44. EXT. DEPAN SD - MORNING
Ega datang, menaruh gerobaknya, lalu berjalan bersembunyi di antara Murid-murid yang hendak masuk sekolah.
Satpam berdiri di samping gerbang, tersenyum melihat murid-murid masuk. Sampai akhirnya dia melihat Ega di antara Murid-murid.
SATPAM
(menunjuk Ega)
Heh! Ngapain lu?!
Ega tersentak, panik. Dia lalu menjatuhkan uang lima puluh ribu dari kantongnya.
EGA
Eh-Ini bang, ada uang jatoh.
Satpam mendekati Ega. Melihat uang di tangan Ega, lalu mengambilnya.
SATPAM
Uang gua ini! Udah, sana lu!
Ega berjalan keluar. Satpam tersenyum sambil mengantongi uang itu. Ega melihat itu dongkol. Dia mengeluarkan uang dua ribu dari kantongnya.
EGA
(bergumam kesal)
Kenapa yang itu, kenapa gak yang ini aja yang jatoh!
45. EXT. DEPAN SD - DAY
Satpam berdiri di samping gerbang. Tampak Murid-murid sedang jajan di luar.
Bel berbunyi.
SATPAM
Udah bel! Masuk ayo masuk!
Murid-murid berlarian masuk gerbang, Satpam mengawasi, dan terkejut melihat Ega di antara murid-murid. Satpam langsung menarik baju Ega.
SATPAM
Lu ngapain ikut masuk? Memangnya lu mau SD lagi?
Ega cengengesan.
EGA
Saya... Mau numpang ke toilet, Bang. Kebelet.
Satpam memicingkan matanya.
SATPAM
(menunjuk dengan dagunya)
Tuh di seberang ada musolah, numpang kencing di sana aja.
Satpam mengusir Ega. Ega mendengus kesal. Kemudian dia melihat OJEK ONLINE datang ke gerbang.
OJEK ONLINE
Mau nganterin pesenin buat guru, Pak.
SATPAM
Oh iya silahkan.
Satpam mengizinkan Ojek Online untuk masuk. Ega mendapatkan ide.
46. EXT. DEPAN SD - DAY
Ega berjalan menuju gerbang membawa plastik berisi beberapa tusuk telur gulung. Satpam melihat Ega kesal.
SATPAM
Ini orang udah dibilangin berkali-kali. Ngeyel bener.
EGA
Saya mau nganterin pesenan guru, Bang.
Satpam menatap tajam.
SATPAM
Pesenan? Siapa yang mesen? Pake apaan mesennya?
EGA
Duh, saya gak tahu namanya. Pokoknya bapak-bapak, seragam aja. Tadi mesen langsung, Bang, pas istiraht siang. Abang gak lihat.
Satpam memicingkan matanya.
SATPAM
Yaudah sini, biar gua aja yang nganterin.
Satpam mencoba merebut plastik dari tangan Ega, tapi Ega menjauhkannya.
EGA
Jangan, Bang, saya gak enak.
SATPAM
Gak apa apa, sini!
Ega semakin kewalahan menghindari tangan Satpam. Tiba-tiba terdengar suara jeritan anak menangis dari arah lapangan. Ega dan Satpam langsung menengok. Tampak seorang MURID jatuh, lulutnya berdarah, menangis kesakitan.
SATPAM
Aduh, kenapa tuh bocah!
(ke Ega)
Yaudah lu anterin sana sendiri!
Satpam berlari menghampiri Murid itu.
EGA
(bergumam)
Makasih, dek, lukamu membantu tugas negara!
Ega berjalan masuk ke lorong sekolah.
47. EXT. LORONG SEKOLAH - DAY
Ega berjalan menelusuri lorong sekolah. Dia melihat-lihat sekitar.
EGA
Banyak yang udah berubah ya...
Murid-murid berlarian di lorong sekolah. MURID 1 berlari membawa buku raportnya dikejar oleh MURID 2. Ega tersenyum melihatnya.
MURID 1
Bang, tolongin, Bang!
MURID 1 berlindung di balik Ega, menjadikannya tameng.
MURID 2
Ah curang lu! Lu kan tadi udah lihat nama Bapak gua! Gantian dong!
Murid 2 mencoba meraih tangan Murid 1, Murid 2 bergeser berputar masih berlindung di balik Ega, Ega jadi ikut berputar.
EGA
Eh, eh, udah, udah!
Murid 2 akhirnya berhasil menggenngam tangan Murid 1. Murid 1 yang panik, melemparkan buku raportnya. PLAK! Buku raport mengenai wajah seorang guru yang berjalan di lorong.
Ega, Murid 1, dan Murid 2 terkejut melihatnya.
Buku raport jatuh dan kini kita bisa melihat wajah dari guru tersebut, walaupun rambutnya sudah beruban, dan wajahnya keriput, Ega masih mengenalinya.
EGA
Pak Budiman?
BUDIMAN (50) mengamati Ega lekat-lekat.
BUDIMAN
Kamu... Ega?
Keduanya terdiam, tercengang. Murid 2 berlari menuju Budiman, mengambil buku raport dan membukanya. Murid 1 yang melihat itu, berlari mencoba mengejarnya. Namun, terlambat.
MURID 2
Lukman! Hahahaha
MURID 1
(marah)
Diem lu, Zaenal!
Murid 2 berlari sambil menerikkan nama Lukman, dikejar oleh Murid 1 yang marah.
Melihat itu, Budiman dan Ega tertawa sambil geleng-geleng. Budiman mendekati Ega. Ega langsung mendekati dan salim mencium tangan Budiman.
BUDIMAN
Sudah besar kamu ya sekarang. Sudah berapa lama kamu lulus dari sekolah ini? Ada 10 tahun?
EGA
Tiga belas tahun, Pak.
Budiman mengangguk-angguk.
BUDIMAN
Karena melihat tingkah anak-anak tadi, makanya saya langsung inget sama kamu. Tiga belas tahun, masih aja gak berubah. Mereka masih takut ketahuan nama Bapaknya.
Ega tertawa kecil.
EGA
Tapi sekolah ini udah berubah banget ya, Pak. Sekarang jadi gede banget.
BUDIMAN
Ya beberapa tahun lalu, sekolah ini jadi sekolah percontohan. Dan ya kamu bisa lihat sendiri sekarang perubahannya.
EGA
Tapi Pak Budiman kayaknya dari dulu gak berubah ya, masih keren aja.
Budiman tersenyum getir.
BUDIMAN
Kamu sendiri gimana? Sekarang kerja apa?
Ega terdiam sejenak, saat dia mau bicara...
SATPAM (O.S.)
Heh!
Ega dan Budiman menengok, tampak Satpam berjalan ke arah mereka.
SATPAM
Tukang telur gulung, udah belum nganterin pesenannya?
Budiman kaget, dia melihat plastik telur gulung di tangan Ega. Satpam semakin dekat.
SATPAM
Ah bohong lu ya? Ngaku-ngaku ada yang mesen, biar bisa masuk aja kan?
Ega tampak panik.
BUDIMAN
(ke Satpam)
Saya yang mesen.
Ega dan Satpam terkejut.
BUDIMAN
Udah, kamu balik lagi sana ke pos kamu. Saya masih ada yang perlu dibicarakan sama dia.
SATPAM
Eh, Oh, iya, baik, Pak.
Satpam berjalan pergi, masih sesekali menengok ke belakang, menatap tidak percaya.
Ega terdiam bingung.
BUDIMAN
Saya yakin murid secerdas kamu gak mungkin jadi penjual telur gulung seperti Bapakmu. Jadi, ceritakan ada keperluan apa sebenarnya kamu datang ke sekolah ini?
Ega tersentak. Dia menatap ke Budiman. Ega menghela napas.
EGA
Saya butuh ke suatu tempat.
48. EXT. KANTIN SEKOLAH - DAY
Tampak sebuah bangunan kantin yang luas, seperti food court, tapi masih kosong tenant. Ega dan Budiman berdiri di depan bangunan itu.
EGA
Jadi ini kantinnya? Para penjual jajanan di depan itu tadinya jualan di sini, sebelum ada kejadian anak-anak sakit keracunan itu?
BUDIMAN
Iya, tapi tadinya gak gini. Ini baru dibangun ketika para penjual itu diusir. Nantinya tempat ini akan disewakan dengan harga lumayan, jadi kita bisa menyeleksi penjual yang mau berjualan di sekolah ini. Jadi kesehatan anak-anak akan terjamin dan taraf sekolah ini pun akan meningkat.
EGA
Berarti kalau begitu, para penjual di depan tidak akan bisa kembali berjualan di kantin ini lagi?
BUDIMAN
Bukan cuma di kantin, di luar pun, nanti akan dilarang. Untuk saat ini, pihak sekolah membiarkan karena kantin ini masih kosong, tapi saat sudah ada yang mengisi, maka depan sekolah akan jadi steril dari penjual jajanan.
Ega tertegun.
EGA
Kalau mendengar itu, saya jadi bertanya apa benar rencana membangun kantin ini baru ada setelah kejadian? Atau justru para penjual itu cuma jadi kambing hitam?
Budiman tersenyum.
BUDIMAN
Kamu memang murid yang cerdas. Tapi jawaban dari pertanyaan itu, saya juga masih mencari tahu. Semoga dengan kedatangan kamu, kita bisa menemukan jawabannya.
Budiman tersenyum.
BUDIMAN
Ya sudah, saya masih harus mengajar. Kalau ada perlu apa-apa lagi, kamu bisa tanya saya.
Budiman pergi meninggalkan Ega. HP Ega berdering, tampak ada video call dari Nathya. Dia pun mengangkatnya.
EGA
Halo, sayang, ada apa? Aku masih dalam misi ini. Nelponnya malam aja.
NATHYA (V.O.)
Gak bisa. Ini darurat.
Ega terkejut, cemas.
EGA
Ada apa?
NATHYA (V.O.)
Buat acara nikahan sepupu aku nanti, menurut kamu aku mending pakai ini atau ini?
Nathya menunjukkan dua jenis pakaian. Namun, Ega tidak bisa melihat dengan jelas karena layar HP-nya yang retak.
EGA
Duh, gak kelihatan... Terserah kamu deh. Aku ngikut aja.
NATHYA (V.O.)
Ih kamu ditanyain malah jawab terserah. Yaudah, yang penting kamu dateng.
EGA
Eh, kapan acaranya?
NATHYA (V.O.)
Hari Sabtu ini. Kan aku udah sering ingetin.
Ega tersentak.
NATHYA (V.O.)
Awas ya lupa, pokoknya gak ada alasan buat kamu gak dateng!
Nathya mematikan video call. Ega menggaruk kepalanya pusing.
EGA
Gua harus nyelesaiin kasus ini secepatnya.
49. EXT. DEPAN SD - DAY
Ega berjalan keluar dari gerbang sambil memikirkan hal barusan. Dia melewati Satpam yang sibuk membawa tangga, dan memasangnya di dekat gerbang.
Ega melihat ke para penjual jajanan.
EGA
Orang-orang ini tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin kalau gua bisa temenan sama mereka, gua bisa dapet info lebih.
Ega melihat ada seorang ANAK KECIL menggandeng tangan MAMInya merengek sambil menunjuk ke gerobak Udin.
ANAK KECIL
Mi, mau itu...
Mami melihat ke gerobak Udin dan tampak jijik.
MAMI
Nanti Mami beliin ayam kentaki yang biasa kamu makan aja ya. Itu mah gak enak.
Udin mengengar itu tampak tersinggung.
UDIN
Enak kok! Halal!
Anak Kecil semakin menunjuk-nunjuk.
MAMI
(berbisik ke anaknya)
Itu gak dijual.
Udin bisa mendengar itu dan tersentak kesal.
UDIN
Ya dijual lah, Bu! Ngapain ini ayam dipajang doang? Memangnya pameran!
Mami syok.
MAMI
Eh kok ngegas lu! Gua laporin kepala sekolah lu ya, biar gak boleh jualan di sini lagi! Jangan-jangan lu ya yang bikin anak-anak di sini keracunan?!
Udin tersentak kaget. Wajahnya marah. Para penjual lain tampak melihati mereka.
Ega langsung berlari ke gerobak Udin, mengambil ayamnya, langsung melahapnya. Udin kaget. Dia langsung mencengkram kerah Ega.
UDIN
Ngapain lu nyomot ayam gua!?
EGA
Maaf, Bang. Saya cuma mau buktiin kalau ayam yang dijual sama Abang ini itu aman.
Udin mereda emosinya. Dia melepaskan cengkramannya.
Ega melihat ke Mami.
EGA
Lihat sendiri, Bu, jajanan di sini, semuanya aman. Kalau gak percaya sama saya, Ibu bisa tanya sama anak-anak langsung.
Mami melihat ke ANAK-ANAK yang berdiri hendak jajan pada mengangguk.
ANAK-ANAK
Iya, Bu, saya tiap hari makan ayam itu, gak kenapa-napa. Memang Abangnya aja yang galak.
Anak-anak tertawa, para penjual tertawa. Deni menunduk menahan malu, tapi ikut tertawa.
MAMI
Yaudah saya beli deh, Bang.
UDIN
(tersenyum)
Oh iya, Bu. Sebentar.
Udin segera melayani. Sementara Ipul menatap ke Ega, mengangguk-angguk sambil tersenyum.
50. EXT. DEPAN SD - MOMENTS LATER
Ega sudah dikerubungi oleh Para Penjual Jajanan lainnya.
DENI
Keren banget lu, gara-gara lu tadi, jualan kita jadi lebih laris.
UDIN
Bener, biasanya, orang tua pada gak mau beli, atau ngelarang anaknya beli, tapi berkat lu, sekarang mereka jadi balik mau beli lagi.
IPUL
Bener banget, bahkan Abah Mo aja, rame yang beli. Iya kan Bah?
Abah Mo tersenyum lebar, kelihatan giginya yang ompong. Semua tertawa hangat.
IPUL
Ini yang udah lama kita lupakan. Harusnya kita saling mendukung kayak gini. Walaupun kita semua punya cara buat nyari untung lebih, tapi gua yakin di antara kita gak ada yang tega pake cara yang bikin anak-anak sampe masuk rumah sakit.
Semua mengangguk setuju.
EGA
(ke Deni)
Tapi, Bang, kalau buat lu, gua gak bisa belain, kecuali lu ganti pakai es batu yang air matang.
Deni tersentak kaget.
DENI
Kok lu tau sih?
IPUL
Semua juga tau kali.
Semua menyoraki Deni.
DENI
Iya, iya, ntar gua ganti.
Semua tertawa riang. Ipul lalu menjulurkan tangannya.
IPUL
Ayo kita rayain kembalinya paguyuban kita.
Semua ikut menjulurkan tangannya. Saling bertumpuk.
IPUL
Jajanan!
SEMUA
Bersatu!
Semua kompak mengangkat tangannya sambil tertawa riang. Ega ikut tertawa. Mereka lalu balik ke gerobak masing-masing. Saat Ega berbalik, dia menabrak FARHAN (25).
Ega
Maaf, Mas.
Saat Farhan menatap Ega, dia terbelalak kaget. Dia mengamati wajah Ega.
FARHAN
Kamu Ega kan? Masih inget gua gak? Dulu kita duduk sebangku pas sekolah di sini!
Ega memiringkan kepalanya, mencoba mengingat.
EGA
Farhan?
Farhan gelisah.
FARHAN
Ah, Junaidi! Nama Bapak gua Junaidi. Ingat kan?
Ega tercengang sambil menunjuk Farhan.
EGA
Ah, Junadi!
Farhan tertawa dan langsung memeluk Ega. Setelah melepas pelukannya Farhan melihat Farhan dari kaki hingga kepala.
FARHAN
Wah udah lama banget ya... Udah berubah banget lu.
EGA
Lu yang berubah, gua sampai gak ngenalin lu. Lu ngapain di sini?
FARHAN
Hehe biasalah, istri gua gak bisa jemput anak gua, jadi gua yang deh jemput. Tuh anak gua!
ANAK FARHAN datang menghampiri mereka.
FARHAN
Eh, lu ngapain di sini? Anak lu juga sekolah di sini?
Ega tersentak, baru sadar.
EGA
Eh, gua...
ANAK FARHAN
Bang, beli, Bang!
Farhan menengok ke Anaknya yang berdiri di depan gerobak telur gulung, menghadap ke Ega. Farhan menatap ke Ega. Ega membuang muka.
ANAK FARHAN
(lebih keras)
Bang, beli, Bang!
Ega masih diam. Anak itu lalu menarik baju Ega.
FARHAN
Dek, jangan sembarangan, ini bukan abangnya.
ANAK FARHAN
Lah? Kemarin aku beli sama abang ini kok.
FARHAN
(kaget)
Hah? Beneran, Ga?
Ega tersenyum canggung. Dia lalu membuat telur gulung untuk Anak Farhan. Farhan menatapnya berkaca-kaca.
FARHAN
Ya ampun, sekarang lu jadi jualan ginian, padahal dulu lu kan pinter, gua sering nyontek sama lu.
Ega tersenyum canggung. Dia memberikan telur gulung ke Anak Farhan. Anak Farhan mau memberikan uang dua ribu rupiah, tapi Farhan memberikan uang seratus ribu ke Ega.
FARHAN
Nih, Ga, Ambil aja kembalinya.
Farhan menjabat tangan Ega, matanya berkaca-kaca.
EGA
Gak usah, ini gue...
FARHAN
Udah... Gua tau lu orangnya gak enakan. Ini anggap aja balas budi gua buat lu.
EGA
Nggak, nggak, uang gua cukup, kok.
Farhan tersenyum bangga.
FARHAN
Salut gua sama lu, udah hidup susah kayak gini, tapi masih tetap bersyukur.
Ega melongo. Farhan menepuk bahu Ega.
FARHAN
Makasih ya, Ga. Tadinya gua mau resign dari kantor gua karena merasa bosan, tapi setelah ketemu lu, gua jadi semangat kerja lagi.
Ega tersenyum kesal.
EGA
Eh, tapi lu jangan kasih tau ini ke siapa-siapa ya.
FARHAN
Oh, tenang, gua gak akan cerita kok. Soalnya nanti mereka juga bakal tau sendiri.
Ega tampak bingung.
EGA
Maksud lu?
FARHAN
Kan Hari Minggu ini kita ada itu.
Farhan menunjuk ke atas gerbang, tampak ada spanduk bertuliskan, "REUNIAN AKBAR". Ega terbelalak kaget.