Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Di Bawah Langit yang Sama
Suka
Favorit
Bagikan
2. Scene 2

2. INT. RUMAH PAK HASAN. RUANG KELUARGA. LEPAS MAGHRIB.

Di ruangan itu ada Bu Emi sedang menonton TV sembari menyetrika pakaian tetangga. Vino baru datang langsung mengusili Riko yang masih asyik main ponselnya di dekat meja makan.

VINO

Emang wifi Pak Haji sampe ke sini? (Tanya Vino sambil usil mengusap-usap kepala Riko)

RIKO

Gaklah, Bang. Ini kan minta tetering HP-nya Bang Bian. Udah sana jangan nganggu Mulu (Riko jengkel).

Vino melihat Bian yang tak jauh keberadaannya dari mereka bertiga. Di sudut jendela tampak Bian sedang asyik menelpon sembari tertawa sendiri.

VINO

Wehhh ... dasar bucin. Bukannya belajar malah pacaran terus (Vino menghampiri Bian lalu langsung mengambil beberapa kuaci teman mengobrol Bian).

Tak lama Vino langsung mendekati ibunya yang masih asyik dengan tumpukan baju setrikaannya.

BU EMI

Masih ingat pulang kamu, Vin?

(Ibunya masih dongkol atas kejadian sore tadi).

VINO

Masihlah, Mak. Ini kan rumah Vino satu-satunya. Oh iya, maafin Vino tadi yah, Mak. Vino beneran buru-buru. (Tampak raut menyesal hingga dia memeluk punggung ibunya).

BU EMI

Kamu emang pandai membual. Seperti politisi di TV saja. Atau kayak artis ini, Vin? Dari bangun tidur ampe tidur lagi mereka tetap dibayar. Bahkan, nih, mungkin pembantunya lagi nyetrika kayak Emak gini bisa dapat duit.

VINO

(Menghela napas sembari asyik membuka kulit kuacinya).

Yea, Emak, namanya artis, Mak. Mereka ke WC aja terus di shooting langsung jadi duit dari YouTube mereka. Bahkan mereka mau cerai saja, bisa banyak dapat duit dari diundang ke TV-TV.

BU EMI

Bisa kali anak-anak jadi artis. Pan semua gak kalah ganteng-ganteng sama artis, ntu.

VINO

Yeh, Mak. Yang kita lihat barusan yang enaknya aja. Yang gak enaknya banyak. Mereka harus tampil sempurna di depan kamera. Aslinya menderita walau banyak uang.

BU EMI

Tapi kan uangnya banyak, Vin.

VINO

Iya, Mak. Tapi hidup mereka hambar. Mak mau nanti misalkan Vino jadi artis, nih, Vino jarang balik ke rumah, jarang ngumpul bersama karena sibuk shooting?

BU EMI

Ah, kamu sok tahu. Mending bantuin Emak angkat jemuran. Kayaknya hujan mau turun.

Bu Emi langsung pergi ke belakang dan mulai mengangkat jemurannya satu-persatu.

BU EMI

(Ngedumel)

Vino …!!! Ih kemana si anak itu!

Vino terlihat berlarian menuju sumber suara. Mereka berdua bergegas membawa masuk cucian berbarengan hujan yang sudah mulai turun.

VINO

Ah, percuma Mak bawa masuk. Toh nanti di dalam pasti basah lagi kalau hujan turun deras.

 

BU EMI

Kamu tuh, yah kalau ngomong. Bukannya berdoa biar gak hujan tambah deras. Mau Mak di marahin para tetangga gara-gara pakaian mereka belum kering!

VINO

Nih, Nih, Vino berdoa. Ya Allah berikanlah keluarga kecil ini kekayaan, biar Emakku tersayang gak perlu cuci pakaian tetangga lagi.

 

BU EMI

Berdoa itu jangan minta kaya. Kalau minta kaya bakal habis suatu hari nanti. Tapi mintalah kesehatan dan panjang umur biar bisa mencari rezeki terus menerus (beat).

Lagian kamu minta kaya, nyari kerja aja males-malesan. Orang tuh berusaha dulu baru berdoa. 

Vino terdiam,kalau menyangkut soal kehidupan pribadi apalagi penganggurannya saat ini, Vino sering menghindar.

CUT TO.

Suara orang menggedor pintu diiringi dengan salam. Vino langsung membukakan pintu.

Seorang lelaki paruh baya memasuki rumah dengan wajah lelah namun tetap dipaksa tersenyum.

Bu Emi sigap mengambilkan air minum dan menghampiri Pak Hasan yang duduk di samping Riko.

PAK HASAN

Nak, belajar sana, gih (Riko langsung masuk ke dalam salah ruang sempit yang mereka sebut kamar).

Bian menghentikan aktifitasnya. Vino juga penasaran dengan pembawaan Bapaknya yang tidak biasa.

Bu Emi menyugukan air minum kepada Pak Hasan. Bian masih berdiri di tempat semula. Vino juga masih bersandar di depan daun pintu.

PAK HASAN

Bapak dipecat, Bu. Perusahaan tempat Bapak bekerja merumahkan beberapa pekerjanya karena kondisi ekonomi yang tak kunjung baik.

BU EMI

(Tersenyum) Yah mau gimana lagi, Pak. Namanya orang bawahan seperti kita.

VINO

Iya selalu jadi tumbal dari orang kaya dan berkuasa. (Suara Vino meninggi lalu pergi).

Bian menarik nafas panjang-panjang mendengar Bapaknya kena PHK, lalu masuk ke dalam kamar dan mendapati Riko sedang menguping.

RIKO

Siapa lagi yang bisa membelikan aku kuota internet? Masak mojok di sudut pager rumah Pak Haji terus! (Bian langsung merangkul Riko).

CUT TO.

Tinggal Bu Emi dan Pak Hasan di ruangan depan TV.

BU EMI

Yah sudah, bapak istirahat dulu kerjanya. Alhamdulillah cucian dari tetangga juga banyak, kok. (Sambil tersenyum).

Pak Hasan memberi segepok uang selama kerja usai dia di PHK.

PAK HASAN

Itu untuk keperluan selama bapak cari kerja yang baru, Bu.

BU EMI

Ya, sudah, bapak mandi, gih. Ibu sudah buatin telor dadar sama kecap kesukaan bapak.

Hening. Pak Hasan pergi mandi, Bu Emi membuka amplop yang cuma berisi uang tak lebih dari seratus ribu.

CUT TO.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar