Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Egg, Roll, Action!
Suka
Favorit
Bagikan
3. Part 3

26. EXT. DEPAN SD - MOMENTS LATER

Ega baru saja selesai melayani pembeli terakhir. Dia menerima uang lalu memasukkan ke laci, tampak laci kini penuh uang.

Ega menyeka keringatnya.

EGA
Haduh, capek bener.
(beat)
Oke, ini saatnya penyelidikan. Gua harus mengamati para penjual di sini.

Ega mengamati sekitarnya.

Pertama, dia mengamati Penjual Fried Chicken Mini, UDIN (30), badan kekar, wajah galak, sedang mengaduk adonan ayam tepung di baskom. Ada anak yang beli.

ANAK PEMBELI 1
Bang, beli ayam-ayaman.

Udin menggebrak adonan.

UDIN
Sembarangan Ayam-ayaman! Ini Ayam beneran! Tuh baca gerobaknya. UFC. Udin Fried Chicken.

ANAK PEMBELI 1 ketakutan.

ANAK PEMBELI 1
Gak jadi beli deh, Bang.

Anak Pembeli 1 kabur.

Ega menggelengkan kepala.

EGA
Penjual jajanan SD tapi galak sama anak-anak. Hmm... mencurigakan.

Ega lalu melihat ke arah lain.

Tampak Penjulan Es Kocok, DENI (28), berbadan kurus, wajah lumayan, bergaya ala barista, tapi memakai tas pinggang. Deni menyerut es balok ke dalam cup, lalu menuangkan bubuk minuman sachet, lalu menutupnya dengan cup lagi. Dia lalu menggenggam dua cup yang saling menutup itu dan mengocoknya dengan menggunakan tangan seperti barista.

Setelah itu, dia buka cup-nya, dan tampak kini es serut sudah berubah warna sesuai rasa pada bubuk minuman tadi. Lalu dia memberikannya dengan elegan kepada ANAK PEMBELI 2.

ANAK PEMBELI 2
Wih, Abang Deni memang jago banget ngocoknya. Belajar di mana, Bang?

Deni tersenyum.

DENI
Belajar ngocok? Ya otodidak dong.
ANAK PEMBELI 2
Yaudah, Bang, dua ribu kan?

Anak Pembeli 2 menyerahkan uang lima ribu rupiah.

DENI
Waduh gak ada kembalinya. Abang bikinin satu lagi aja ya!
ANAK PEMBELI 2
Ah... Nanti saya dimarahin ibu saya kebanyakan minum es. Yaudah kembalinya buat Abang aja deh.
DENI
Makasih, ya.

Anak Pembeli 2 pergi, Deni tersenyum licik, dia membuka tas pinggangnya, tampak banyak uang pecahan sua ribu mencuat.

Ega memicingkan mata ke Deni.

EGA
Penjual licik kayak gini sangat mencurigakan.

Ega lalu melihat ke arah lain.

Tampak beberapa penjual jajanan lainnya, tapi terlihat biasa saja, seperti cilok, batagor, papeda, sosis bakar.

EGA
Kayaknya gak ada yang mencurigakan lagi.

Perhatian Ega teralihkan oleh ABAH MO (52), rambut putih, jualan gulali warna-warni. Dia sedang membentuk gulali menjadi bunga, lalu memberikannya kepada seorang anak-anak yang membayarnya memakai uang recehan. Abah Mo tersenyum.

Ega tersenyum lirih melihat itu.

EGA
Wah masih ada ya yang jualan gituan. Dia juga kayaknya paling sepi yang beli, gak mencurigakan. Kalau ada banyak korban, kemungkinan terbesarnya adalah penjual yang paling rame pembeli.

Ega melihat ke kerumunan anak-anak.

EGA
Itu dia!

Tampak IPUL (31), abang penjual mainan, bergaya ala Steve Job, kaos hitam polos dan jeans, sedang berdiri memegang sebuah pulpen. Di hadapannya tampak Anak-anak berkerumun, menyimak.

IPUL
(seperti presentasi)
Kalian yang udah kelas 3 ke atas pasti sudah memakai pulpen seperti ini. Pulpen itu gak enak, kalau salah harus di-tip-x. Kalian jadi harus bawa pulpen dan tip-x. Ribet kan? Tenang...
(menepuk dadanya)
Abang Ipul punya solusinya.

Ipul mengeluarkan pulpen dengan di ujung atasnya ada tip-x.

IPUL
Ipul Pen. Pulpen dan tip-x dalam satu gadget yang mudah dibawa.

Tampak anak-anak terkagum-kagum. Mereka langsung berebutan membeli.

EGA
Dari dulu, abang mainan memang paling rame. Bisa jadi itu pulpen narkoba kayak jaman dulu. Gua harus coba deketin dia.

Ega bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Ipul. Namun, ketika Ega sudah dekat ke Ipul, di hadapannya muncul SATPAM (38), Laki-laki, buncit, sorot mata menantang.

SATPAM
Lu baru ya? Gua yang jaga di mari.

Satpam menegadahkan tangannya, menagih. Ega menatap tangan Satpam, lalu menyalaminya. Satpam terkejut, langsung menepis tangan Ega.

SATPAM
Malah disalamin, lu kira lebaran? Bayar!
EGA
(bingung)
Bayar apaan, Bang?
SATPAM
Ya uang kebersihan, lu kan udah jualan di sini. Kayak baru aja lu ah jualan jajanan di SD.
(melirik curiga)
Atau jangan-jangan lu emang bukan penjual jajanan ya? Lu intel ya?!

Ega terperangah.

IPUL (O.S.)
Eit.. Eit... Eit...

Ipul datang menghampiri Ega dan Satpam. Ipul langsung berdiri di tengah mereka.

IPUL
Sabar, Bang, jangan marah-marah. Kasian ini anak baru. Nih, biar gue yang bayarin uang kebersihannya.

Ipul memberikan uang kepada Satpam.

IPUL
Dah, aman kan?

Satpam mengantongi uang dari Ipul, lalu berjalan pergi dengan menatap tajam ke Ega.

Ega
Makasih, Bang. Tadi berapa? Biar saya gantiin.
IPUL
Ah selow, sesama penjual jajanan SD itu harus saling membantu. By the way...
(menjulurkan tangan)
IPUL.

Ega menjabat tangan Yadi.

EGA
Ega.
IPUL
Ngomong-ngomong tadi lu mau ngapain ke sini?

Ega tersentak bingung.

EGA
Oh, gapapa, cuma mau kenalan aja tadinya. Ngajak ngobrol. Soalnya saya tadi berasa yang lain ngelihatinnya gak enak aja. Takut saya gak sopan tiba-tiba jualan di sini.
IPUL
Oh, selow. Asal gak jualan yang sama, kita gak ada masalah. Malah senang, makin rame. Anak-anak jadi semakin tertarik buat jajan. Mereka jadi pada sinis gitu, soalnya belakangan lagi ada masalah di sekolah ini.

Ega melirik tajam.

EGA
Masalah apa, Bang?

Ipul mendekatkan dirinya ke Ega

IPUL
Di sekolah ini, ada beberapa murid yang sakit misterius. Sampai rumah sakit. Ada yang bilang keracunan, ada yang bilang kena narkoba.

Ega tampak tegang.

EGA
Terus kata pihak sekolahnya apa?

Ipul mengepalkan tangannya kesal.

IPUL
Mereka nyalahin kita, katanya gara-gara makanan kita gak bersih. Tadinya kita semua ini jualan di dalam sekolah. Tapi karena kasus itu, kita diusir, gak boleh jualan di dalam sekolah lagi. Padahal gak ada buktinya kalau itu salah kita.

Ega terdiam.

IPUL
Akhirnya ya mereka semua jadi begini, saling curiga satu sama lain. Padahal tadinya kita sebagai sesama penjual jajanan SD itu solid. Gua rasa ini konspirasi untuk memecah belah kita.

Ega tampak berpikir.

EGA
Jadi itu alasannya kenapa mereka sinis ke saya?
IPUL
Ya gitu lah, tapi gak usah ambil pusing, kan lu baru, berarti bukan lu pelakunya.
ANAK PEMBELI 3
Bang, beli, Bang!

Ipul menengok ke Anak Pembeli 3 yang berdiri di depan lapaknya.

IPUL
(ke Ega)
Yaudah, nanti lagi ya.

Ipul meninggalkan Ega. Ega melihat ke para penjual lainnya. Mereka menatap sinis ke Ega.

27. EXT. DEPAN SD - MOMENTS LATER

Sekolah tampak sudah sepi, para penjual sudah pulang. Tinggal Ega sendiri duduk berpikir serius. Tampak Satpam hendak menutup gerbang, kaget melihat Ega.

SATPAM
Lah ngapain lu masih di sini? Udah gak ada orang! Pulang sana! Gak punya rumah lu?

Ega tersentak. Dia langsung menelpon Komandan. Diangkat.

EGA
(berbisik)
Halo, Komandan, ini saya Ega. Izin bertanya, ini saya pulang ke mana ya?
KOMANDAN (V.O.)
Astaga, saya kira ada hal darurat. Kamu masalah gini aja nelpon saya. Ya rumah kamu kan dekat dari situ, ya kamu pulang aja.

Ega terkejut.

EGA
Tapi, Komandan...

Terdengar Komandan menutup teleponnya. Ega menggeram kesal dan bingung.

28. EXT. HALAMAN RUMAH - DAY

Ega berdiri di depan rumah sambil memikul gerobaknya.

EGA
Aduh, masa gua pulang bawa ginian sih? Jelasinnya gimana? Tapi mau tidur di mana lagi, HP, dompet, semua di markas.

Ega berjalan mondar-mandir, bingung.

Ega berbalik mau pergi, tapi ada BAPAK (50) pulang dengan memikul gerobaknya. Mereka berdua saling tatap, kaget.

IBU (O.S.)
Ega?!

Mereka menengok ke depan rumah, tampak IBU (46) berdiri di depan pintu, kaget.

Dari sudut pandang Ibu kita bisa melihat Ega dan Bapak yang sebelahan berdiri memikul gerobak.

Ega menghela napas, pasrah.

29. INT. RUANG DEPAN - DAY

Ega, Bapak, dan Ibu berkumpul duduk di depan TV. Ibu melotot melihat Ega, Bapak menunduk, Ega membuang muka.

EGA
Ega gak bisa jelasin, tapi ini gak kayak yang Bapak Ibu lihat. Ega begini cuma sementara.

Ibu duduk dengan gelisah, bingung, marah.

IBU
Cuma sementara juga, tetap aja ibu gak ngerti kenapa kamu jadi jualan telur gulung kayak Bapak gini? Kemarin katanya kamu kerja. Ibu kira ya kerja kantoran. Kalau gini, ya kamu ngapain kuliah?
BAPAK
Bu... Ega kan udah jelasin, ini gak kayak yang ibu lihat. Bapak yakin kok Ega gak akan jadi kayak Bapak.

Ega terdiam. Ibu tetap gelisah.

IBU
Tapi, Pak...
BAPAK
Udah, Bu. Kemarin kan Ibu bilang katanya takut kalau Ega abis kerja, gak pulang lagi. Nah, ini Ega pulang. Kok malah marah?

Ibu terdiam. Ega melirik ke Bapak. Bapak tersenyum.

BAPAK
Yaudah, ayo kita makan bareng.

30. INT. RUMAH. RUANG DEPAN - NIGHT

Tampak Bapak dan Ibu tidur di kasur lantai di depan TV. Ega terduduk lemas, menyender ke dinding sambil memegang HP layar retaknya untuk video call dengan Nathya.

NATHYA (V.O.)
Kalau kamu gak cerita, ya gimana aku bisa tahu masalahnya?
EGA
Ya kan kamu tahu sendiri, misi aku itu rahasia. Aku cuma ingin denger kamu nyemangatin aku aja.
NATHYA (V.O.)
(manja)
Semangat ya, sayang...

Ega tersenyum.

NATHYA (V.O.)
Yaudah, aku udah ngantuk. Kamu cepetan ya selesaiin misinya. Biar bulan depan bisa ke nikahan sepupu aku. Bye.
EGA
Bye.

Ega menaruh HP-nya, lalu meringis memegangi pundaknya.

EGA
Ah, gara-gara mikul gerobak nih pasti. Baru kerasa pegelnya. Baru sehari aja sakitnya udah begini, gimana kalau tiap hari.

Ega tersentak, dia melihat ke Bapak yang tertidur. Ega merenung. Dia lalu bangkit dan berjalan masuk ke ruang tengah/kamar.

31. EXT. HALAMAN RUMAH - MORNING

Sinar matahari menyinari dua gerobak yang terparkir di halaman rumah. Pintu terbuka, Ega dan Bapak keluar, dengan setelan yang mirip.

Ega dan Bapak saling menatap canggung.

BAPAK
Kamu mau jualan di mana, Ga?
EGA
Oh, di SD Ega dulu, Pak.

Bapak mengangguk.

BAPAK
Yaudah, Bapak duluan ya.

Bapak memikul gerobaknya lalu berjalan pergi dengan cepat.

32. EXT. DEPAN SD - DAY

Bel berbunyi.

Tampak anak-anak masih jajan di luar. Satpam keluar.

SATPAM
Udah bel! Ayo masuk! Masuk! Gua tutup nih gerbangnya!

Anak-anak berlarian memasuki gerbang.

Ega menyeka keringatnya lelah, ia membuka laci, lalu memasukkan uang yang ada di atas gerobaknya.

Dia melihat ke teko untuk adonan telur tampak sudah sedikit.

EGA
Eh, udah tinggal sedikit. Bikin sekarang deh, biar nanti siang gak ribet.

Ega memecahkan beberapa telur ke dalam teko, memberikan beberapa sendok garam, lalu mengaduknya dengan sendok panjang.

Ipul datang menghampiri Ega.

IPUL
Wih laris nih kayaknya.

Ega menengok dan hanya tersenyum basa-basi. Ipul melihat ke laci gerobak Ega yang terbuka. Uangnya cuma sedikit.

IPUL
Itu tadi laku segitu banyak, cuma segitu dapetnya?

Ega melihat ke telunjuk Ipul yang menunjuk ke laci gerobanya.

EGA
(sambil menutup laci)
Iya.

Ipul mengernyitkan alisnya heran. Dia lalu mengamati teko telur yang digenggam Ega.

IPUL
Itu adonannya telor doang?
EGA
Ya sama garam paling, kenapa?

Ipul tertawa merendahkan.

IPUL
Pantesan. Kayaknya lu emang beneran baru jualan ya? Nih gua kasih tau, jualan di SD itu lu mesti kreatif. Kreatif bikin jajanan buat anak-anak dan kreatif buat ngakalin cost produksi.
EGA
Maksudnya?
IPUL
Anak-anak itu suka jajan, tapi duit jajannya terbatas. Jadi lu mesti nekan cost produksi biar lu bisa jual dengan harga terjangkau sama mereka. Modal sekecil-kecilnya, Untung sebesar-besarnya.
(beat)
Contoh, lu bisa campur telor sama tepung, biar jadi lebih banyak.

Ega bingung.

EGA
Emang harus?
IPUL
Ya terserah sih, cuma ya namanya bisnis lu harus punya cara buat berkembang. Kalau nggak, ya lu bakal gini-gini aja. Memang mau lu sampe tua jualan telur gulung?

Ipul berjalan pergi. Ega merenung. Dia menatap ke teko telur di tangannya.

CUT TO:

33. EXT. RUMAH - FLASHBACK 

Ega Kecil duduk di depan Bapak diajarkan cara memecahkan telur ke dalam teko. Ega Kecil tersenyum.

EGA KECIL
Abis itu?
BAPAK
Kasih garam.

Ega Kecil mengambil garam, menyendoknya hingga menjulang.

BAPAK
Eh eh eh, kebanyakan. Nanti keasinan. Dikit aja.

Ega Kecil menuang garam perlahan kembali ke wadahnya.

BAPAK
Terus, terus, terus, up...

Ega Kecil berhenti, lalu menuangkan garam yang tersisa di sendok ke teko telur.

EGA KECIL
Abis itu?
BAPAK
Udah, tinggal diaduk.

Ega Kecil mengambil sendok lalu mengaduk telur.

EGA KECIL
Udah gini doang? Kok gak dikasih apa-apa lagi? Emang untung?
BAPAK
Ya untung, gak perlu banyak-banyak. Jadi pedagang itu harus jujur.
EGA KECIL
Kalau bukan pedagang berarti gak harus jujur dong?

Bapak tertawa.

BAPAK
Ya jadi apa aja juga harus jujur.

BACK TO:

34. EXT. DEPAN SD - SIANG

Ega merenung, matanya tampak berkaca-kaca. Dia menyekanya, lalu kemudian memperhatikan para penjual jajanan lain.

EGA
(bergumam)
Anak-anak keracunan karena jajanan yang mereka makan. Dan Para penjual jajanan memakai cara untuk bisa lebih untung. Berarti gua harus cari tahu siapa penjual yang caranya udah berlebihan.

BEGIN MONTAGE

35. EXT. PASAR - MORNING

Ega mengikuti Deni mendatangi tempat pembuatan balok es batu, dan membelinya. Ega melihat balok es batu itu diangkut ke mobil. Ega memicingkan matanya.

36. EXT. PASAR IKAN - MORNING

Ega melihat mobil pengangkut balok es tadi, dan es es tersebut digunakan untuk mendinginkan ikan. Ega terbelalak. Dia mengeluarkan buku catatan. Dia menulis. Es Kocok = Air mentah.

37. EXT. DEPAN SD - DAY

Deni menyerut balok es dengan tersenyum. Anak-anak menyendok es kocok buatan Deni dengan riang.

Ega menggelengkan kepala melihatnya. Dia lalu melihat ke Udin yang sedang mengadon ayam.

38. EXT. PASAR - MORNING

Ega mengikuti Udin ke PENJUAL AYAM, tampak dia membeli ayam beneran. Setelah Udin pergi, Ega menghampiri PENJUAL AYAM, dan bertanya. Ega lalu membuka buku catatan. Mencoret "Ayam-ayaman" lalu menuliskan "Ayam Beneran". Tambahan lagi, "Bukan Tiren". "Halal".

39. EXT. DEPAN SD - DAY

Tampak Udin mengadon ayam, lalu menuangkan tepung terigu.

40. EXT. PASAR - MORNING

Ega mengikuti Udin ke toko sembako. Dia melihat Udin membeli tepung. Setelah Udin pergi, Ega menghampiri PENJUAL SEMBAKO. Dia bertanya. Dia lalu membuka buku catatan. "Tepung Terigu biasa". "Halal". "Murah".

41. EXT. DEPAN SD - DAY

Tampak Udin mengadon ayam, masih menuangkan tepung terigunya.

Ega yang mengamati itu, mengangguk. Dia membuka buku catatannya. Dia menulis. "Bahan Bener. Takaran Ngawur. Ayam 1 : 10 Tepung".

Ega kemudian melihat ke Abah Mo.

42. EXT. PASAR - MORNING

Ega mengikuti Abah Mo ke pasar. Dia cuma membeli gula, dan pewarna alami. Ega membuka buku catatannya. "Gulali = Aman?"

END OF MONTAGE

43. EXT. DEPAN SD - DAY

Ega menutup buku catatannya.

EGA
(bergumam)
Yang paling parah si tukang es kocok, tapi itu paling hanya bikin sakit perut. Kalo anak-anak sakit pas mereka masih jualan di kantin, kayaknya gua harus meriksa ke kantin.

Ega berjalan mendekati gerbang, tapi saat hendak melangkah masuk, dia dihadang Satpam.

SATPAM
Eh, eh ,eh mau ke mana lu? Kalau mau jualan di luar aja. Di dalam khusus buat yang bayar sewa kantin.
EGA
Oh... kalau gitu saya mau lihat kantinnya boleh?

Satpam tertawa merendahkan.

SATPAM
Gak bakal sanggup lu bayar uang sewanya. Udah jualan di sini aja. Udah enak gua kasih murah.

Ega menahan kesal.

EGA
Ya lihat doang masa gak boleh, Bang?
SATPAM
Nggak! Yang boleh masuk ke sekolah ini, cuma yang punya keperluan. Kalau ada apa-apa, gua yang disalahin.

Satpam melotot tegas. Ega akhirnya berjalan ke tempat berjualannya kemarin. Dia menurunkan gerobaknya dan menatap tajam ke Satpam.

EGA
(bergumam)
Gua harus cari cara buat masuk ke dalam.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar