BAB 3. CEMCEMAN RAO
CUT TO:
17. INT. RESTO NANANG — SIANG
Cast: ASRI, NANANG, DARYA, RAO
(AUDIO:) Lagu Nusantara II - Koes Plus.
Dinding ruang makan resto Nanang Nusantara masih polos dan belum berdekor. Namun kursi dan meja berderet rapi. Resto kelihatan sepi. Hanya ada DARYA dan ASRI duduk berhadapan, memesan Soto Banjar - Banjarmasin - Kalimantan Selatan, Ikan Arsik - Sumatra Utara, Sate Rembiga - Lombok, untuk makan siang. Mereka berdua menunjuk foto masakan pada buku menu. (CU:) tangan, jari telunjuk dan foto masakan. (CU:) Foto masakan lengkap dengan nama dan daerah asal.
NANANG berdiri dan mencatat pesanan, lalu kembali bekerja sendirian di dapur.
Di sebelah DARYA terlihat koper kecil beroda. DARYA melirik ponselnya. (CU:) Jam 12:40 di ponsel DARYA.
ASRI
Keretamu berangkat jam berapa? Dari Gambir apa Senen?
DARYA
Gambir, Asri. Jam 20:45. MRT sampe sana kan?
ASRI
MRT baru sampai bunderan HI, Darya. Dari situ kamu nyambung pake bus Trans Jakarta, atau naik taksi ke Gambir. Bawaanmu cuma koper ini?
DARYA mengangguk.
DARYA
Sungkan aku kelamaan numpang di rumah kakakku. Nanti dari sini, aku langsung ke Gambir.
ASRI (terbelalak)
Haah? Ngapain lama-lama nunggu di Gambir. Masuk angin nanti kamu, gak ada yg kerokin lho. Abis makan siang ini, kalau kamu mau istirahat, di tempatku aja, sambil nunggu jam keretamu.
Tapi aku harus keluar lagi. Kamu kutinggal sendirian, gak papa, kan? Kalau ada apa-apa, minta tolong Nanang.
DARYA (tersenyum)
Terima kasih, Asri.
Tak lama kemudian NANANG datang membawa baki berisi piring-piring masakan. Sambil meletakkan piring ke meja, NANANG ikut usul ke DARYA.
NANANG
Asri, tadi kamu bilang mau naik busway langsung dari Bunderan HI ke Gambir? Setahuku, gak ada lho! Keluar MRT, naik busway ke Harmoni dulu, turun, trus ganti bus ke Pulo Gadung. Repot itu, Darya. Pake taksi aja, eh tapi, jam segitu jam pulang kantor, Sudirman – Thamrin macet total. Taksi berhenti, argo jalan terus.
DARYA terlihat bingung. ASRI tersenyum dan mulai mengorek piring di depannya. NANANG tertawa kecil.
NANANG
Sekarang kalian makan dululah, nanti bahas lagi rutenya.
ASRI
Kamu sudah makan, Nang?
NANANG mengangguk. Ditariknya kursi, lalu duduk di dekat Asri. DARYA menoleh ke arah NANANG, mengangguk dan tersenyum.
DARYA
Masih baru yah restonya? Kerja sendiri, Mas?
NANANG mengangguk lagi.
NANANG
Belum juga seminggu.
Sebelum makan DARYA memotret semua makanannya. ASRI tersenyum, lalu geleng kepala, meledek DARYA.
ASRI
Kayak GenZ selegram aja, Darya. Ngejar setoran konten.
DARYA
Haregene, Asri. Wajib kudu narsis, supaya tetap eksis.
Dari luar resto muncul RAO menawarkan pisau dapur.
RAO
Permisi, selamat siang, Kakak-kakak.
Seketika NANANG ingat RAO, RAO pun ingat NANANG. Mereka tertawa, saling tunjuk, lalu berjabat tangan dan menyebut nama masing-masing.
RAO
Dunia kecil kali ya Kak Nanang. Kapan itu kita duduk sebelahan di bus, sekarang bisa jumpa lagi.
Kemudian RAO permisi menggelar dagangannya di meja sebelah ASRI dan DARYA.
NANANG meneliti kualitas pisau RAO. ASRI dan DARYA hanya melirik. DARYA meneruskan pemotretan masakan NANANG.
NANANG
Maaf yah Bang Rao, pisaumu ini bukan untuk kerjaan di resto.
RAO
Ya… kalau bukan untuk Kak Nanang, sapa tahu Nona-Nona ini berminat.
DARYA (terbelalak)
Nona? Anakku seumuran kamu, Bang.
DARYA (VO:)
Salesman ini gak bisa bedain antara muji, becanda dan kurang ajar.
Dengan sopan RAO menguncupkan tangan ke dada. Kepalanya menunduk.
RAO
Maaf Kak, abis Kakak tampak muda kali.
DARYA (VO:)
Tuh, kan, belum juga kenal, dia udah sok dekat.
DARYA tak pedulikan RAO, dia terus sibuk memotret masakan NANANG.
ASRI mengambil sebilah pisau RAO dan menelitinya.
ASRI (melotot)
Jangan tersinggung ya Bang. Ini pisau? Apa silet? Tipis banget. Sekali iris, bengkok, atau mungkin langsung patah. Trus harus beli lagi. Abang untung, tapi pembeli rugi. Eh, maaf, ini jujur ya Bang, jangan marah. Tolonglah Abang jual pisau yang bermutu, pembeli senang, Abang juga senang. Dua pihak sama-sama untung.
Raut wajah RAO tak berubah, tak marah, tak tersinggung, tetap ramah.
RAO (tersenyum)
Kalau Kakak mau yang tebal, aku ada…
RAO membuka tasnya, mengeluarkan berbagai jenis pisau custom yang dijual secara khusus, tidak pasaran. Mata NANANG langsung berseri-seri dan tersenyum lebar. ASRI dan DARYA juga tampak terpukau.
(AUDIO:) Lagu Nusantara III - Koes Plus.
NANANG
Ini baru pisau, Bang Rao. Siapa yang bikin?
RAO
Pengrajin logam, pandai besi di Subang, Palembang, Malang, dan banyak tempat lain, Kak...
Kakak butuh keris, badik, cundrik, kurkhi, segala blade dalam dan luar negri pun aku ada, tapi gak kubawa. Kalau Kakak berminat, nanti aku datang lagi.
ASRI
Bang Rao tiap hari keliling jualan pisau-pisau ini? Capek gak? Untung berapa?
RAO mulai tampak resah dan ragu-ragu.
RAO (VO:)
Apa maunya dia ini? Kujawab jujur, nanti dia menghina. Kalau kubohongi untungku banyak, nanti dia pikir aku sudah kecukupan, terus dia gak jadi beli. Ah, bodok lah.
RAO menarik napas.
RAO
Capek banget, Kak. Untung pun tak seberapa.
ASRI
Gimana kalo Bang Rao pamer pisau custom nya di ruko saya, tapi harus yang top quality, bukan silet tipis kaleng-kaleng.
RAO menatap ASRI serius, tak percaya. ASRI menantang balik tatapan RAO.
ASRI
Mumpung hari ini saya lagi baik nih, Bang, ada promo, gratis 2 bulan, kalo Bang Rao sewa setahun.
RAO
Bayar sewanya pakai apa, Kak? Belum tentu saya bisa jual 1 pisau sehari.
DARYA selesai memotret masakan NANANG, memandang RAO, lalu nimbrung.
DARYA
Percaya gak percaya ya Bang, minggu lalu di kereta, Kak Asri ini usul, supaya saya selalu berpikiran positif dan fokus pada apapun yang saya kerjakan.
Seminggu ini saya di Jakarta, saya jauhi segala pikiran negatif, ditolak, gak laku, gagal… Pokoknya saya harus mampu dan berhasil.
Ndilalah ya Bang, entah itu kebetulan, atau memang fokus pikiran positif ini mendikte usaha saya supaya sukses… beberapa kenalan dan kerabat langsung pesan lukisan saya. Ada yang kasih DP, malah ada 3 pemesan yang bayar lunas dimuka.
Ini keajaiban? Atau memang benar usul Kak Asri: positive thinking and focus.
RAO memandang DARYA, ada sorot mata ragu, antara kagum dan tidak percaya akan apa yang baru didengarnya. (POV) RAO: penampilan dan kecantikan DARYA.
DARYA
Jadi, Bang, coba buktikan aja usulan Kak Asri. Kalau kita berpikir yang baik-baik, terus berusaha dan berdoa yang baik-baik juga, in syaa Allah, kejadian yang baik-baik pula terjadi pada kita.
(POV) ASRI: RAO terus-terusan memandangi DARYA.
ASRI
Bang Rao sudah makan?
RAO menggeleng. ASRI lalu berdiri dan menggeret satu kursi lagi ke mejanya.
ASRI
Tolong Nang, satu piring nasi putih untuk Bang Rao. Kita makan rame-rame yuk?
NANANG kemudian mengambil piring berisi nasi putih dan membawa ke meja untuk RAO.
Setelah mengucap doa, ASRI, DARYA, RAO mulai mengunyah. Seketika mata DARYA terbelalak.
DARYA
Edun, enak bingit masakanmu, Mas! Medok bumbunya, tapi gak kayak jamu, tepat takarannya.
RAO
Betul Kak, ikan arsik Kak Nanang, mirip masakan Mamakku…
ASRI
Nanang… kok dilawan?
Mereka tertawa. NANANG senyum-senyum salah tingkah. Sambil menikmati makanan, mereka terus bercakap-cakap, diselingi tawa. (AUDIBLE:)
ASRI
Gimana kalau Darya sewa satu lantai rukoku untuk ruang pamer lukisanmu. Mau itu dinamakan Gallery, atau Ruang Narsis, atau terserah sesukamulah. Abis itu, bikin event, undang semua teman dan saudaramu.
DARYA tersenyum, sorot matanya berseri-seri, mulutnya sibuk mengunyah.
ASRI
Jarak Jakarta-Jogja kan merepotkan. Nebeng di rumah kakakmu lama-lama juga rikuh atau segan. Gimana kalau kamu sewa lantai dasar untuk galeri, lantai satu untuk studio dan tempat tinggalmu.
Eh, maaf, ini penawaran untuk Bang Rao juga lho.
RAO tampak tersedak. NANANG buru-buru mengambilkan air bening.
NANANG
Ati-ati, Mbak Darya, Bang Rao. Aku udah kena rayuan Asri. Terpaksa deh, 1 unit ruko 4 lantai ini kusewa. Sales ampuh dia ini.
Berempat mereka tertawa lagi. Tapi tawa mereka langsung terhenti karena berisik bunyi notifikasi dari ponsel DARYA. Posting DARYA di medsosnya ramai responnya. (CU:) ponsel DARYA dengan deretan chat menanyakan lokasi resto NANANG.
NANANG
Mbak Darya posting apa sih?
DARYA (membaca ponsel)
Ayo buruan ke mari, hidden gem asli ori. NANANG NUSANTARA. Rasa juara, layanan prima, harga sodara. Mumpung masih sepi belum viral. Jangan sampe nyesel kalo nanti berubah, harus ngantre dan mahal.
RAO
Kak Darya... kok dilawan!
Berempat mereka tertawa lagi.
(AUDIO:) Lagu Nusantara IV - Koes Plus.
CUT TO: