Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
E = mc2
Suka
Favorit
Bagikan
13. PISAH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

BAB 13. PESAN ABAH

CUT TO:

61. INT. RUMAH ORTU MIRA — PAGI

Cast: MIRA, NANANG, EXTRAS

Dalam ruang tamu 3x4 meter, tampak seperangkat meja kursi tamu dari bambu. Lantai ubin, dinding bawah bata atas kayu, plafond bilik. Ruang tampak sederhana namun rapi. Jendela kaca lebar tertutup gorden tipis/vitrase, sehingga cahaya dalam ruang terang, tapi tidak menyilaukan mata.

(AUDIO:) Lagu Ayah – Koes Plus.

NANANG dan ABAH MIRA duduk berdekatan. MIRA masuk ruangan membawa tiga cangkir minuman dan sepiring pisang goreng. (ZI:) Pisang goreng kipas. Lalu MIRA duduk di sebelah NANANG.

ABAH
Silakan Nang, mumpung hangat. Ini pisang khusus buat kamu.
Ambu yang goreng tadi sebelum berangkat ngaji.


NANANG mengambil cangkir dan menyeruputnya. Lalu dia ambil sepotong pisang goreng, kemudian mengunyahnya.

(GROUP SHOT:) ABAH, NANANG, MIRA.

ABAH
Kalian sudah berumah tangga lima tahunan. Setahun terkhir ini Mira kerja di Hongkong. Walau berjauhan, kalian akur rukun.
Kenapa sekarang kepikiran pisah?
 MIRA
Pasienku pindah ke Kanada, Abah, ikut anaknya. Mereka minta aku ikut juga. Aku udah punya visa kerja di sana. Mereka yang urusin semua.  
ABAH
Nanang setuju Mira kerja di sana?
NANANG
Saya tahunya juga baru kemarin, Abah. Padahal tiap hari kami video call, Mira gak pernah cerita, apalagi minta izin.
ABAH
Terus karena ini kalian memutuskan pisah?
NANANG
Mira yang minta pisah, Abah.


ABAH geleng kepala. (OVER SHOULDER SHOT:) ABAH melihat NANANG dan MIRA.

NANANG
Kalau saya gak izinkan Mira pergi, dia pasti menderita, Abah. Kita semua tahu, dari kecil Mira punya cita-cita hidup di luar negri dan keliling dunia.
Selama ini saya kerja, usaha, nabung, supaya satu hari nanti kami, Mira dan saya bisa jalan-jalan, liburan ke luar negri.
Tapi saya gak mau kerja dan hidup di negara orang. Di sini banyak yang kita bisa kerjakan, kenapa harus ngurusin negara orang. 


ABAH
Mira, kamu harusnya bersyukur punya suami setia, tanggung jawab, dan berusaha terus untuk memenuhi mimpimu. Buat apa susah payah mengejar impianmu sendirian? Kalau suamimu sanggup memenuhi mimpimu itu!
Menikah itu masalah kompromi, Mira. Kalian sudah menjalaninya lima tahun, gak pernah Abah dengar atau tahu, kalian bertengkar hebat. Kenapa sekarang tiba-tiba kamu minta cerai?
Kamu selalu ingin menang sendiri. Nanang harus turuti kemauanmu.
Di luar sana banyak perempuan yang berharap punya suami seperti Nanang. Kamu malah minta cerai. Menyesal kamu nanti, Mira.


Abah menggosok tangannya ke pelipis. Raut wajahnya tegang menahan emosi.

MIRA
Tapi, Abah, kesempatan kerja di luar negri, gak datang setiap waktu. Tambah lagi majikanku baik.
ABAH
Kamu ini aneh. Lebih milih hidup dengan majikan, daripada hidup merdeka bersama suami.

 

NANANG tersenyum masam. MIRA melirik NANANG dan ABAH.  

ABAH
Apa jangan-jangan kamu ada hubungan mesra dengan majikanmu?
MIRA
Astaghfirullah, Abah. Pasienku sudah uzur, jauh lebih tua dari Abah. Dia udah gak bisa ngapa-ngapain. Aku juga gak punya perasaan macem-macem ke dia, atau ke keluarganya.


Wajah MIRA tampak gusar. NANANG merangkul bahu MIRA, menenangkannya.

MIRA
Sebetulnya aku minta cerai, karena aku gak enak ke Kang Nanang. Kami sudah berjauhan setahun ini. Selama itu aku gak melayani kebutuhan Kang Nanang. Makin jauh nanti aku di Kanada, makin mahal ongkos pulangnya. Gak mungkin aku bisa pulang setiap tahun. Kebayang kan, Abah, tersiksanya Kang Nanang.


ABAH
Nah, itu kamu ngerti, kamu udah bikin Nanang tersiksa. Ya udahlah, Mir, batalin aja kontrak kerjamu. Kompromikan cita-citamu dengan keadaanmu sekarang. Kamu istri Nanang, Mira! Ingat itu! Kamu bukan gadis single yang bisa ke mana aja tanpa izin suami.

MIRA menunduk.

ABAH
Nanang juga harus tegas jadi suami. Kalau istrimu bertingkah macem-macem kayak gini, jangan di-iya-iya-in aja! Kamu sendiri yang susah belakangannya.

NANANG menahan senyum getir.

NANANG (VO:)
Heh, kena semprot juga aku. Serba salah, bebasin istri mengejar cita-citanya, aku merana. Tapi melarang dia pergi, membuatnya gak bahagia. Trus, aku musti gimana?  
 ABAH
Bagaimana, Mira? Nanang?
MIRA
Aku tetep ke Kanada, Abah.


ABAH geleng kepala, lalu memijit pelipisnya.

MIRA
Selama ini aku berusaha membahagiakan Kang Nanang, Abah. Tapi aku cuma manusia biasa. Bukan robot yang bisa disetel keinginan dan cita-citanya. Sekarang aku punya kesempatan untuk meraihnya.
Aku terima Abah dan Kang Nanang bilang aku egois, gak tahu diuntung, dan lainnya. Tapi, tolonglah, aku juga punya hak untuk menjadi diriku sendiri.
Selama ini aku sudah kompromi untuk mendampingi dan patuh pada keinginan Kang Nanang, dan mati-matian kutundukkan kemauanku sendiri. Sekarang aku gak sanggup untuk kompromi lagi.

MIRA menarik napas.

MIRA
Aku selalu berdoa supaya Kang Nanang ketemu perempuan yang jauh lebih baik dari aku. Perempuan yang setia menjadi istri Kang Nanang, bisa membahagiakan Kang Nanang lahir batin.


NANANG menunduk sedih memandangi meja. ABAH memegangi pelipisnya. 

ABAH
Prosedur perceraian biasanya butuh waktu setahun. Abah harap, dalam masa itu, pikiranmu berubah, Mira. Mudah-mudahan kalian berdua tetap berjodoh.


MIRA (menggeleng)
Jangan, Abah. Kasihan Kang Nanang kalau kelamaan tunggu aku.
Abah kan kerja di Kelurahan. Tolong Abah bantu mempercepat semua urusannya, supaya kami segera leluasa mengatur masa depan sesuai impian kami masing-masing.


NANANG
Kalau keputusan Mira sudah gak bisa ditawar lagi, aku harus terima, Abah.
Aku serahkan Mira kembali ke Abah.
Sebagai bekas menantu, Abah tetap mertuaku yang terbaik. Dan kita tetap bersaudara.


Suara NANANG kian berat dan terbata-bata. NANANG mengulurkan tangan ke ABAH, lalu NANANG mencium tangan ABAH.

NANANG
Aku pamit, Abah. Mira masih punya cuti seminggu, bisa tinggal di sini lebih lama. Aku musti pulang hari ini juga ke Jakarta.


Mereka bertiga berdiri. ABAH memeluk NANANG. Bahu NANANG berguncang hebat menahan tangis. MIRA mengelus punggung NANANG.

(AUDIO:) Lagu Terlambat – Koes Plus

CUT TO:

62. INT. MOBIL DAYAT — PAGI

Cast: MIRA, DAYAT.

INSERT TEXT: DUA HARI KEMUDIAN.

(AUDIO:) Lagu Hatiku Beku - Koes Plus.

Sinar matahari pagi belum sempurna benderangnya. MIRA sudah duduk di samping pengemudi DAYAT, dalam mobil tujuan Jakarta.

DAYAT
Belum juga seminggu kamu pulang, Mir. Udah gak betah ya tinggal di kampung?
MIRA
Gak kuat aku, Yat. Dan gak nyangka, gahar-gahar orang di sekitarku sekarang. Setiap aku keluar rumah ketemu keluarga, tetangga, teman… gak malu-malu mereka nodong minta duit.
Mereka pikir aku kerja di Hongkong nyapuin duit, apah?
Cuma kamu Yat, satu-satunya teman yang gak malakin aku.


DAYAT
Aku paham banget, Mir. Aku pernah kerja di kapal cargo. Setiap empat bulan melaut, dapat cuti seminggu. Aku males pulang, karena takut dipalakin orang sekampung.


MIRA
Ngeri ya Yat. Padahal temen-temen kita masih muda. Badan masih kuat bukannya dipakai buat kerja yang bener.
Tapi mungkin salah yang ngasih duit juga.
Teman-teman kita jadi mikir, ngapain capek-capek kerja, kalo ada yang bisa dipalakin.


DAYAT (tertawa)
Eh, di Jakarta nanti kita langsung ke restonya NANANG, yah? Jam pagi ‘ganjil – genap’ sampe jam sepuluh, kan. 


MIRA (mengangguk)
Aman, Yat.

Mobil DAYAT terus melaju di jalan tol.

CUT TO:

63. EXT. RUKO ASRI ABADI — PAGI

Cast: MIRA, NANANG, SANDE, DAYAT

Di seberang jalan ruko, mobil DAYAT berhenti menurunkan MIRA. DAYAT membantu mengeluarkan koper dari bagasi. DAYAT melambaikan tangan ke NANANG di seberang, tapi NANANG tidak melihatnya. Karena NANANG sedang sibuk memunggah kotak-kotak makanan ke dalam mobil-mobil pembelinya. Di depan resto terparkir 5 mobil pembeli.

DAYAT lalu bersalaman dengan MIRA, kembali masuk mobil, dan terus melaju.

MIRA melihat SANDE berdiri di dekat mobilnya. NANANG memasukkan kotak-kotak pesanan SANDE ke dalam mobilnya. Wajah NANANG tampak lelah dan muram. SANDE memegang lengan NANANG dan menatapnya cukup lama.

Seketika MIRA ingat, pernah tak sengaja ketemu SANDE di Bandara.

(INSERT FLASHBACK:) SCENE 8

Dari luar taxi SANDE negosiasi dengan EXTRA/DRIVER, agar boleh masuk.

SANDE
Sudah satu jam saya antri, gak dapat taksi, tolonglah Pak.

EXTRA menggeleng, tangannya menolak. Tapi SANDE tetap memaksa masuk ke dalam taxi.

NANANG membukakan pintu untuk SANDE. Tampak terkejut SANDE, tapi langsung tersenyum dan memandang NANANG.

SANDE
Terima kasih, Pak.

NANANG membalas senyum, lalu mengangguk. Kemudian dia mendorong koper dan berjalan di sebelah MIRA.

Raut wajah MIRA terlihat cemburu, tapi sok cuek.

(BACK TO PRESENT:)

MIRA tetap berdiri di seberang jalan ruko dan melihat NANANG berusaha senyum pada SANDE.

MIRA mengurungkan niat menyeberang jalan untuk mampir ke resto dan pamit ke NANANG.

(AUDIO:) Lagu Penyesalan – Koes Plus.

MIRA (VO:)
Lebih baik aku pamit lewat hape aja.


Kemudian MIRA menyetop taksi.

CUT TO:

64. INT.TAKSI — SIANG

Cast: MIRA, EXTRA/DRIVER.

Pengemudi/DRIVER taksinya ternyata sama dengan DRIVER yang dulu saat NANANG mengantarnya ke bandara.

DRIVER
Selamat siang. Tujuan ke mana ya, Bu?


DRIVER melihat MIRA dari spion.

DRIVER
Eh, maaf, sepertinya Ibu pernah naik taxi saya ini, ya?


MIRA membaca nama DRIVER di dashboard.


MIRA
Mm… rasa-rasanya iya, Pak Morgan. Kalo gak salah, Bapak yang anter saya ke Bandara, setahun yang lalu. Hebat daya ingat Bapak.


DRIVER (tersenyum)
Sekarang, ke bandara lagi, Bu? Terminal tiga lagi?


(POV) DRIVER: dari spion tampak MIRA mengangguk.


DRIVER (VO:)
Kenapa dia sekarang sendirian? Kayaknya, setahun lalu dia diantar suami atau pacarnya, yah? Mesra banget mereka waktu itu, kayak pengantin baru.
Eh, kenapa sekarang dia kelihatan sedih, bentar lagi pasti mewek nih…


MIRA (VO:)
Harusnya sekarang aku merasa bebas merdeka. Tapi ini… kenapa aku nangis? Nyesek juga melihat Kang Nanang merana seperti itu.
Abah betul, Kang Nanang adalah suami terbaik yang pernah kumiliki.
Tapi Kang Nanang lebih betul lagi, aku lebih mencintai cita-citaku.
Ampuni aku ya Tuhan, aku benar-benar perempuan egois, bikin Kang Nanang menderita.
Cuma, gimana ya Tuhan, impian Kang Nanang bumi-langit bedanya dengan impianku.
Kenapa dulu Kau pertemukan kami?


DRIVER
Ibu baik-baik aja kan?


MIRA buru-buru menghapus air matanya.


MIRA
Iya, Pak Morgan. Saya baik-baik aja. Kelilipan nih… ini mata.
MIRA (VO:)
Mudah-mudahan, perempuan yang mesra menatap Kang Nanang tadi, mampu membahagiakannya.

(AUDIO:) Lagu Kapan-kapan - Koes Plus.  

FADE OUT:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar