Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. Int. Ruang Isolasi-Lorong-Sore
April 2012
Lorong yang gelap dan pengap. Disinari lampu temaram. Kiri kanan lorong terdapat sel isolasi, persis seperti penjara zaman dulu.
Beberapa pasien terlihat melongok dari selnya melihat pasien baru yang akan diisolasi. Sebagian tertawa. Sebagian bertepuk tangan. Sebagian diam saja.
Kedua tangan Guzel disilang dan digenggam ke belakang oleh seorang security. Dokter Chris dan Suster Gebby (25 tahun) mengiringinya dari belakang.
Suster Gebby membukakan pintu sel paling ujung, security membawa Guzel ke dalamnya. Guzel duduk di sudut ruangan yang sempit. Di dinding sebelah kiri terdapat sebuah jendela kecil yang juga dilapisi jeruji. Matahari sore membias melalui jendela tersebut.
Di sel seberang, terlihat seorang wanita berbadan besar menatap Guzel dengan mata yang tajam. Namanya Bella (38 tahun).
DISSOLVE TO:
2. Int. Ruang Isolasi-Kamar-Malam
Terdengar hiruk pikuk suara pasien di setiap sel. Ada yang tertawa. Ada yang marah-marah. Ada yang menangis. Semuanya berinteraksi dengan dunia mereka sendiri. Suara mereka menyatu dengan desiran suara ombak yang memang berada tidak jauh dari seberang kamar Guzel.
Tiba-tiba terdengar suara dari sel seberang:
BELLA
(berteriak)
Woi cewek gila!
Seketika seluruh pasien berhenti berbicara. Hening. Lalu mereka tertawa. Suaranya memekakkan telinga Guzel.
Guzel mendekatkan kepalnya ke arah pintu sel.
GUZEL
Lo yang gila! Kalian semua yang gila!
BELLA
Kau macam-macam denganku!?
GUZEL
(menantang)
Lo pikir gue takut? Sini kalau berani!
Bella tertawa. Seluruh pasien ikutan tertawa.
BELLA
Kau memang benar-benar sudah gila!
Mana bisa aku ke sana! Kan dikunci!
Seluruh pasien kembali tertawa.
Guzel kesal dibuatnya. Seiring dengan itu, ia pun tertawa menyadari apa yang dikatakan Bella memang benar adanya.
BELLA
Nama kau siapa?
GUZEL
Guzel, lo?
BELLA
Bella.
GUZEL
(dengan nada remeh)
Bella?
Guzel tertawa. Mengingat ‘Bella’ ialah nama yang hampir ia miliki. Dengan arti yang sama: cantik. Namun, Bella di hadapannya itu tidak terlihat cantik sama sekali, itu sebabnya ia tertawa.
GUZEL (CONT’D)
Lo kenapa bisa di sini?
BELLA
Karena aku gila!
Dia pun tertawa. Tawanya menggema. Kali ini, pasien lain tidak ikut tertawa. Mereka mulai sibuk dengan dunia mereka kembali.
Guzel mengernyitkan dahi.
GUZEL
Udah berapa lama lo di sini?
BELLA
Udah lama banget!
Tiba-tiba terdengar suara pintu ruang isolasi dibuka. Suster Gebby datang dari arah yang berlawanan.
BELLA
Eh, pura-pura tidur!
Guzel mengikuti ajakan Bella. Terlihat Suster Gebby berjalan ke arah kamar Guzel, lalu membuka pintunya. Ia tersenyum sambil berkata:
SUSTER GEBBY
Wah, sudah dapat teman aja nih.
Guzel membuka matanya. Lalu duduk.
GUZEL
Iya Sus. Lucu orangnya. Masa dia ngaku kalau dia gila. Bodoh banget ya. Di mana-mana itu, orang kalau dikatain gila kan marah. Nah, dia malah ngaku. Artinya sudah lebih parah dong dari orang gila.
Guzel menatapi makanan yang dibawakan Suster Gebby. Mukanya menatap jijik.
GUZEL (CONT’D)
Bubur lagI, Sus?
SUSTER GEBBY
(ramah)
Tenang, setelah kamu keluar dari sini, nanti kamu bisa makan enak lagi.
Suster Gebby beranjak, lalu keluar dari kamar Guzel, mengunci pintu, lalu memberikan makan malam ke setiap pasien.
DISSOLVE TO:
3. Ext./Int. Ruang Isolasi-Pantai-Siang
Sakti melabuhkan perahunya di bibir pantai. Ia berlari menuju jendela kamar Guzel.
SAKTI
Hei!!
Guzel terlihat senang. Ia melompat dari duduknya mendekat ke arah Sakti.
GUZEL
Sakti!!!
(hening)
Kenapa nggak masuk aja?
SAKTI
Untuk sementara, saya temani kamu di sini saja
GUZEL
Kenapa?
SAKTI
Ya... gitu prosedurnya.
Guzel mengangguk-angguk paham. Wajahnya murung, namun seketika ia kembali bersemangat.
GUZEL
Oh ya, masa ada orang yang ngaku gila di sini
Yang dibicarakan pun mendengar. Ia langsung berreaksi
BELLA
Kau membicarakanku?
Guzel terkekeh-kekeh. Sakti tersenyum.
BELLA (CONT’D)
Semua orang di sini tuh gila! Termasuk kau!
(hening)
Siapa laki-laki yang sedang berbicara dengan kau itu? Pacar kau?
Guzel merasa malu, ia menyembunyikan mukanya.
BELLA (CONT’D)
Woi! Kau pacarnya si Guzel? Hati-hati pacaran dengan orang gila.
Nggak ada masa depannya. Kecuali kau memang serius, buatlah dia bahagia.
Tapi sebelumnya kau harus berhasil membuatnya waras..
Bella tertawa puas.
GUZEL
Diamlah kau! Aku sedang berbicara dengannya. Jangan mengganggu!
Sakti tersenyum. Ia menyadari perbedaan di dalam diri Guzel mungkin karena dia sudah menemukan seorang teman. Ditambah lagi cara berbicaranya yang hampir menyerupai Bella.
BELLA
Lagak kau itu! Seperti orang waras saja!
GUZEL
Kau iri? Ingin berpacaran juga? Pacari saja laki-laki raksasa di sebelah kau itu!
Bella tidak menggubris. Ia lalu menarik tubuhnya menjauh ke ujung ruangannya. Guzel mengalihkan perhatiannya kepada Sakti.
GUZEL
Dia memang iri, Sakti. Buktinya saja, langsung menghilang setelah aku ejek.
SAKTI
Iya... bagaimana keadaan kamu?
Guzel menggeleng, lalu memasang muka jijik.
GUZEL
Di sini bau!
SAKTI
Ya sudah, tahan dulu saja. Saya mau menemui dokter Chris dulu.
Nanti kalau diizinkan, saya masuk bersama dokter Chris atau suster Gebby.
Jaga diri kamu!
Sakti membelai rambut Guzel. Ia berlalu meninggalkan Guzel.
Guzel merasa kesepian. Dia melongok ke arah sel Bella.
GUZEL
Hei Bella! Kenapa kau tiba-tiba menghilang?
BELLA
Diam kau!!!
CUT TO:
4. Int. Ruang Isolasi-Kamar Guzel-Siang-Tiga Minggu Kemudian
Atas saran dari dokter Chris, Sakti membawakan Guzel sebuah pensil dan buku untuk ia menggambar. Kecintaannya ke fashion, tanpa disadari membuatnya berbakat untuk mendesain busana. Semenjak itu, Guzel mengisi hari-harinya dengan mendesain busana-busana. Hasilnya memuaskan. Bahkan, Bella sering memujinya.
Terlihat perkembangan yang pesat atas kejiwaan Guzel. Ditambah lagi karena sekarang dia sudah menemukan seorang sahabat untuk bercerita dan berbagi pengalaman, yaitu Bella. Walau terpisah oleh ruangan, Guzel dan Bella berkomunikasi layaknya orang normal, hanya saja bentuk sosialisasinya jauh berbeda dengan kehidupan Guzel yang dahulu. Dengan Bella, dia blak-blakan soal berbagai hal. Sering berteriak. Sering tertawa. Tidak mengenal gengsi. Tidak hanya dengan Bella, dengan pasien lain, Guzel juga sering berinteraksi. Tertawa. Menertawakan. Ditertawakan. Semuanya sudah menjadi hal biasa bagi Guzel.
Terdengar suara pintu ruang isolasi dibuka. Dokter Chris bersama Sakti datang dengan senyuman menuju sel Guzel. Bella melongo dari dalam selnya.
BELLA
(berbisik)
Pacar-pacar kau!
Guzel tidak sabar menunggu kehadiran dua orang yang dimaksud Bella.
Dokter Chris membuka sel Guzel.
DOKTER CHRIS
Gimana kabarnya?
GUZEL
Baik, Dok
Dokter Chris melirik ke arah buku gambar yang terletak di lantai. Diraihnya. Dilihatnya helai demi helai. Dia tersenyum.
DOKTER CHRIS
(menghela napas)
Sepertinya... tidak perlu berlama-lama lagi, ya, Sakti.
Dokter Chris melirik Sakti yang berdiri membelakangi jendela. Sakti tersenyum. Guzel penasaran. Dokter Chris melirik Guzel.
DOKTER CHRIS
Gimana? Sudah siap?
Guzel bingung. Ia melirik Sakti. Sakti mengangkat bahu. Bella menguping dari selnya.
DOKTER CHRIS (CONT’D)
Melihat perkembangan kamu, sepertinya kamu tidak perlu
berlama-lama lagi untuk berada di sini.
Guzel kaget. Namun, di saat bersamaan dia merasakan beban di dadanya. Yaitu perihal Bella. Ia tediam sesaat, lalu berkata:
GUZEL
Tapi, saya boleh minta satu hal, Dok?
DOKTER CHRIS
Apa?
BELLA
(menyambar)
Tidak usah! Aku lebih senang di sini. Di sini rumahku.
Aku nyaman berada di sini! Kau pergi saja. Tidak usah pikirkan aku!
GUZEL
Apa maksud kau? Aku tahu kau tidak gila. Kau waras!
Otak kau tidak mengalami gangguan apa-apa.
Kalau memang iya, itu mungkin dulu setelah kau dipaksa menikah dan meninggalkan kekasih kau itu!
Setelah kau terperangkap dalam pernikahan kau
dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga kau!
Bella menutup telinganya sekuat tenaga. Namun, suara Guzel terdengar begitu jelas. Apalagi setelah Guzel memutuskan untuk beranjak ke depan selnya.
GUZEL (CONT’D)
Setelah kau dipaksa mempertahankan rumah tangga kau
oleh kedua orang tua kau hanya karena nama dan martabat keluarga!
Setelah kau menjadi babu di rumah suami kau sendiri!
Setelah kau kabur dan menemukan kekasih kau telah beristri
dan beranak dan hidup bahagia!
Setelah kau dikirim kedua orang tua kau ke tempat ini!
BELLA
(lantang)
Sudah! Cukup! Aku di sini karena keputusanku. Di luar itu neraka!
Di sini surgaku. Aku akan mati di sini.
Guzel menatap mata Bella dalam-dalam. Bella mendekatinya.
BELLA (CONT’D)
(lirih)
Kau masih muda, cantik, cerdas, tidak sepantasnya kau di sini.
Pergilah kau! Tidak usah kau pikirkanku.
Guzel terus menatap wajah Bella. Air matanya mengalir.
GUZEL
(penuh harapan)
Kalau kau mau, kita bisa hidup bersama. Kau sendiri tahu aku tidak punya siapa-siapa.
Begitu juga kau. Kita bisa berbagai seperti kakak dan adik.
Rumahku juga terlalu luas dan sepi untuk kutempati sendiri.
Hartaku juga terlalu banyak untuk kuhabiskan sendiri.
Ikutlah bersamaku, Bella.
Bella tersenyum. Ia mengulurkan tangannya melalui sela-sela jeruji. Guzel menggenggam tangan itu. Sesaat, air mata Bella pun mengalir.
BELLA
Kau tidak akan mengerti, Guzel. Aku bertahan di tempat ini karena kenyamanan.
Belum tentu kalau aku keluar dari sini, aku akan menemukan kenyamanan itu lagi.
ada banyak tanjakan di sana yang akan membuatku tersandung lagi. aku tidak siap untuk itu.
(hening)
Kau jalanilah hidupmu sebaik mungkin.
Pergunakan hartamu untuk orang yang membutuhkan. Temukanlah cinta sejati kau.
Kau akan berbahagia. Lepaskan semuanya. Jadilah diri kau yang baru.
Jangan biarkan setan merasuki diri kau. Kau pantas untuk berbahagia.
Guzel mengangguk paham. Air mata mereka semakin deras mengalir. Dokter Chris dan Sakti menyaksikan mereka dengan haru.
GUZEL
Aku berjanji akan sering mengunjungimu di sini.
Dan tawaranku tidak akan pernah aku tarik kembali.
Sesiapnya kau, datanglah. Rumahku tidak terlalu jauh di seberang pulau.
Kau akan menemukanku dengan mudah.
Bella mengangguk. Ia menyeka air matanya, lalu melepaskan genggaman tangannya dengan Guzel.
BELLA
Perrgilah kau! Aku tidak ingin berlarut lebih lama lagi dalam kesedihan.
Tanpa hidup bersamaku pun, kau sudah menjadi adikku, Guzel.
Dan ingat, jangan sampai kau salah memilih di antara dua itu.
Bella melirik dokter Chris dan Sakti sambil tersenyum menggoda. Guzel tertawa.
BELLA (CONT’D)
Pergilah!
GUZEL
Aku menyayangi kau, Bella.
Boleh aku mencium kau?
Bella mengangguk. Disodorkan keningnya ke arah Guzel. Guzel menciumnya dengan cukup lama. Di saat yang bersamaan, air mata Bella kembali jatuh. Ia beranjak dari posisinya, menjauh ke ujung ruangan.
Guzel menoleh ke arah Dokter Chris dan Sakti, mereka bergerak. Guzel bersama Dokter Chris dan Sakti berjalan di lorong. Pasien-pasien dari setiap sel memperhatikan mereka dengan tatapan iba. Guzel masih menangis, namun ia berusaha terseenyum.
Setengah jalan, terdengar suara teriakan yang begitu kencang. Bella. Diiringi suara isakan tangis. Guzel menguatkan langkahnya. Air matanya semakin deras mengalir.
DISSOLVE TO: