Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
OVER BLACK:
Terdengar suara langkah kaki dengan balutan sepatu menggema.
FADE IN:
1. Ext. International University of Economy Borneo – Halaman - Siang
Hari ini, Juni 2012
CLOSE UP: Kaki melangkah pelan dengan balutan sepatu boots
GUZEL (O.S)
Apa yang mereka pikirkan setiap kali terhipnotis akan kehadiranku?
Aku sempurna? Ya, Tentu! Aku memanglah wujud dari kata sempurna.
Aku sadar akan hal itu.
Berpasang-pasang mata menatapnya. Ada tatapan terkejut, terpana, terpukau, bahkan jijik.
GUZEL (O.S)
Namaku Guzel Lira Anastasia.
Tujuh belas yang lalu, aku dilahirkan di sebuah kota di Turki.
Kehidupanku sebagai seorang anak salah satu pengusaha terkaya di Asia
menjadi kehidupan yang paling diimpikan bagi setiap wanita.
Lihatlah mata-mata itu, mereka menatapku penuh rasa iri dan penuh obsesi.
Apalagi kalau bukan karena kecantikan yang terpancar dari wajahku.
CLOSE UP: Kamera terus mengikuti langkah kaki tersebut, lalu bergerak ke atas hingga leher.
GUZEL (O.S)
Dan... kesempurnaanku.
FADE TO BLACK
Opening Title :
GUZEL
2. Int. Rumah Kediaman Guzel Jakarta – Montage
Flashback September 2011
Telihat seorang wanita memunggungi kamera sedang menerima telepon .
Gagang telepon menggantung.
Foto keluarga di dinding.
DISSOLVE TO:
3. Int. Rumah Kediaman Guzel Jakarta-Kamar-Siang
Guzel (18 tahun) duduk di atas tempat tidur. Nayla dan Lara (18 tahun) datang dan duduk di kiri dan kanannya. Mereka memeluk Guzel yang baru saja ditinggal kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat dari Istanbul.
NAYLA
(sedih)
Zel, kita sayang sama lo
Terdengar bunyi bel. Lara bangun.
LARA
Biar gue yang buka
4. Int. Rumah Kediaman Guzel Jakarta-Lorong-Siang
Lara berjalan melalui lorong menuju pintu depan. Sesampainya di pintu depan, ia membukakan pintu. Roshid (45 tahun) berdiri di sana. Lara mempersilakan Roshid masuk. Lalu kembali melewati lorong menuju kamar Guzel.
Guzel menoleh ketika merasakan kehadiran Lara
LARA
Om Roshid, Zel.
CUT TO:
5. Int. Rumah Kediaman Guzel Jakarta-Ruang Tamu-Siang
Roshid menunggu di atas sofa dengan beberapa map di atas meja. Guzel datang, lalu duduk berseberangan. Roshid tersenyum kaku.
ROSHID
Gimana kabar kamu?
GUZEL
(tersenyum kaku)
Seperti yang dilihat
Roshid menatap Guzel prihatin. Melihat kondisi Guzel yang sepertinya tidak butuh basa-basi, Roshid langsung menuju pokok pembahasan.
ROSHID
Em.. Sebaiknya, kamu baca ini dulu
Guzel menatap map itu dengan tidak semangat
ROSHID (CONT’D)
Di sini tertulis, 80 persen harta diwariskan kepada kamu.
Sedangkan, 20 persennya lagi disumbangkan kepada panti
dan beberapa tempat lainnya.
Guzel mendengar penjelasan Roshid, sedangkan pandagannya kosong ke arah lantai.
ROSHID (CONT’D)
Induk serta semua cabang perusahaan sementara waktu hingga kamu
mendapatkan gelar sarjana manajemen bisnis akan dikelola oleh Herman.
Guzel menatap Roshid kaget
GUZEL
Manajemen bisnis?
ROSHID
Ka.. kamu belum tahu?
GUZEL
(kaget)
Tahu apa? Aku akan berkuliah di jurusan fashion,
bukan manajemen bisnis!
Roshid menarik napas dalam, mengerti dengan keterkejutan yang dialami Guzel
ROSHID
Guzel, sebelum berangkat ke Turki, papa kamu sempat bercerita kepada saya
kalau penerimaan kamu yang di Amerika telah dibatalkannya.
Guzel mendengarkannya dengan cermat
ROSHID (CONT’D)
Karena, setelah menimbang berbagai hal, dan kamu satu-satunya pewaris
yang akan melanjutkan semua perusahaan papa kamu,
sepertinya kamu akan lebih tepat berada di manajemen bisnis.
Ia telah mendaftarkanmu di universitas dengan jurusan manajemen bisnis terbaik di Asia.
Raut muka Guzel manampakkan ketidakpercayaannya terhadap penjelasan Roshid.
ROSHID (CONT’D)
Universitas ini terletak di Kalimantan.
Raut muka Guzel samakin menampakkan keterkejutan.
ROSHID (CONT’D)
Universitas ini didirikan oleh kerja sama pendidik-pendidik serta pakar ekonomi
dari berbagai belahan dunia. Dan… jurusan manajemen bisnis merupakan
jurusan terbaik mereka. Bahkan nomor dua di dunia.
Guzel menggeleng tak percaya. Ditatapnya Roshid dengan mata yang penuh dengan rasa kecewa. Pandangannya lalu tertumbuk ke arah sebuah foto bangunan bergaya Eropa klasik yang tergeletak di atas meja.
Gambar foto berubah menjadi bentuk nyata bangunan tersebut
MATCH CUT TO:
6. Ext. International University of Economy Borneo - Gerbang Utama-Sore
Matahari di sore memberi warna jingga di bangunan bergaya Eropa tersebut.
CUT TO:
7. Ext. Jalanan - Montage
Guzel menatap kampus dari dalam mobil yang melaju pelan. Mobil melaju di atas jalan di tengah-tengah hutan. Guzel termenung di dalam mobil, pandangannya kosong ke luar jendela mobil. Sisi kanan jalan dari dalam mobil, terlihat monyet-monyet bergelantungan dan pindah dari satu cabang ke cabang pohon lainnya. Mobil mulai melaju di tengah-tengah pegunungan.
8. Ext. Gerbang Utama Rumah Guzel Kalimantan-Senja
Mobil berhenti di depan sebuah rumah minimalis bertingkat di tengah pohon-pohon. Guzel keluar dari mobil dengan pandangan takjub dengan desain yang sangat unik, mewah, dan kontras sekali dengan keadaan sekitar. Terlihat dari luar, inding-dinding rumah didominasi kaca.
Seorang supir keluar dari dalam mobil, ia bernama Tukina (50 tahun)
TUKINA
Dulu villa ini miliki seorang dosen di kampus, Nona.
Setahun yang lalu, ia dipindahtugaskan ke London dan menjual villa ini.
Guzel membuka gerbang rumah yang terbuat dari kayu disusun vertical tersebut. Ia lalu menyusuri jalan berbalok semen menuju pintu utama rumah. Di kiri dan kanannya, rumput tumbuh tinggi sudah lama tidak dirawat.
TUKINA (O.S)
Besok, pagi-pagi sekali, tukang kebunnya baru datang, Nona.
Guzel menoleh dan mengangguk pelan.
9. Int. Rumah Guzel-Sesaat Kemudian
Pintu utama dibuka dari luar. Guzel memasuki rumah. Ia melewati lorong yang dikedua sisinya terpajang beberapa lukisan. Di ujung lorong, ruang tamu yang luas menyambut. Semua perabotan masih ditutupi kain putih. Sedangkan, di ujung ruang tamu terdapat sebuah tangga menuju lantai atas.
TUKINA (O.S)
Koper-koper saya taruh di mana, Nona?
Guzel terlihat mengitari ruangan dengan matanya. Lalu ia menunjuk ke arah dinding pembatas garase dengan interior rumah.
GUZEL
Di sana saja.
Guzel berjalan menuju halaman belakang yang dibatasi oleh pintu geser. Di luarnya terlihat sebuah kolam renang dengan jembatan yang menghubungkan rumah dengan pendopo di ujung halaman belakang. Pandangannya lalu beralih ke ruang makan dengan dinding kaca yang membuatnya seolah menyatu dengan halaman belakang. Hari sudah mulai gelap. Tukina membantu Guzel menyalakan penerangan di rumah. Seeiring dengan itu, seluruh lampu di dalam maupun luar rumah menyala. Guzel meneruskan langkahnya menuju jembatan. Terdengar ponselnya berdering. Om Roshid, seperti yang tertera di layar ponsel layar sentuhnya. Guzel mengangkat panggilan tersebut.
ROSHID (O.S)
Gimana?
GUZEL
(seraya tersenyum tipis)
Ya, seperti yang Om bilang, Terima kasih. Rumahnya terlihat nyaman sekali
ROSHID (O.S)
Om sudah yakin kamu pasti bakal nyaman berada di sana.
GUZEL
Iya, Om. Oh ya, yang kemarin maafin aku Om.
Aku sempat marah sama Om soal ini.
ROSHID (O.S)
(tertawa pelan)
Iya. Om ngerti kok. Ya sudah, kamu istirahat dulu.
Pasti capek, kan.
Guzel mengangguk, lalu langsung menutup telepon. Tidak lama setelah itu, Tukina hadir di dekatnya.
TUKINA
Nona, saya pamit dulu.
Guzel terlihat bingung. Di balik wajahnya terlihat ketakutan untuk ditinggal sendiri di rumah yang jauh dari pemukiman tersebut. Rupanya, Tukina mampu menangkap ekspresi itu.
TUKINA
Tenang aja, Nona. Di sini aman. Di depan sana ada pemukiman nelayan.
Lumayan ramai. Di sana, Nona juga bisa membeli perlengkapan sehari-hari.
Guzel mengangguk ragu. Seiring dengan itu, Tukina berjalan membelakangi Guzel.
DISSOLVE TO:
10. Ext. Rumah Guzel Kalimantan-Halaman Depan-Pagi
Seorang laki-laki berusia 60 tahun sedang meratakan rumput dengan mesin Lawnmower.
CUT TO:
11. Int. Rumah Guzel-Ruang Tamu-Pagi
Guzel terbangun di atas sofa setelah mendengar bunyi mesin perata rumput tersebut. Ia lalu berusaha mencari kamar mandi yang dari kemarin belum ditemuinya. Mungkin terletak di lantai atas. Ia pun menaiki tangga menuju lantai atas. Sesampainya di sana, Guzel terlihat takjub. Sebuah ayunan yang digantung di cabang pohon ek menyambutnya. Dengan senyum yang tersungging di bibirnya, ia lalu berjalan menuju kamar yang hampir keseluruhan dindingnya terbuat dari kaca dan beralas kayu. Di balik kamar, terdapat ruang lepas yang menghadap ke arah pantai yang tidak jauh dari rumah. Seketika, senyum kembali tersungging di bibir Guzel. Sepertinya ia telah menemukan babak baru di dalam hidupnya.
CUT TO:
12. Ext. Rumah Guzel-Halaman Depan-Sesaat Setelah itu.
Laki-laki terlihat hampir selesai dengan tugasnya meratakan rumput. Guzel melewatinya ketika ia berniat untuk menikmati udara pagi di sekitar rumah. Ia pun keluar dari pekarangan rumah. Di jalanan, ia menutup matanya seraya tersenyum dan menghirup udara pagi dengan pelan. Ketika ia berbalik dan membuka matanya, seorang laki-laki yang nanti akan diketahui bernama Sakti (19 tahun), hampir menabraknya dengan sepeda. Akibat menghindari Guzel yang hampir ditabraknya, laki-laki itu pun jatuh di pinggir jalan.
Guzel kaget. Bergegas menuju Sakti yang tengah membangunkan dirinya sendiri.
SAKTI
(Pelan)
Maaf...
Sakti lalu mengayuh sepedanya kembali menuju jalan ke arah pantai. Meninggalkan Guzel dengan perasaan heran.
GUZEL
Weird..
Guzel kembali ke dalam rumah menuju kamarnya.
13. Int. Rumah Guzel Kalimantan-Ruang Utama-Pagi
Guzel berjalan menuju lantai atas menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ketika ia membuka salah satu pintu lemari hendak menggantung jaket yang sedang dikenakannya, ia malah menemukan sebuah kamar mandi. Ia tertegun tak percaya.
DISSOLVE TO:
14. Ext. Rumah Guzel Kalimantan-Lantai Atas-Esok Pagi
Guzel sedang menyetel lagu-lagu bermelodi romantis di atas ayunan di sebelah kamarnya ketika suara klakson mobil terdengar dari luar pekarangan rumah. Tukina keluar dari mobil.
TUKINA
(berteriak)
Mobilnya sudah siap, Nona!
Guzel berlari menuju sedan hitam yang dikirimkan Roshid dari Jakarta. Ia menyambut Tukina sambil tersenyum. Pandangannya lalu beralih ke arah mobil yang mengiringi Tukina di belakang mobilnya. Mobil tersebut merupakan mobil yang sama dengan yang kemarin mengantarnya.
GUZEL
Terima kasih, Pak.
Tukina mengangguk. Lalu berjalan menuju mobilnya. Tidak lama setelah itu, Guzel memasuki mobilnya. Tujuan utama pantai di ujung jalan.
INTERCUT:
15. Ext. Pantai-Pagi
Setelah melewati jalanan berbelok dan ditumbuhi pepohonan di pinggir jalan, mobil sedan hitam itu memasuki pantai. Tidak jauh dari bibir pantai, Guzel memberhentikan mobilnya. Guzel keluar dari mobil, lalu berjalan mendekati bibir pantai. Ia duduk seraya menatap air laut nan biru serta sebuah pulau yang terlihat tidak jauh dari sana.
SAKTI (O.S)
Gimana, Yah?
Guzel menoleh ke sumber suara. Kaget melihat laki-laki yang kemarin hampir menabraknya. Sakti sedang berbincang dengan ayahnya di samping sebuah perahu.
AYAH SAKTI
Iya, sudah selesai, kok.
Sakti dan ayahnya berjalan menuju sebuah rumah kayu di ujung pantai. Di sekitarnya, terdapat banyak rumah yang berjajar, kebanyakan serupa. Sebuah tempat perbelanjaan menarik perhatian Guzel dan teringat bahwa ia masih membutuhkan banyak peralatan sehari-hari. Guzel berjalan ke sana.
DISSOLVE TO: