Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Di Bawah Langit yang Sama
Suka
Favorit
Bagikan
16. Scene 16

16. INT. RUMAH PAK HASAN. RUANG UTAMA– MALAM

Suasana rumah Pak Hasan masih ramai di waktu selarut itu. Mereka mengerubungi meja makan seperti usai menyantap sebuah hidangan.

BU EMI

 Bian,segera cuci tangan. Ini ada traktiran gaji pertama dari abangmu.

Bian patuh dan segera kembali ke meja makan usai mencuci tangan di dapurnya.

PAK HASAN

 Darimana saja kamu baru pulang semalam ini?

Bian tercekat (beat). Saat ingin menjawab. Vino langsung nyeletuk.

VINO

 Ah, Paling pacaran, Pak.

BIAN

(Menyeringai pada Vino)

 Gak, pak, tadi ada urusan dikit sama teman.

Berusaha menyembunyikan masalah sebenarnya, Bian nikmat melahap sebuah nasi goreng yang dibelikan oleh abangnya. Tak lama Bian juga menegur Riko yang masayik merekam aktifitas mereka di meja makan.

BIAN

(Menghampiri Riko)

Daritadi ngapain, sih, kamu pegang HP kayak gitu? Kamu ngerekam yah?

BU EMI

Iya, nih,daritadi main HP mulu. Bukannya makan dulu!

BIAN

Eh, Apaan itu? Mau, lu, upload ke media social? Hapus gak?

Riko berlarian untuk menghindari Bian yang berusaha meraih HP-nya. Saat terdesak dia berlindung di balik tubuh Bu Emi.

RIKO

Biarin, siapa tahu aku bisa jadi youtuber terkenal kayak Hatta Halintar. Wek (Ledeknya menjulurkan lidah).

BIAN

Mimpi aja, loh! Hapus gak, video itu! (terus mengejar Riko)

BU EMI

Eh, Sudah-sudah. Bian habisin makananmu. Ibu mau beres-beres,nih!

RIKO

Iya,nih, aku kan mau cari duit juga. Masak Bang Vino dan Abang aja yang bisa cari duit! Aku juga bisalah!

Perkataan Riko barusan tidak hanya membuat Bian saja yang tersentak. Pak Hasan dan Bu Emi juga kaget, termasuk Vino. Seolah sudah mengetahui rahasia yang selama ini ia kunci rapat. Bian berusaha berkilah.

BU EMI

Kerja? Emang kerja apa kamu?

BIAN

Eh, Gak, Bu. Ngaco aja si Riko (menyeringai kepada Riko). Aku cuma focus belajar aja di sekolah.

Tak lama kebersamaan mereka terjeda karena seorang pemulung memandang mereka dari luar rumah.

PAK HASAN

Kasihkan satu bungkus makanan untuk Bapak itu, dia pemulung yang sering lewat di dalam gang.

Terlihat dari kejauhan dia menunduk hikmat seperti berterima kasih kepada Riko.

RIKO

Masak orang susah minta sedekah kepada orang susah seperti kita, Pak! (Celetuknya)

PAK HASAN

Uss, gak boleh ngomong gitu! Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

RIKO

Tapi ‘kan kita tangan di bawah yang seharusnya dibantu, Pak?

BU EMI

Nak, keadaan kita boleh sedang kesusahan. Tapi jangan sampe anak-anak Bapak menjadi orang yang menengadah tangan dan meminta-minta.

PAK HASAN

Yah, sudah, kalau gitu Bapak duluan istirahat. Besok mau berangkat pagi-pagi sekali. Kamu juga,’kan Vin?

VINO

Iya,Pak. Ini juga mau istirahat. Baru kerasa capeknya kerja seharian seperti bapak.

PAK HASAN

(menepuk pundak Vino)

Itu namanya anak laki-laki. Harus capek dan tahan banting. Kelak kalau kamu sudah bekeluarga, kamu gak boleh ngeluh dalam mencari nafkah.

Nasehat Pak Hasan menutup kebersamaan keluarga itu. Pak hasan dan Bu Emi sudah memasuki kamarnya. Riko juga sudah senyap tanpa suara game onlinenya. Vino juga sudah terbaring nyenyak di kursi ruang tamu mereka. Tinggal Bian yang masih berada di meja makan.

Tak lama ia membagikan sisa makanannya yang masih banyak kepada seekor kucing yang daritadi terus meraung-raung kepadanya. Usai memberi makan dia menatap bulan yang sedang purnama dengan hamparan langit yang begitu bersih tak berawan.

FADE IN

Pagi itu semua penghuni rumah sudah siap untuk beraktifitas masing-masing. Riko dan Bian baru berangkat sekolah. Pak Hasan juga sudah pamit kepada istrinya, bersamaan Vino yang juga baru berangkat kerja menuju pasar. Bu Emi menyusul dengan mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu. Dia hendak mengambil cucian kotor dari tetangga langganannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar