA (CONT’D)
Dada Ibu Farida turun naik dan mulai napasnya tampak semakin berat. Melihat itu, Yudis segera berusaha menenangkan diri.
YUDIS
IBU FARIDA
Yudis mengangguk pelan dan mencoba tersenyum meski kecewa. Ibu Farida memeluk Yudis yang tersenyum getir sambil membalas erat pelukan ibunya untuk melepaskan segala perih. Teringat sesuatu, Ibu Farida segera menghubungi ibu Ratri.
IBU FARIDA (CONT’D)
Obrolan selanjutnya terdengar sayup-sayup di telinga Yudis yang kalut. Ratri terbangun lalu perlahan bergantian menatap heran Yudis dan Ibu Farida yang baru menutup ponsel.
RATRI
IBU FARIDA
Ibu Farida mengusap dan mengecup kepala Ratri penuh kasih.
RATRI
Wajah Ratri seketika cerah dan tersenyum kepada Yudis yang berdiri di ujung tempat tidur. Yudis balas tersenyum sinis.
IBU FARIDA
YUDIS
Yudis menyembunyikan kegelisahan dengan senyuman. Ratri tersenyum tapi merasa risih dengan tatapan Yudis. Hatinya bertanya-tanya dan mulai memikirkan berbagai kemungkinan.
CUT TO
16. INT/EXT. DALAM MOBIL – JALAN RAYA — SIANG
Lalu lintas cukup ramai. Sepanjang perjalanan, Yudis tampak bingung dan terus berpikir bagaimana harus bersikap. Ratri terlihat masih lemah meski wajahnya lebih segar. Ibu Farida terus mengusap kepala Ratri sambil tersenyum penuh syukur.
IBU FARIDA
YUDIS
Ratri tersenyum ke Ibu Farida. Dia lalu melirik wajah suaminya dari spion. Tampak siratan amarah di mata Yudis.
CUT TO
17. EXT. HALAMAN – RUMAH YUDIS — SIANG
Mercy hitam itu berhenti di depan rumah bergaya klasik. MANG DADANG (50), tukang kebun yang terkadang merangkap sopir, segera membuka pintu pagar. Mercy meluncur masuk pelan dan berhenti di depan garasi. Mang Dadang mendekati mobil dan heran melihat Yudis malah melamun memeluk setir.
MANG DADANG
Mang Dadang berinisiatif membuka pintu belakang mobil dengan santun. Ratri digandeng Ibu Farida keluar mobil.
IBU FARIDA
MANG DADANG
Usai menutup pintu, Mang Dadang menurunkan barang di bagasi dan membawanya masuk mengikuti Langkah Ibu Farida dan Ratri.
Yudis tersadar. Dia turun dari mobil dengan malas dan duduk di teras. Pandangannya kosong ke halaman yang asri dengan kolam ikan dan air mancur. Taman itu laksana neraka di depannya. Mata Yudis begitu lantang meneriakkan kemurkaan. Sesekali dia menggeleng bingung dan mengusap muka lelahnya.
CUT TO
18. INT. RUANG UTAMA – RUMAH YUDIS — MALAM
PARA TAMU mengumandangkan tahmid, tasbih dan takbir. Yudis menunduk menyembunyikan kekecewaan. Air matanya berlinang dan napasnya sesak. Ustaz Syuhada menghampiri dan tersenyum lebar memeluk bahu Yudis sambil sedikit mengguncangnya.
USTAZ SYUHADA
Yudis terpaksa tersenyum dan segera mengusap air mata.
CUT TO
19. INT. TANGGA – RUMAH YUDIS — MALAM
Di tengah tangga, Yudis mengintip ke bawah. Tampak Ratri, Ibu Farida, UMI SITI (50), dan Ustad Syuhada duduk-duduk mengobrol di ruang tengah. Umi Siti memeluk Ratri, yang lain pun tampak bahagia. Yudis teringat satu percakapan.
CUT TO FLASHBACK
20. INT/EXT. MOBIL — SIANG
Jalanan cukup lengang. Yudis menyetir mobil dengan Ratri duduk di jok sebelahnya dan Ibu Farida di kursi belakang.
YUDIS
Ratri tersenyum menatap suaminya.
RATRI
Yudis manggut-manggut sedangkan Ibu Farida tampak ragu.
IBU FARIDA
Ratri kembali tersenyum dan mengangguk hormat.
RATRI
YUDIS
Ratri mengangguk dan segera menenangkan diri.
RATRI
Yudis tersenyum. Tangan kirinya membelai pipi sang istri lembut sambil tetap menyetir. Ibu Farida manggut-manggut.
FLASHBACK CUT TO
21. INT. TANGGA – RUMAH YUDIS — MALAM
Yudis menghela napas dan menaiki anak tangga yang tersisa.
CUT TO
22. INT/EXT. BALKON KAMAR – RUMAH YUDIS — MALAM
Bulan perlahan tertutup awan hitam. Yudis duduk di depan kanvas kosong di sudut balkon yang sudah tertata lengkap aneka keperluan melukis. Tangannya menggantung kaku di depan kanvas memegang kuas yang tercelup warna. Dia hanya menatap kanvas itu dengan pikiran beku. Angin berembus cukup kencang, tapi dia seperti tak merasakan apa-apa.
Tangannya perlahan menggoreskan nama “Dewanti”. Air matanya mengalir deras di pipi, bermuara di bibir. Asin air mata dikecapnya perih. Yudis segera menimpa tulisan di kanvas dengan warna lain. Dia tersedu lalu bersandar terpejam.
Ibu Farida menepuk bahu Yudis hingga kaget dan tersadar.
IBU FARIDA
YUDIS
Ibu Farida menghela napas panjang dan menggeleng-geleng.
IBU FARIDA
IBU FARIDA
YUDIS
CUT TO
23. INT. KAMAR – RUMAH YUDIS — MALAM
Yudis masuk. Tampak Ratri sudah terbaring di ranjang memejamkan mata. Beberapa obat tergeletak di atas nakas sebelah ranjang. Ibu Farida melintas memberi isyarat.
IBU FARIDA
Yudis teringat sesuatu dan segera mencegah Ibu Farida.
YUDIS
Ibu Farida tersenyum dan menepuk lembut lengan atas Yudis.
IBU FARIDA
YUDIS
Ibu Farida mengibaskan telapak tangan sambil tertawa.
IBU FARIDA
Ibu Farida melirik cemas ke Ratri. Yudis hanya mengangguk dan tersenyum melepas ibunya keluar dengan pandangan.
Malam kian larut. Detak jarum jam dinding semakin mengiris hati Yudis yang berbaring di sebelah Ratri. Yudis memandangi wajah cantik Ratri yang tengah tertidur pulas dengan sejuta benci. Yudis sangat resah karena tak sanggup menahan air mata yang keluar di setiap kedipan. Yudis begitu sulit memejamkan mata meski sangat lelah membolak-balik badan. Semakin Yudis memaksa matanya, semakin kuat gelisahnya dibayangi wajah Dewanti yang tertawa mengejek.
CUT TO
24. INT. KAMAR - RUMAH YUDIS — SUBUH
Azan berkumandang. Yudis segera bangun. Dia menoleh sekilas ke Ratri. Rasa benci Kembali menyergap. Yudis meninggalkan ranjang menuju ke kamar mandi yang pintunya dibiarkan terbuka. Tampak Yudis mencuci muka dan gosok gigi. Dia keluar dan mengisi cangkir dengan kopi, meraih rokok, lalu membawa keduanya keluar melintasi sajadah dan sarung yang tergantung rapi di jemuran kecil salah satu sisi kamar.
CUT TO
25. INT/EXT. BALKON KAMAR – RUMAH YUDIS — SUBUH
Yudis duduk menikmati udara sejuk dengan kopi dan berbatang-batang rokok. Ratri yang masih mengenakan mukena, datang memeluk Yudis dari belakang sambil tersenyum manja.
RATRI
Yudis segera melepaskan tangan Ratri. Ratri sangat heran dan duduk di samping Yudis sambil menatapnya lekat.
RATRI (CONT’D)
Ratri mencium embusan asap rokok Yudis yang tetap cuek.
YUDIS
Ratri makin bingung. Dipandanginya wajah Yudis dalam-dalam. Tangannya mencoba menggenggam tangan Yudis. Namun, Yudis menepisnya. Mata Ratri mulai berkaca-kaca tak percaya.
RATRI
YUDIS
RATRI
YUDIS
RATRI
Yudis tersenyum sinis. Emosinya kian meluap-luap.
YUDIS
Ratri seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi. Air matanya seketika mengalir deras. Fajar mulai menyingsing tapi tak terlihat indah di matanya. Pandangannya mengabur.
RATRI
YUDIS
Yudis memandang Ratri penuh amarah. Ratri tak mampu beradu pandang dengan sepasang mata yang berkilat-kilat itu.
RATRI
YUDIS
Ratri memandang Yudis tak percaya. Dadanya turun naik.
RATRI
menunduk tak mampu membendung tangisnya.
YUDIS
Tangan Yudis mencengkeram cangkir kopi hingga pecah. Serpihannya menancap di telapak tangan. Darah mengucur membasahi celana. Raut muka Yudis datar seolah tak merasa sakit. Ratri terkejut dan berusaha meraih tangan itu, tapi Yudis menghindar dan masuk kamar tanpa memerdulikan Ratri.
CUT TO
26. INT/EXT. BALKON KAMAR – RUMAH YUDIS — PAGI
Yudis kembali ke balkon dengan tangan yang telah terbalut perban dan celana yang diganti. Matahari sudah mulai bersinar. Hangat cahayanya malah membuat hatinya bertambah terbakar melihat Ratri tergugu-gugu dan pecah tangisnya.
YUDIS
Yudis menatap Ratri tajam, mendekat dan menunjuknya.
YUDIS (CONT’D)
Ratri tersentak dan berusaha menenangkan diri.
RATRI
YUDIS
Ratri tak menjawab. Dia hanya menatap Yudis dengan sangat sayu lalu melangkah lunglai masuk kamar. Yudis mengepalkan tangan kanannya dengan geram.
CUT TO
27. INT. KAMAR MANDI - KAMAR – RUMAH YUDIS — PAGI
Di bawah guyuran air, Ratri menumpahkan semua luka dan air mata. Dia meremas perutnya sambil menangis dan menjerit tanpa suara. Wajahnya menengadah dengan mata terpejam tersiram air. Dia memukul-mukul lesu dinding di dekatnya sambil terus menangis hingga kakinya lemas terduduk.
CUT TO