Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Egg, Roll, Action!
Suka
Favorit
Bagikan
5. Part 5

51. INT. RUMAH. RUANG DEPAN - NIGHT

Ega sedang duduk berpikir, Ibu datang dari dapur membawa piring berisi singkong goreng. Ibu meletakkannya di depan Ega.

IBU
Mikirnya sambil makan, biar lancar otaknya.

Ega tersadar dan tersenyum.

EGA
Banyak amat Bu singkongnya.
IBU
Ya itu tadinya buat Bapak, tapi Bapaknya belum pulang.

Ega baru sadar, dia melihat ke luar.

EGA
Bapak belum pulang? Jualannya sampai malam begini? Kan Bapak udah tua, Bu.
IBU
Ya Ibu juga udah coba bilangin, tapi ya kamu tahu sendiri lah Bapak kamu gimana. Ngotot bilang masih kuat, tapi ya minta pijetin sama ibu.

Ega merenung.

EGA
Bu, Bapak kenapa dari dulu jualan telur gulung terus? Jualannya juga pikulan, keliling, emang gak kepikiran buat berkembang? Coba jualan online gitu, biar bisa dibeli ojek online.

Ibu tersenyum.

IBU
Bapakmu mana mengerti onlen onlen begitu, Ga. Harus ada yang ngajarin. Ibu juga gak ngerti. Kamu? Ya kamu kan dari jaman sekolah juga udah sibuk. Ikut ini, ikut itu.

Ega menunduk tertegun.

IBU
Tapi kamu salah kalo mikir Bapak kamu gak usaha lebih. Contohnya, singkong yang kamu makan itu. Itu dari hasil kerjaan Bapak. Bapak kamu suka ambil kerjaan lain yang dia ngerti, dan yang penting halal.

Ega menatap singkong di tangannya.

EGA
Tapi, Bu, kalau gitu doang emang uangnya cukup?

Ibu tersenyum.

IBU
Ya buktinya kamu bisa sekolah, kuliah, jadi sarjana, kan?

Ega tersentak. Ibu kembali pergi ke dapur.

52. EXT. DEPAN SD - DAY

Ega memikul gerobaknya berjalan ke SD. Dia terkejut melihat depan SD tampak lebih ramai dari biasanya. Tampak ada mobil pickup, menurunkan gerobak stand jajanan elit.

Ega mendekati Para Penjual yang berkerumun melihat ke mobil itu penuh kebencian.

EGA
Ada apa ini, Bang?
DENI
Katanya mereka yang bakal ngisi kantin di dalam.

Ega kaget. Dia melihat ke mobil, tampak berbaris PARA PENJUAL JAJANAN ELIT, mereka berseragam dalam warna-warna cerah. Mereka melihat ke Ega dan Para Penjual Jajanan, dan terlihat menyunggingkan senyum sombong.

UDIN
Gua kenal nih orang-orang gini, mereka biasa jualan di sekolah orang kaya, orang-orangnya jadi ikutan pada belagu.

Para Penjual Jajanan Elit datang mendekati Ega dan Para Penjual Jajanan.

IPUL
Inget, kita harus bersatu!

Para Penjual Jajanan Elit berhenti di depan Para Penjual Jajanan. Mereka saling menatap mengintimidasi seperti anak geng sekolah.

ABANG MILKSHAKE (28) maju, mengamati Deni dan gerobak es kocoknya. Lalu mendengus merendahkan.

ABANG MILKSHAKE
Emang, penjual gimana barang yang dijual. Pantes tampilannya berantakan gini, jualannya es kocok. Kayak gua dong, jualan...
(penekanan sampai muncrat)
Milk-shake!

Deni mengernyitkan wajahnya, terkena muncratan ludah dari Abang Milkshake.

DENI
Alah milksek, milksek, es kocok juga itu!

ABANG SHIHLIN (30) maju, menatap tajam ke Udin dan gerobak UFC-nya.

ABANG SHIHLIN
Gua jualan Ayam Shihlin, udah banyak cabangnya. Gak kayak lu, hari gini masih jualan ayam-ayaman.

Udin menggeram kesal.

UDIN
(murka)
Ayam-ayaman?! Ini Ayam Beneran! Sini lu! Gua geprek lu!

Udin maju hendak menghajar Abang Shihlin, Ega menahannya.

ABANG GAME (32) maju ke depan, menertawakan Ipul dan lapak mainannya.

ABANG GAME
Lu serius jualan mainan? Jualan mainan kok main-main. Nih mainan yang beneran.

Abang Game mengeluarkan beberapa Nintendo Switch, yang dihubungkan dengan tali. Ada tulisan, "Rental Game".

Ipul syok melihat itu, tapi berusaha tetap kuat.

IPUL
Apaan tuh? Produk asing! Tidak cinta pada karya anak bangsa!

ABANG DALGONA (29) maju menertawakan Abah Mo dan gulalinya.

ABANG DALGONA
Apaan tuh? Jajanan jaman baheula masih aja dijual. Udah istirahat aja, Bah. Anak sekarang udah gak demen jajanan kayak gini. Anak sekarang tuh pengennya jajanan yang lagi viral. Kayak gini nih, jajanan Permen Korea.

Abah Mo tersentak, mundur ketakutan.

NAPI (O.S.)
Udah, udah, jangan ngatain orang tua, ntar kualat.

Dari belakang barisan Para Penjual Jajanan Elit, NAPI (25), laki-laki dengan jubah ungu emas, maju mendekat. Di kelima jarinya tampak memakai cincin batu akik berbeda warna.

Napi menatap Ega. Dia mengernyitkan alisnya.

NAPI
Seriusan nih?

Napi maju lebih dekat ke hadapan Ega, Ega masih tidak mengenalinya.

NAPI
Juara Kelas kita, Ega Pertama Putra, sekarang jadi...
(mengernyitkan alisnya)
Penjual Telur Gulung?

Ega terkejut.

EGA
Siapa lu?

Napi tampak tersinggung.

NAPI
Jangan bilang lu gak inget sama gua? Gua, Napi, penguasa kelas kita dulu.
EGA
(mengernyitkan alisnya)
Penguasa Kelas?
(baru ingat)
Ah, Tasno?!

Napi tersentak marah dan langsung mencengkram kerah Ega, dengan tangan yang penuh cincin batu akik.

NAPI
Jangan belagu, lu! Berani-beraninya ngatain Bapak gua! Sekarang gua bukan cuma penguasa kelas, tapi penguasa daerah sini. Sekali gua jentikkin jari, lu bisa abis!

Napi menatap tajam Ega, Ega tegang.

BUDIMAN (O.S.)
Cukup!

Napi melirik ke belakang, tampak Budiman berdiri menatap tegas ke arahnya.

BUDIMAN
Napi! Kamu sudah tidak sekolah lagi di sini, kalau membuat keributan, bukan saya lagi yang akan menghukum, tapi pihak yang berwajib.

Napi melepaskan cengkramannya, lalu merapikan kerah Ega. Napi berbalik senyum.

NAPI
Maaf, Pak, saya cuma kangen sama Ega. Kita cuma bercanda.
(menatap tajam ke Ega)
Iya, kan, Ga?

Ega terdiam sejenak, lalu tersenyum.

EGA
Iya, Pak. Kita cuma bercanda.

Budiman menatap tajam ke Napi.

BUDIMAN
Ya sudah kalo gitu, Napi, cepet kamu urus ini orang-orang kamu. Biar gak ngalangin nanti anak-anak mau pulang.

Budiman pergi masuk ke dalam sekolah.

NAPI
Siap, Pak!

Napi tersenyum, begitu Budiman sudah jauh, Napi berbalik ke Ega.

NAPI
(berbisik ke Ega)
Kita selesaikan ini nanti di reuni.

Napi pergi meninggalkan Ega. Para Penjual Jajanan Elit mengikutinya.

Para Penjual Jajanan mendekat ke Ega dan menatapnya khawatir.

IPUL
Lu gapapa?
EGA
Gapapa, Bang.
UDIN
Belagu banget mereka, heh, liat aja, gua yakin anak-anak tetep bakal beli di kita.
DENI
Bener, kita tunjukkin sama mereka, siapa penjual jajanan terbaik di sekolah ini.

Para Penjual Jajanan bersorak setuju.

53. EXT. DEPAN SD - DAY

Jam istirahat, tampak anak-anak ramai membeli jajanan. Para penjual jajanan saling pandang tersenyum.

DENI
Apa gua bilang, tetap aja anak-anak belinya di kita.

Satpam berjalan keluar lalu memegang gerbang.

SATPAM
(teriak)
Anak-anak masuk! Gerbangnya mau Bapak tutup.

Para Penjual kaget.

UDIN
Loh, Bang! Kok gerbangnya ditutup? Kan belum bel! Masih jam istirahat ini!
SATPAM
Aturan baru! Mulai sekarang istirahat, anak-anak gak boleh keluar sekolah!

Para Penjual lebih kaget.

DENI
Kok gitu, Bang? Nanti kita gak ada yang beli dong?!
SATPAM
Ya gatau, Gua cuma ngejalanin tugas. Tapi lu pada kalau mangkal di sini tetep harus bayar uang kebersihan! Kalau lu mau protes, protes ke sekolah yang bikin aturan.

Satpam menutup gerbang. Para Penjual Jajanan kesal.

IPUL
Gak bisa dibiarin nih! Ini pasti permainan politik. Biar anak-anak pada jajan di dalem. Kita harus berbuat sesuatu!
UDIN
Ah percuma kita lawan penguasa! Mereka pasti memihak yang punya uang.

Ega tampak berpikir.

EGA
Kita harus bicara ke orang yang bisa dipercaya.

54. EXT. LORONG SEKOLAH - DAY

Ega menunggu Budiman keluar dari kelas. Budiman keluar kelas, Ega langsung menghampirinya. Budiman menatap Ega menenteng plastik telur gulungnya dan langsung mengerti.

Budiman berjalan, Ega mengikuti di sampingnya.

BUDIMAN
Apa hal yang ingin kamu sampaikan?
EGA
Ini soal Para Penjual Jajanan di depan, Pak. Saya rasa mereka gak bersalah. Apalagi setelah melihat kejadian sekarang. Semua makin memperkuat dugaan saya, ada konspirasi yang terjadi di sekolah ini.

Budiman melirik ke Ega.

BUDIMAN
Dugaan kamu itu berbahaya, Ega. Kalau tidak ada bukti, malah kamu yang bisa ditahan.
EGA
(berbisik)
Saya butuh bukti orang yang terlibat dalam pengadaan kantin ini. Siapa yang bertanggung jawab atas harga sewa kantin. Saya yakin dia terlibat.

Budiman melirik kiri-kanan, memastikan tidak ada orang.

BUDIMAN
Oke, saya akan coba cari berkasnya. Tapi, kamu harus menyelidiki kemungkinan tersangka di luar pihak sekolah.

Ega tampak berpikir.

EGA
Maksud Bapak? Orang di luar sekolah yang diuntungkan dengan adanya kantin itu?
BUDIMAN
Kamu tahu persis siapa yang saya maksud.

Ega menatap tajam.

55. EXT. KANTIN SEKOLAH - DAY

Tampak Napi duduk di kursi yang dihiasi bak singgasana, menghitung uang sambil tersenyum senang. Sementara para anak buahnya, berjualan di standnya masing-masing. Tampak kantin ramai dikunjungi Anak-anak.

Di kejauhan tampak Ega dan Budiman berdiri memperhatikan Napi.

BUDIMAN
Saya gak pernah ngerti kalian ribut soal nama Bapak, tapi saya ngerti kalau nama anak adalah doa. Napi pernah jadi narapidana karena kasus narkoba.

Ega terkejut. Dia melihat Napi yang tertawa.

BUDIMAN
Dan katanya dia bisa bebas cepat, karena dapat backingan kuat saat di dalam sel. Begitu keluar, dia langsung menguasai tempat ini.

Ega semakin terkejut. Dia melihat Napi berjalan keliling kantin, mengawasi para Penjual Jajanan Elit. Semua mengangguk hormat kepadanya.

EGA
Kalau Napi adalah dalang dari semua ini, saya memerlukan buktinya. Saya rasa ini saatnya saya mencari info dari para korban. Bapak bisa beritahu saya anak-anak yang jadi korban?

Budiman terdiam.

BUDIMAN
Saya hanya tahu data itu ada di ruangan kepala sekolah. Dan saya tidak bisa memintanya. Kamu bisa meminjamnya, kalau tidak ketahuan.

Budiman tersenyum, lalu pergi. Ega berpikir.

56. I/E. LORONG SEKOLAH / RUANG KEPALA SEKOLAH - DAY

Ega mengendap-endap sambil celingukan mencari sesuatu. Ketika ada murid dan guru yang lewat, dia langsung bersembunyi di balik tanaman. Setelah menelusuri sepanjang lorong, akhirnya dia menemukan pintu ruangan yang di atasnya tergantung papan bertuliskan "ruang kepala sekolah".

Ega mendekati pintu yang terbuka dan mengintip ke dalam, tampak KEPALA SEKOLAH (50) sedang duduk di kursinya, lalu Ega melihat tumpukan berkas di mejanya.

EGA
(bergumam)
Berkasnya pasti ada di salah satu tumpukan itu. Tapi gimana gua bisa ngambilnya?

Ega mengelus dagunya, berpikir. Dia melihat sekitar. Tampak alarm kebakaran menempel di dinding.

EGA
Nah, itu dia.

Ega mendekati alarm kebakaran ingin menekannya, tapi tidak bisa. Ega memukulnya kesal, tapi tetap tidak bisa.

EGA
Ah, kebiasaan, gak pernah dipake, giliran butuh di saat penting malah gak bisa. Kalo gini gua harus nyari cara lain.

Ega kembali melihat sekitarnya, tampak Murid 1 dan Murid 2 sedang berjalan di lorong. Ega mendapat ide. Ega mendekati mereka.

EGA
Eh, kalian mau ke mana?
MURID 1
Mau ke toilet, Bang.
EGA
Berdua? Oh jadi udah akur nih kalian, siapa nama kamu? Oh iya...
(penekanan)
Lukman.

Murid 2 tertawa.

Murid 2
(menunjuk Murid 1)
Hahahaha Lukman!

Murid 1 marah, langsung mendorong Murid 2.

MURID 1
Diem lu, Zaenal!

Mereka jadi bertengkar. Ega tersenyum, lalu mendorong mereka pelan.

EGA
Berantemnya di sana aja, ayo!

Kedua Murid itu bertengkar sambil berjalan mendekati ruangan kepala sekolah.

Kepala Sekolah kaget melihat kedua murid itu bertengkar di depan ruangannya.

KEPALA SEKOLAH
Eh, eh, eh, jangan berantem!

Kepala Sekolah segera beranjak dari kursinya dan mendekati kedua Murid itu. Kepala Sekolah mengejar Kedua Murid itu yang bertengkar masih terus sambil berjalan.

Setelah Kepala Sekolah keluar dari ruangannya, Ega langsung bergegas masuk.

DI DALAM RUANGAN, Ega langsung memeriksa tumpukan berkas. Dia menemukan berkas kejadian anak-anak sakit misterius, lalu mengambilnya. Dan di bawah itu ada, berkas kantin baru. Dia pun mengambilnya.

Ega memasukkan kedua berkas itu, ke dalam bajunya, diselipkan ke pinggang. Dia lalu segera keluar.

57. EXT. DEPAN SD - DAY

Ega berjalan keluar gerbang dengan senyum kemenangan, tapi dia terkejut melihat di depan gerbang tampak ada keributan. Ega segera berlari mendekati keributan.

Tampak Farhan sedang marah-marah kepada Para Penjual Jajanan.

FARHAN
(marah)
Siapa?! Maju sini lu!
EGA
Farhan! Kenapa lu?

Farhan menengok ke Ega, dia langsung mendekatinya dan memegangi lengannya, mengguncangkan tubuh Ega.

FARHAN
(menangis)
Anak gua! Masuk rumah sakit!

Ega syok.

FARHAN
(marah)
Kata dokter, dia keracunan. Ini sama kayak anak-anak yang jadi korban sebelumnya.
(menunjuk ke Para Penjual Jajanan)
Orang-orang ini udah ngeracunin anak gua!

Udin tersinggung.

UDIN
Jangan asal tuduh, Pak! Kalau jualan kita, kita kasih racun, bukan anak Bapak doang yang sakit, tapi semuanya!

Farhan melotot marah.

FARHAN
Masih gak mau ngaku, sini lu!

Farhan hendak menyerang Udin, Udin juga siap bertarung, tapi mereka ditahan oleh Para Penjual Jajanan lain. Ipul maju menengahi.

IPUL
Tenang, Bang! Kita coba selesaikan dengan kepala dingin. Kita semua tahu anak abang yang mana. Kita bisa cek dia jajan di kita atau nggak. Kalau di saya sih, dia kemarin gak jajan.
DENI
Di gua juga nggak.
UDIN
Dia gak pernah jajan di gua!

Abah Mo menggeleng.

Farhan mengingat-ingat, kemudian tersentak.

FARHAN
Gua inget, kemarin dia jajan apa...

Farhan menengok ke Ega. Menatapnya tajam. Ega syok. Dia paham maksudnya.

EGA
Han, gua gak mungkin...

Farhan langsung menghajar Ega, hingga Ega tersungkur. HP Ega jatuh dari kantungnya, dan terbentur tanah, hingga mati.

FARHAN
Sialan lu! Gua percaya sama lu! Gua tolong lu! Ternyata lu begini! Lu iri gua sukses, Ha?!

Farhan hendak menghajar Ega lagi, tapi segera ditahan oleh Para Penjual Jajanan lainnya. Ega terduduk di tanah, masih syok.

Dari sudut pandangnya semua jadi blur dan tidak terdengar.

MOMENTS LATER

Sudah ada Kepala Sekolah berdiri di hadapan Para Penjual Jajanan.

KEPALA SEKOLAH
Kita tidak berhasil menemukan indikasi racun di telur gulung yang dijual saudara Ega, tapi karena kasus ini, pihak sekolah memutuskan kalian tidak boleh lagi jualan di sini.

Para Penjual Jajanan marah, protes, tapi dihadang oleh satpam. Ega masih terbengong menyaksikan itu semua.

Para Penjual Jajanan lalu melihat ke Ega, dengan tatapan sinis seperti awal. Ega melihat di belakang Kepala Sekolah ada Napi tersenyum licik menatapnya, dia mengangkat tangannya yang penuh cincin batu akik, lalu menjentikkan jarinya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar